tag:blogger.com,1999:blog-34005694607133121812024-03-06T14:21:36.331+07:00Ketukan SunyiMarinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.comBlogger219125tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-34037147015364358042023-10-16T07:13:00.002+07:002023-10-16T07:13:32.543+07:00Siapa yang Tinggal di Bikini Bottom?<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>Aku suka Spongebob Squarepants<p></p><p>Menjadi salah satu kartun yang</p><p>menggugah bangunku sebelum wajahku diseka air<br /></p><p>oleh Ibu yang berdecak</p><p>dan</p><p>Ayah yang mungkin hanya diam namun mengantarmu pergi ke sekolah</p><p>dan</p><p>Sarapan pagi yang dibuat oleh pramuwisma di ujung dapur</p><p>dan</p><p>Seekor kucing berbulu putih</p><p>yang menemanimu</p><p>melahap nasi goreng sisa nasi kemarin </p><p>sembari mengeong penuh kasih sayang</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimwXJ6YYGmQapNuKHA325iEPDWVatPFXdhEE_X0gbjnE9FV0B-fJlPgx57gedumUbj3lsfraQfm1k3tIcWfgwQ4O9LLDtsPoy9BcB9LGfqOL9TCfvQHAI7I_aMoi4_Zz_HrnLeUZpAK_5_Dn5y-v3zRow2XmCCFKddCdchtoQCT_8NnzTpV0_yyHRHf3I/s5120/spongebob-5120x2880-9389.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2880" data-original-width="5120" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimwXJ6YYGmQapNuKHA325iEPDWVatPFXdhEE_X0gbjnE9FV0B-fJlPgx57gedumUbj3lsfraQfm1k3tIcWfgwQ4O9LLDtsPoy9BcB9LGfqOL9TCfvQHAI7I_aMoi4_Zz_HrnLeUZpAK_5_Dn5y-v3zRow2XmCCFKddCdchtoQCT_8NnzTpV0_yyHRHf3I/w400-h225/spongebob-5120x2880-9389.jpeg" width="400" /></a></div><p><br /></p><p>Aku suka Spongebob Squarepants</p><p>Bangun di pagi hari dengan suara peluit kapal dan menyapa</p><p>Bikini Bottom layaknya sebuah utopia tanpa adanya para</p><p>kelas dan elitis sampah</p><p>Kawanmu bodoh, bah! Itu biasa! Persetan dengan kecerdasan, aku lebih memilih kebahagiaan!</p><p>Bosmu mata duitan, bah! Humor para pekerja akan selalu mengulang hal yang sama</p><p>karena</p><p>seberapa kerasnya kamu bekerja, toh yang kaya adalah bosmu.</p><p>Pacarmu lebih pintar dari kamu, tidak! Tidak. Perempuan tidak boleh lebih pandai dari laki-laki.</p><p>Tidak ada yang suka dengan tupai sok tahu yang lebih pintar daripada Spongebob Squarepants.</p><p><br /></p><p>Aku suka Spongebob Squarepants</p><p>Tapi benci dengan Squidward Tentacles</p><p>Hidungnya</p><p>adalah bahan bercandaan dan otaknya</p><p>hanya melihat</p><p>sisi buruk dari kehidupan.</p><p>Sialan, apa sih salahnya bekerja sebagai kasir!</p><p>Apa salahnya kau tinggal bersama</p><p>orang yang selalu mengajakmu untuk bahagia</p><p>terlepas kau terjerat dengan hutang KPR atau Shopee PayLater! </p><p>Ayolah, kawan, kata Spongebob, hiduplah seperti Larry</p><p>yang bisa menghabiskan waktu di pantai tanpa perlu takut kehilangan uang</p><p>karena siapa yang tahu</p><p>jika bapaknya adalah</p><p>pegawai pajak dan beacukai?</p><p><br /></p><p>Sering aku mulai berpikir, apa yang membuat Squidward begitu menyebalkan?</p><p>Cemberut setiap waktu, sebuah manifestasi nihilisme yang kerap dicampur dengan krisis eksistensial?</p><p>Bermain klarinet saja salah, apalagi mengambil falsafah kehidupan!</p><p>Coba kamu lebih pintar sedikit dan lebih mudah bersyukur, Squidward,</p><p>pasti sekarang kamu sudah bekerja sebagai anggota DPRD Bikini Bottom!</p><p><br /></p><p>Aku suka Spongebob Squarepants,</p><p>dan benci dengan Squidward Tentacles.</p><p>Menyadari adanya sistem kebahagiaan fana yang sampah</p><p>Di balik tuntutan realita hidup yang tak kunjung habisnya</p><p>Diludahi masyarakat karena tak bisa bahagia</p><p>Dikutuk oleh pelanggan yang tak pernah ada habisnya untuk meminta</p><p>Sedikit saja kebahagiaan dengan manicure pedicure cantik di hari Minggu, rusak sudah akibat Spongebob dan Patrick hadir sembari memaksakan paham bahwa ‘Inilah yang terbaik untukmu, Tuan Squidward.’</p><p><br /></p><p>Oh Squidward Tentacles.</p><p>Bisakah kau sedikit mengikuti ekspektasi masyarakat?</p><p>Berhenti mengeluh</p><p>dan</p><p>Menerima semua yang diberikan kepadamu?</p><p><br /></p><p>Aku suka Spongebob Squarepants,</p><p>dan benci dengan Squidward Tentacles.</p><p>Karena dia</p><p>Dia adalah</p><p>gambaran</p><p>paling</p><p>mirip</p><p>dengan siapa sebenarnya</p><p>Diriku.</p><div><br /></div>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-14547030076578340032022-06-25T18:08:00.002+07:002022-06-25T18:09:40.790+07:00Ulasan Film: The Shape of Water (2017), Ketika Makhluk Asing tak Selamanya Berbeda<p> Saat film ini keluar, saya tak akan pernah menyangka bahwa film ini akan menarik perhatian saya.</p><p>"Apaan sih," pikir saya dalam hati, "Cuma film <i>sci-fi </i>lain yang lagi-lagi mungkin membahas tentang bagaimana makhluk ini akan merusak umat manusia."</p><p>Namun apa daya, ketika tiba-tiba seluruh <i>fanart</i> dan <i>fanfiction</i> yang saya nikmati tengah mengadaptasi beberapa <i>scene</i> dari <i>The Shape of Water</i> ini!</p><p>Terlebih setelah saya tahu bahwa tokoh utama adalah seorang bisu yang berkomunikasi dengan bahasa isyarat.</p><p>Bersiaplah, karena ulasan film <i>The Shape of Water</i> akan sangat liar dan di luar nalar mengingat sebuah premis gila dari film ini:</p><blockquote><p>Ketika seorang perempuan bisu yang bertugas membersihkan lantai di sebuah fasilitas penelitian, jatuh cinta dengan makhluk amfibi asing yang tak bisa bicara.</p></blockquote><p style="text-align: center;"><b><i>The Shape of Water (2007)</i></b></p><p style="text-align: center;"><b><i>Dir. Guillermo del Torro.</i></b> </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbZS2jC4Q2O4ep65kBzCvvUEhV6zjQTQ3ILYcgyRAzH-PC2_HTtx2nRA6btI1x1KP-irCLp2P277ZZ5dzyP-TDg0ACpSK2DoI5ywhsUWWaJUh96njiT85h-N265x-8eeF-LBJnc8wc5DMYSvLG2B_q2nTBalqPWJDWzlz4nOClF-EBoQe_YG83L-pR/s824/Screen%20Shot%202022-06-25%20at%2017.37.42.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="592" data-original-width="824" height="461" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbZS2jC4Q2O4ep65kBzCvvUEhV6zjQTQ3ILYcgyRAzH-PC2_HTtx2nRA6btI1x1KP-irCLp2P277ZZ5dzyP-TDg0ACpSK2DoI5ywhsUWWaJUh96njiT85h-N265x-8eeF-LBJnc8wc5DMYSvLG2B_q2nTBalqPWJDWzlz4nOClF-EBoQe_YG83L-pR/w640-h461/Screen%20Shot%202022-06-25%20at%2017.37.42.png" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">From IMDB</td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Sinopsis <i>The Shape of Water </i>yang Tidak Menggambarkan Absurditas Fana dari Filmnya</h3><p style="text-align: left;">Premis <i>The Shape of Water </i>memang gila, tetapi cukup sederhana bagi sebuah film <i>sci-fi</i> pasaran yang sering ditayangkan di bioskop terdekat.</p><p style="text-align: left;">Namun saat menonton filmnya, saya baru menyadari bahwa film ini tak sesederhana itu.</p><p style="text-align: left;">Dimulai dari kehidupan seorang petugas kebersihan bisu bernama Elisa Esposito yang menjalani hidupnya bersama sahabatnya Giles dan kawan dekatnya Zelda.</p><p style="text-align: left;">Layaknya kehidupan dewasa pada umumnya, tak ada yang menarik dari kehidupannya hingga Elisa dan Zelda menemukan bahwa fasilitas penelitian tersebut mengambil sebuah makhluk amfibi yang disiksa. Kita sebut makhluk itu Pria Amfibi, ya?</p><p style="text-align: left;">Mungkin Anda sudah bisa menebak selanjutnya: Elisa berusaha menyelamatkan makhluk tersebut dengan bantuan kedua teman dan satu peneliti yang ditemui saat perjalanan. </p><p style="text-align: left;">Tepat, namun alur kisah mengapa Elisa memberanikan diri pertaruhkan nyawanya demi Pria Amfibi merupakan inti dari kisah ini.</p><h3 style="text-align: left;">Di Tengah Film Saya Baru Menyadari, Ini Bukan Film Fiksi Romantis; Ini Kenyataan</h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwRcmj6r2yqB9Qmr9ebzrnExLvgTRXKZsGc6htZWEIGm9sjIxd3CzRkuItN9aFiUb5VTMoiirrbTVTZRKY1_ScgHXCg5A1A-AoSFohEpV4bpEBXGYVTI4A7-9roq63u1TBEzlhnVMvV3-r2GpJSLcSjsKc97_HX5fbZw7k238LksP1CE5iOiM62Uwd/s910/Screen%20Shot%202022-06-25%20at%2017.37.56.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="606" data-original-width="910" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwRcmj6r2yqB9Qmr9ebzrnExLvgTRXKZsGc6htZWEIGm9sjIxd3CzRkuItN9aFiUb5VTMoiirrbTVTZRKY1_ScgHXCg5A1A-AoSFohEpV4bpEBXGYVTI4A7-9roq63u1TBEzlhnVMvV3-r2GpJSLcSjsKc97_HX5fbZw7k238LksP1CE5iOiM62Uwd/w640-h426/Screen%20Shot%202022-06-25%20at%2017.37.56.png" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">From IMDB</td></tr></tbody></table><div><p>Saya mungkin berkomentar pedas, "Aneh!" ketika Elisa menyodorkan telur rebus kepada Pria Amfibi yang tengah terluka. Saya pikir, simpati Elisa hanyalah sebuah plot yang dipaksakan oleh del Torro agar alur tetap maju.</p><p>Namun saya salah.</p><p>Elisa menyodorkan telur. Kemudian memberikan sebuah gestur isyarat. "<i>Telur"</i>, ungkapnya.</p><p>Pria Amfibi, membalas dengan gestur yang sama, <i>"Telur</i>".</p><p>Pernahkah Anda dipandang sebelah mata oleh sekitar Anda, kemudian ada satu sosok yang begitu mendengarkan bahkan mengikuti bahasa Anda? Ketika Anda dianggap 'kekurangan', sementara orang asing yang begitu berbeda bahkan menganggap Anda sempurna.</p><p>Inilah inti dari <i>The Shape of Water</i>. Del Torro begitu apik dalam menyiratkan isyarat yang lugas mengenai penerimaan diri khususnya isu minoritas.</p><p>Berlatar belakang tahun 1960-an, Amerika Serikat tengah berperang dengan Soviet, supremasi kulit putih menjadi perkara umum. Minoritas seperti Tuna Wicara, kulit hitam, hingga hispanik tentu menduduki anak tangga terbawah kasta sosial. Bagaimana para wanita kulit putih hidup dalam <i>American Dream</i> mengendarai Camaro berwarna <i>teal</i> dengan anak-anak yang bersekolah dan sarapan roti panggang dengan selai kacang. Sebuah kontradiktif yang indah!</p><p>Kenyataan inilah yang diukir sedemikian rupa oleh del Torro untuk membangun emosi pemirsa melalui adegan seperti kaum kulit hitam pekerja yang tengah merokok di bilik yang tersembunyi, keluarga kulit hitam yang diusir dari restoran keluarga, hingga kebencian sang antagonis, Kolonel Strickland, terhadap jarinya yang menghitam karena luka. Hitam jelas bukan warna yang disukai oleh sang pria kulit putih, tampaknya.</p><p>Masih banyak lagi kejutan realitas yang disembunyikan oleh del Torro, namun saya menyerahkannya kembali kepada Anda. Jika Anda adalah penggemar simbolisme dalam film, maka Anda akan kenyang dan terpuaskan!</p></div><h3 style="text-align: left;">Perasaan Mencekam yang Begitu Hebat Ketika Kamu Dibungkam, Membuat Sesak Karena Tak Didengar</h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6BkVA-DrHvQ01oqyCKQxcqA2ORF3YG6uKemMqb0laDLK3dd0n_K-jm_31DE8WMqUii7TFf6PKdGRZeqcx-q1LlzdA8zi-5JnqdW8hqi__wcxgijT7zLZPIeV5lmhbZutYWL8lrJU-fVbwvyBvuveUK0OzD77yIF0cQSNNGrmV7-lFbLqL7lDXlP1l/s843/Screen%20Shot%202022-06-25%20at%2017.37.11.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="579" data-original-width="843" height="440" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6BkVA-DrHvQ01oqyCKQxcqA2ORF3YG6uKemMqb0laDLK3dd0n_K-jm_31DE8WMqUii7TFf6PKdGRZeqcx-q1LlzdA8zi-5JnqdW8hqi__wcxgijT7zLZPIeV5lmhbZutYWL8lrJU-fVbwvyBvuveUK0OzD77yIF0cQSNNGrmV7-lFbLqL7lDXlP1l/w640-h440/Screen%20Shot%202022-06-25%20at%2017.37.11.png" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">From IMDB</td></tr></tbody></table><p style="text-align: left;">Menonton film ini bukanlah seperti menonton film fiksi ilmiah umumnya.</p><p style="text-align: left;">Ada perasaan sesak dan juga tercekit setiap kali Elisa berusaha berkomunikasi kepada Giles, Zelda, maupun orang lain, termasuk antagonis Kolonel Strickland.</p><p style="text-align: left;">Saat menyaksikan beberapa adegan, saya baru menyadari betapa <b>berteriak adalah sebuah </b><i style="font-weight: bold;">privilege. </i>Ketika seseorang memperhatikanmu, mendengarkan apa yang kau ucapkan, mempertimbangkannya. Namun Elisa, Giles, dan Zelda merupakan kaum minoritas yang tak memiliki suara, bahkan dibungkam.</p><p style="text-align: left;">Ya, dibungkam adalah sebuah istilah yang begitu tepat menggambarkan premis utama film ini. Bagaimana Colonel Strickland memiliki tangan atas akibat pangkat dan warna kulitnya.</p><p style="text-align: left;">Bagaimana Zelda harus berjuang menyelamatkan Elisa sembari mengasuh sang suami yang merupakan gambaran pria paruh baya yang hanya menonton di depan televisi sepanjang waktu. Bagaimana Giles harus melawan kesendiriannya di tengah perasaan kalut atas dosa yang dibawa serta krisis pekerjaan yang didera.</p><p style="text-align: left;">Bagaimana Elisa, yang tak bersuara, berusaha untuk membuat semua orang mendengarkannya. Gestur tubuh, hentakan, tangan, hingga hentakan kaki merupakan ekuivalensi dari apa yang kita bisa lakukan dengan semudah berteriak.</p><p style="text-align: left;"></p><blockquote>Bayangkan ketika Anda bisa dengan mudah 'membungkam' Elisa hanya dengan mengalihkan pandangan agar tak membaca bahasa isyaratnya.</blockquote><p></p><p style="text-align: left;">Upaya Elisa untuk 'didengarkan', untuk 'dilihat', untuk 'dipandang', adalah sebuah upaya yang bisa selesai dengan mudah di film lainnya ketika tokoh utama berteriak, berorasi, dan juga mengeluarkan kalimat mutiara melalui lidah dan kerongkongannya.</p><p style="text-align: left;">Ini adalah film yang membuat Anda tercekat, jantung berdebar, karena kita semua pasti pernah merasakan dorongan untuk berteriak dan dipahami, meski akhirnya berakhir angin lalu. Sebuah ketakutan primal yang sayangnya, adalah sebuah kenyataan yang dibentuk paripurna oleh del Torro!</p><h3 style="text-align: left;">Ini Bukan Film Box Office, Tapi Ini Sebuah Film Festival yang Indah</h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihpetJukGZDrTmVK4Bxr42TW0OPYstadBntOEd_TNAQA-7i9SZnoD6SRMJncKYyLCcD_NQPGHdKtEEYeXr70jwb9MNmZIXVQktXOWnL9rboJLIYy0vgVgdFDLjupoaxSpfhl89sAHSxDF3O8UmX-T2R0FjkiDVPdR9cZAFofeRSwxmbiHsBxNDniuB/s921/Screen%20Shot%202022-06-25%20at%2017.35.45.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="658" data-original-width="921" height="458" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihpetJukGZDrTmVK4Bxr42TW0OPYstadBntOEd_TNAQA-7i9SZnoD6SRMJncKYyLCcD_NQPGHdKtEEYeXr70jwb9MNmZIXVQktXOWnL9rboJLIYy0vgVgdFDLjupoaxSpfhl89sAHSxDF3O8UmX-T2R0FjkiDVPdR9cZAFofeRSwxmbiHsBxNDniuB/w640-h458/Screen%20Shot%202022-06-25%20at%2017.35.45.png" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">From IMDB</td></tr></tbody></table><p style="text-align: left;">Bisa dibilang sekali lagi, Pria Amfibi bukanlah salah satu tokoh utama dari film ini, melainkan tokoh pembantu yang mengarahkan plot agar pemirsa bisa memahami.</p><p style="text-align: left;">Saya tak memperkirakan Pria Amfibi untuk masuk ke dalam daftar tokoh-tokoh yang begitu diingat, karena saya mempertimbangkan Pria Amfibi hanyalah sebagai penggerak saja.</p><p style="text-align: left;">Karena itu, film ini takkan bisa disandingkan dengan film-film <i>box office</i> layaknya Marvel, DC, atau film-film lain dengan alur plot terukur dan sesuai dengan permintaan pemirsa.</p><p style="text-align: left;">Namun <i>The Shape of Water</i> adalah kumpulan mosaik dari adegan-adegan penuh makna. Seolah album kenangan, <i>The Shape of Water</i> berdiri bukan dari plot yang utuh, melainkan setiap emosi dan juga sikap tokoh yang dibangun dalam merepresentasikan keseharian para pemirsa.</p><p style="text-align: left;">Saya mungkin akan melupakan plot film ini dalam beberapa waktu ke depan usai menulis post ini. Namun saya menjamin saya akan selalu mengingat setiap adegan yang berbeda, meski tak berkesinambungan.</p><h3 style="text-align: left;">Sedikit Himbauan Tentang Adegan Dewasa</h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAleYnKQcGQnRkfzeZGOmfvyPD_kifyWk3V7xFPeW-OoNxifC0G-HfviEKeyc5bazxtJJIWk27XOcUk_0NVgBpYVUFSR_I4Osfc6DxIgMhuitBruCB3riA37GkLuUfnjHEJxAN71DSZrTorFpxtsOSNRvrZjldvi3U-MJnbejDxRul6JS2sCSSuKb8/s820/Screen%20Shot%202022-06-25%20at%2017.36.02.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="659" data-original-width="820" height="514" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAleYnKQcGQnRkfzeZGOmfvyPD_kifyWk3V7xFPeW-OoNxifC0G-HfviEKeyc5bazxtJJIWk27XOcUk_0NVgBpYVUFSR_I4Osfc6DxIgMhuitBruCB3riA37GkLuUfnjHEJxAN71DSZrTorFpxtsOSNRvrZjldvi3U-MJnbejDxRul6JS2sCSSuKb8/w640-h514/Screen%20Shot%202022-06-25%20at%2017.36.02.png" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">From IMDB</td></tr></tbody></table><p style="text-align: left;">Saya tak menyangka bahwa ada adegan dewasa serta ketelanjangan yang disematkan di film ini, meski tidak eksplisit.</p><p style="text-align: left;">Sayangnya, adegan dewasa ini justru menyimpan sebuah simbolisme terhadap fakta-fakta realita yang tersembunyi di film <i>The Shape of Water</i>.</p><p style="text-align: left;">Bila Anda tidak menyukai adegan dewasa seperti saya, Anda bisa melewatinya, namun Anda mungkin akan kehilangan "<i>Aha!" </i>momen ketika Anda menyadari bahwa apa yang berusaha disampaikan dari adegan tersebut rupanya berkaitan dengan keunikan karakter masing-masing tokoh.</p><p style="text-align: left;">--</p><p style="text-align: left;">Bisa jadi Anda menyukai <i>The Shape of Water</i>, bisa jadi Anda tidak menyukainya. Saya sudah berada di kedua spektrum sebelum akhirnya memutuskan untuk menarik kesimpulan di luar dua opsi tersebut. <i>The Shape of Water</i> adalah sebuah dokumentasi realitas yang dibalut ala film sains ilmiah. Mungkin terlalu membingungkan dan tawar, namun Anda akan mendapatkan kenikmatannya ketika Anda proaktif mencari makna-makna di balik aksi dari masing-masing tokoh yang begitu menakjubkan!</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicTmRI3yGgU0Y4Dg1u4w-qiU5egsO-5ddnxJYXApNYC3pEd8-baw7V4UctSnnWIwYR7OlF2GfhS1oscxJjlpmNCU_nGwMVipmzCfuSxJpob9RveD_W-HuXfAI8NIOqIGNz2VHE7oMasxnd9DeUUwCsJnxyMiqs-43HbPS9uMYJOqJ9PvhPfveY8yaX/s847/Screen%20Shot%202022-06-25%20at%2017.36.53.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="595" data-original-width="847" height="450" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicTmRI3yGgU0Y4Dg1u4w-qiU5egsO-5ddnxJYXApNYC3pEd8-baw7V4UctSnnWIwYR7OlF2GfhS1oscxJjlpmNCU_nGwMVipmzCfuSxJpob9RveD_W-HuXfAI8NIOqIGNz2VHE7oMasxnd9DeUUwCsJnxyMiqs-43HbPS9uMYJOqJ9PvhPfveY8yaX/w640-h450/Screen%20Shot%202022-06-25%20at%2017.36.53.png" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">From IMDB</td></tr></tbody></table>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-51110349505361321662022-04-09T23:59:00.003+07:002022-04-10T00:01:08.167+07:00Owning Your Okayness: Memeluk Ketidaksempurnaan Diri<blockquote><p> "Jadi tuh ya, aku nggak jadi ke psikolog ini karena ternyata orangnya nggak nyenengin. Nggak nyaman aja! Masa aku pinginnya X, tapi cara dia menanganiku seperti Y. Bener-bener <i>zonk</i> banget," ucap seorang sahabat saat menyelami kemacetan metropolitan.</p></blockquote><p>Di balik kilatan lampu jalanan, saya tersenyum, memahami bahwa memang sulit menemukan pelayanan jasa yang tepat dan cocok dengan kita, bukan?</p><p>Tapi dalam hati, saya kalut.</p><p>Bagaimana bila dari sekian banyak orang yang pernah saya bantu secara profesional, ternyata banyak yang berpendapat serupa dengan sahabat saya?</p><p>Apakah saya merupakan orang yang tidak kompeten? Atau memang sudah saatnya menyerah saja menjadi psikolog kalau misalnya ada orang yang tidak suka dengan gaya konseling saya?</p><p style="text-align: center;"><b><i>Apakah memang sejatinya jika kita tidak bisa memuaskan orang lain dengan ketidaksempurnaan, kita gagal?</i></b></p><h2 style="text-align: left;">Ada standar masyarakat tentang sebuah peran</h2><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="person taking picture of bare trees" class="YVj9w" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 900px) min(100%, 868px), (max-height: 756px) min(100%, 868px), (min-aspect-ratio: 2992/2000) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.496), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=868&q=80 868w, https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1168&q=80 1168w, https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1468&q=80 1468w, https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1736&q=80 1736w, https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1768&q=80 1768w, https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2068&q=80 2068w, https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2336&q=80 2336w, https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2368&q=80 2368w, https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2668&q=80 2668w, https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2936&q=80 2936w, https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2968&q=80 2968w, https://images.unsplash.com/photo-1514471244491-6fb96fcdf04f?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2992&q=80 2992w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><a href="https://unsplash.com/photos/WP9GFwbVur0" target="_blank">Parsing Eye di Unsplash</a></i></td></tr></tbody></table><p style="text-align: left;">Tidak hanya menjadi seorang profesional, tetapi memerankan sebuah <i>role</i> yang diberikan kepada kita -- baik itu menjadi seorang manajer, pekerja startup, CEO, hingga sekadar mahasiswa, rasanya ada sebuah 'aturan' atau 'standar yang dijunjung tinggi <b>agar bisa <i>afdol.</i></b></p><p style="text-align: left;">Contohnya saja, menjadi seorang psikolog <b>harus ramah, bisa mendengarkan orang lain, dan membuat klien nyaman.</b></p><p style="text-align: left;">Akui saja, ini mungkin menjadi konsensus atau bayangan sempurna dari seorang psikolog.</p><p style="text-align: left;">Atau kalau misalnya menjadi dokter, berarti <b>harus bisa mengenali penyakit dalam sekali periksa, obat selalu benar, dan nggak boleh bingung dalam menentukan diagnosis.</b></p><p style="text-align: left;">Apa yang terjadi jika standar-standar alias <i>harapan masyarakat</i> tidak dipenuhi?</p><p style="text-align: center;">"Masa kayak gitu kok jadi dokter?"</p><p style="text-align: left;">Diskusikan ini dengan seorang ibu baru atau <i>new moms</i>, niscaya kamu akan menemukan lebih banyak lagi ketimpangan standar dan harapan yang disematkan, begitu beratnya hingga membuatmu sesak nafas dalam ketidakpercayaan.</p><h2 style="text-align: left;">Gara-gara media sosial, 'ruang untuk salah' menjadi semakin sempit</h2><p style="text-align: left;">Persetan dengan "Nggak papa gagal, soalnya nanti berhasil"!</p><p style="text-align: left;">Karena nyatanya, sekali kamu gagal, banyak yang akan mengabadikannya dalam sebuah media sosial, <b><i>sehingga nila setitik, rusa susu sebelanga.</i></b></p><p style="text-align: left;">Persentan dengan "Namanya juga belajar," kalau ternyata ujung-ujungnya jadi bahan <i>rasan-rasan</i> dan rekomendasi negatif yang disematkan kepada kita.</p><p style="text-align: left;">Lalu apakah peribahasa atau pun anjuran untuk mempelajari kesalahan itu sudah tidak relevan lagi?</p><p style="text-align: left;"><b>Jawabannya: Masih, dan akan selalu</b>.</p><p style="text-align: left;">Hanya saja kapasitas mental yang perlu disiapkan kini bukan lagi <b>menghindari komentar negatif, </b>namun lebih kepada <b>menyadari bahwa diri sendiri adalah manusia</b>.</p><h2 style="text-align: left;">Memeluk ketidaksempurnaan diri rasanya memang hampir mustahil, ya?</h2><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="grascale photo of people standing on ground\" class="YVj9w" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 998px) min(100%, 966px), (max-height: 786px) min(100%, 966px), (min-aspect-ratio: 4272/2567) calc((calc(100vh - 205px)) * 1.6642), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=966&q=80 966w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1266&q=80 1266w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1566&q=80 1566w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1866&q=80 1866w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1932&q=80 1932w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2166&q=80 2166w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2466&q=80 2466w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2532&q=80 2532w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2766&q=80 2766w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3066&q=80 3066w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3132&q=80 3132w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3366&q=80 3366w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3666&q=80 3666w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3732&q=80 3732w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3966&q=80 3966w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4266&q=80 4266w, https://images.unsplash.com/photo-1506755594592-349d12a7c52a?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4272&q=80 4272w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><a href="https://unsplash.com/photos/sUXXO3xPBYo" target="_blank">Rob Curran di Unsplash</a></i></td></tr></tbody></table><p style="text-align: left;">Permasalahan lain yang muncul karena media sosial dan standar masyarakat soal sebuah peran adalah,</p><p style="text-align: center;"><b><i>Menjadi biasa saja.</i></b></p><p style="text-align: left;">Masih berkaitan dengan postingan saya soal <i><a href="https://ketukansunyi.blogspot.com/2022/03/slow-living.html" target="_blank"><b>slow living</b></a>, </i>saya menyadari bahwa jika kamu menjadi biasa saja,</p><p style="text-align: left;">Well,</p><p style="text-align: left;">Nothing special, right?</p><p style="text-align: left;">Sama seperti ribuan orang yang berjalan di tengah kota. <i>Nothing stands out</i>.</p><p style="text-align: left;">Media sosial padahal begitu menggambarkan setiap individu unik, berlomba untuk menemukan apa yang istimewa dari dirinya.</p><p style="text-align: left;">Dan lebih lanjut, apa yang membuat peran profesionalnya begitu spesial hingga tidak dapat disaingi oleh pihak lain.</p><p style="text-align: left;"><b>Nggak heran kalau misalnya nggak nemu apa-apa, atau lagi stagnan, akan menjadi membosankan dan merasa hidup gini-gini aja</b>.</p><p style="text-align: left;">Kemarin saya menyadari adanya jebakan kehidupan ini ketika rekan sejawat menemukan berbagai hal yang lebih menarik. Bahkan lebih jauh, <b>dipuji oleh senior lainnya</b>.</p><p style="text-align: left;">Muncul pertanyaan,</p><p style="text-align: left;">"Kenapa aku tidak dipuji?"</p><p style="text-align: left;">"Kenapa mereka istimewa?"</p><p style="text-align: left;">"Kenapa aku hanya bisa <i>begini</i>? Apakah ada yang salah?"</p><p style="text-align: left;">Pada akhirnya, semua itu hanyalah buah dari keyakinan yang salah, yakni <b>harus menjadi istimewa pada setiap aspek, agar bisa memiliki keunikan dalam peran yang kita miliki.</b></p><p style="text-align: left;">Kita bisa melihat kasus ini di Instagram atau Twitter.</p><p style="text-align: left;">Kalau sebuah opini atau <i>post</i> tidak mendapatkan banyak <i>likes</i> atau <i>retweets</i>,</p><p style="text-align: left;">Mungkin opini atau <i>post</i> itu tidak <i>worth to read</i>, bukan?</p><p style="text-align: left;">Kalau kamu berpikir seperti ini, maka selamat! Kamu sudah terjebak dalam premis "Mediocre is bad."</p><h2 style="text-align: left;"><i>Owning our okayness means, it's okay to be okay.</i></h2><p style="text-align: left;">Atau mungkin, <b><i>it's okay to be average. To be mediocre.</i></b></p><p style="text-align: left;">Nggak ada salahnya kalau apa yang kita lakukan biasa saja. Cukupan saja.</p><p style="text-align: left;"><b><i>If it's enough for us, why would we strive so hard, until we hurt ourselves?</i></b></p><p style="text-align: left;">Ini bukan berarti kita tidak ada keinginan untuk maju.</p><p style="text-align: left;">Tapi <b>slowly moving with our own timing</b><i>.</i></p><p style="text-align: left;">Nggak ada untungnya terburu-buru, karena ujungnya juga hanya menyalahkan diri sendiri.</p><p style="text-align: left;">Dengan kita mulai untuk menyadari titik rata-rata kita, mungkin kita jadi lebih menghargai usaha yang selama ini kita lakukan.</p><h2 style="text-align: left;">Why <i>owning our okayness</i> is needed?</h2><p style="text-align: left;">Kemarin saya membaca sebuah post dari Instagram seorang pria <i>reviewer</i> <i>skincare</i> yang berbunyi, <b>"...Aku kira aku istimewa sebagai laki-laki yang fokus mengulas <i>skincare</i>, tetapi <i>followersku </i>hanya segitu-gitu saja. <i>I'm a failure..."</i></b></p><p style="text-align: left;">Beberapa rekan sesama mahasiswi psikologi saya mengeluh, <b>"Kenapa rasanya gini-gini aja, nggak istimewa?"</b></p><p style="text-align: left;">Teman-teman, dunia ini sudah penuh dengan 'keistimewaan'. Sekarang saatnya kita untuk menjadi 'biasa saja', dengan keistimewaan yang kita miliki.</p><p style="text-align: left;">Ingat, <b>kita tetap istimewa, kok! </b>Tetapi ini bukan berarti kita harus tunduk pada standar yang dituntut oleh orang.</p><p style="text-align: left;">Bukan berarti jika kita tidak <i>outstanding</i>, maka kita tidak menakjubkan.</p><p style="text-align: left;">Terlebih lagi jika kita melakukan kesalahan. Bukan berarti kita gagal dan tak bisa melanjutkan.</p><h2 style="text-align: left;"><b>5 langkah <i>owning our okayness </i>yang membuatmu lebih tenang</b></h2><h3 style="text-align: left;"><b>Menyadari bukan tanggung jawabmu untuk memuaskan orang lain</b></h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="gray computer monitor" class="YVj9w" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 805px) min(100%, 773px), (max-height: 756px) min(100%, 773px), (min-aspect-ratio: 3600/2703) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.33185), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=773&q=80 773w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1073&q=80 1073w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1373&q=80 1373w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1546&q=80 1546w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1673&q=80 1673w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1973&q=80 1973w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2146&q=80 2146w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2273&q=80 2273w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2573&q=80 2573w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2746&q=80 2746w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2873&q=80 2873w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3173&q=80 3173w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3346&q=80 3346w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3473&q=80 3473w, https://images.unsplash.com/photo-1556745753-b2904692b3cd?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3600&q=80 3600w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><a href="https://unsplash.com/photos/fMntI8HAAB8" target="_blank">Patrick Tomasso di Unsplash</a></i></td></tr></tbody></table><p style="text-align: left;">Yuk angkat tangan kalau kita masih merasa tidak enak jika target orang yang kita bantu atau layani ternyata tidak puas atau menunjukkan reaksi yang tidak sesuai ekspektasi. Dalam kasus ini, mungkin ketika klien saya belum mendapatkan <i>insight</i> tentang konseling hari itu.</p><p style="text-align: left;">Awalnya saya merasa bahwa hal ini adalah hal besar: Kacau, gagal, payah. 3 kata yang benar-benar katastropik.</p><p style="text-align: left;">Namun kemudian senior tiba-tiba berkata, "Jangan panik, tenang dulu. Ini bukan berarti kamu gagal. <i>It's just thing turns like this, and it's natural</i>."</p><p style="text-align: left;">Begitu pula pada hal-hal lainnya. Menemukan sebuah ide untuk <i>campaign</i> tanggal kembar, tapi tidak dapat apresiasi? Berusaha untuk mengerjakan tugas sekuat tenaga, tetapi hasilnya biasa saja?</p><p style="text-align: left;"><b><u>Kesimpulan:</u> </b><i>All is well</i>. Yang terpenting adalah, kamu sudah berusaha, dan respon orang lain di luar kapasitasmu.</p><h3 style="text-align: left;"><b>Bahwa di luar sana, ada orang yang mencari dan mengagumimu</b></h3><p style="text-align: left;">Saya tidak bercanda! Di luar sana, ada orang-orang yang berusaha mencari orang sepertimu, bahkan mungkin tidak sabar untuk berkolaborasi denganmu!</p><p style="text-align: left;">Saya bisa mengibaratkan orang-orang ini adalah <i>hidden gems</i>. Mungkin kamu tidak menyadarinya, tapi pasti ada.</p><p style="text-align: left;">Saya ingat sebuah tulisan, bahwa saat menulis, mungkin saja bahwa tulisan kita tidak akan dipuji orang banyak.</p><p style="text-align: left;">Tapi saya yakin, ada 1-2 orang yang mengapresiasi, bahkan mungkin membawa semua pesan dari tulisan saya hingga masa nanti.</p><p style="text-align: left;"><b><u>Kesimpulan:</u> </b>Jangan meragukan dirimu hanya karena kamu tidak populer. Satu-dua orang yang mengagumimu sudah cukup untuk menjadi bahan bakar kepercayaan dirimu. Jangan percaya media sosial!</p><h3 style="text-align: left;"><b>Dalam ranah serupa pun, <i>our interest might not fill everyone's plate</i></b></h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="broccoli with meat on plate" class="YVj9w" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 902px) min(100%, 870px), (max-height: 756px) min(100%, 870px), (min-aspect-ratio: 6080/4054) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.49975), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=870&q=80 870w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1170&q=80 1170w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1470&q=80 1470w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1740&q=80 1740w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1770&q=80 1770w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2070&q=80 2070w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2340&q=80 2340w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2370&q=80 2370w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2670&q=80 2670w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2940&q=80 2940w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2970&q=80 2970w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3270&q=80 3270w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3540&q=80 3540w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3570&q=80 3570w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3870&q=80 3870w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4140&q=80 4140w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4170&q=80 4170w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4470&q=80 4470w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4740&q=80 4740w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4770&q=80 4770w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5070&q=80 5070w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5340&q=80 5340w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5370&q=80 5370w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5670&q=80 5670w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5940&q=80 5940w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5970&q=80 5970w, https://images.unsplash.com/photo-1539136788836-5699e78bfc75?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=6080&q=80 6080w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><a href="https://unsplash.com/photos/mmnKI8kMxpc" target="_blank">Ella Olson di Unsplash</a></i></td></tr></tbody></table><p style="text-align: left;">Masih serupa dengan topik di atas, <i>owning our okayness</i> berarti menyadari bahwa apa yang kita kerjakan atau yakini tidak masuk dalam keyakinan orang lain.</p><p style="text-align: left;">Mungkin kamu memiliki sebuah aliran seni yang sangat bagus! Beberapa temanmu menyarankan untuk masuk sekolah seni.</p><p style="text-align: left;">Dan ketika masuk, tentu kamu menyadari bahwa banyak orang yang memiliki aliran seni berbeda, dan mungkin...</p><p style="text-align: left;">Beberapa lebih dipuji daripada yang lain.</p><p style="text-align: left;"><b>Kamu tidak salah</b>. Mungkin memang orang-orang saat ini tidak mencari piring berisi aliran seni yang kamu anut.</p><p style="text-align: left;"><u style="font-weight: bold;">Kesimpulan: </u>Cari tahu mana komunitas atau lingkungan yang mengapresiasi karyamu. Jangan menyerah hanya karena beberapa orang tidak mengkonsumsi karyamu!</p><h3 style="text-align: left;"><b>Menulis jurnal kegagalan, lalu tanyakan, "Apakah orang lain pernah mengalaminya?"</b></h3><p style="text-align: left;">Sangat mudah untuk terjebak dalam, <b>"<i>Gue doang yang kayak gini."</i></b></p><p style="text-align: left;"><i>Surprisingly</i>, hal-hal konyol yang kita lakukan sejatinya mungkin masuk dalam <i>common mistakes</i> yang dialami lebih banyak orang.</p><p style="text-align: left;">Hanya saja, <b>mereka sih tidak mempublikasikannya</b>. Sehingga kamu tidak menyadari bahwa mereka juga mengalaminya!</p><p style="text-align: left;">Kamu bisa membuat jurnal berisi daftar hal-hal kesalahan atau kegagalan yang kamu alami.</p><p style="text-align: left;">Di kolom samping, kamu tuliskan, <b>"Apakah orang lain pernah mengalaminya?"</b></p><p style="text-align: left;">Lalu di kolom sampingnya, <b>"Jika tidak, kenapa mereka tidak mengalaminya?"</b></p><p style="text-align: left;"><b><u>Kesimpulan:</u> </b>Dari jurnal ini, kamu bisa menemukan 3 hal:</p><p style="text-align: left;"></p><ol style="text-align: left;"><li>Jika orang lain pernah mengalaminya, tak ada alasan kamu meragukan dirimu menjadi yang paling buruk sedunia</li><li>Jika orang lain tidak mengalaminya, kamu bisa tahu mengapa dan mengadopsi cara mereka</li><li>Jika jawabanmu sekadar, "Karena mereka sudah jago," maka tanyakan lagi kepada dirimu: <b>Bagaimana saat mereka belum jago? Kesalahan apa yang mereka alami?</b></li></ol><p></p><h3 style="text-align: left;">Terakhir, <i>we can be someone's hero, NPC, or antagonist, so why bother?</i></h3><p style="text-align: left;">Gampangnya, kita bisa jadi menjadi musuh utama atau pahlawan di hidup orang lain.</p><p style="text-align: left;">Tapi, kita juga bisa menjadi <i>background character</i> saja. Alias bukan siapa-siapa.</p><p style="text-align: left;"><i><b>And it's really okay!</b></i></p><p style="text-align: left;">Kita tidak harus menjadi karakter utama dalam hidup orang lain. Bisa jadi kita sama pentingnya seperti pohon palem yang mereka ga perhatikan, alias hanya <i>background</i> semata.</p><p style="text-align: left;">Prinsip ini bisa membantu kita untuk menyadari bahwa hidup kita tidak selalu dramatis atau heboh. Atau sempurna. Atau apapun itu.</p><p style="text-align: left;"><i>We can just.... live</i>.</p><span><a name='more'></a></span><p style="text-align: left;">Kalau sudah mencoba 5 hal di atas, kamu bisa bagikan pendapatmu, <b><u>mana yang paling efektif dan efisien membantumu?</u></b></p><p style="text-align: left;">Saya pribadi juga masih berjuang untuk <i>owning my okayness</i>.</p><p style="text-align: left;">Jadi sebagai sesama orang yang tidak sempurna, mari kita saling tersenyum dan memeluk ketidaksempurnaan diri masing-masing!</p><p style="text-align: left;">Apakah kamu memiliki pendapat lain? Mari berdiskusi dalam ketidaksempurnaan.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="five red apples on white surface" class="YVj9w" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 899px) min(100%, 867px), (max-height: 756px) min(100%, 867px), (min-aspect-ratio: 2279/1525) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.49443), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1506808541308-577f3be75bb7?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1506808541308-577f3be75bb7?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=867&q=80 867w, https://images.unsplash.com/photo-1506808541308-577f3be75bb7?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1167&q=80 1167w, https://images.unsplash.com/photo-1506808541308-577f3be75bb7?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1467&q=80 1467w, https://images.unsplash.com/photo-1506808541308-577f3be75bb7?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1734&q=80 1734w, https://images.unsplash.com/photo-1506808541308-577f3be75bb7?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1767&q=80 1767w, https://images.unsplash.com/photo-1506808541308-577f3be75bb7?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2067&q=80 2067w, https://images.unsplash.com/photo-1506808541308-577f3be75bb7?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2279&q=80 2279w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://unsplash.com/photos/uSPjZzYwXO4" target="_blank"><i>Isabella and Zsa Fischer di Unsplash</i></a></td></tr></tbody></table><p></p><p></p><p></p>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-462100564116291042022-03-09T23:09:00.000+07:002022-03-09T23:09:22.208+07:00Bukan Clickbait: Lebih Hemat dengan Hidup Eco-Friendly<p>Kalau melihat judulnya, tampaknya cukup <i>SJW </i>tapi juga anak kos banget.</p><p>Pertanyaannya: <b>emangnya mungkin ya?</b></p><p>Nggak bisa dipungkiri juga kalau memang gaya hidup <i>eco-friendly</i> yang digembor-gemborkan di media sosial justru bikin kamu minder karena dipenuhi oleh <i>brand-brand </i>necis yang wajib dimiliki. Biar sah jadi anak <i>environmentalist, </i>gitu deh!</p><p>Ngaku deh, kamu pasti pernah maju-mundur jadi <i>enviromentalist</i> dengan alasan <b>nggak punya uang untuk beli barang-barang </b><i style="font-weight: bold;">fancy</i>.</p><p></p><blockquote>Padahal kalau mengacu pada esensinya, gaya hidup <i>eco-friendly</i> atau ramah lingkungan adalah gaya hidup yang berusaha mengurangi pemakaian sumber daya alam, baik secara pribadi maupun kolektif.</blockquote><p></p><p>Tujuannya jelas untuk menjaga bumi tetap lestari, tidak adanya kekurangan sumber daya alam, dan tidak tercemar.</p><p>Sebelum masuk ke sebuah fakta mengejutkan kenapa gaya hidup ramah lingkungan ini bisa membuat saya lebih HEMAT (sebuah kata yang sangat kamu sukai, tentunya), kita akan membahas dulu KENAPA-nya.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="woman in white top standing near trees" class="YVj9w" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 902px) min(100%, 870px), (max-height: 755px) min(100%, 870px), (min-aspect-ratio: 3000/2000) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.5), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=870&q=80 870w, https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1170&q=80 1170w, https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1470&q=80 1470w, https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1740&q=80 1740w, https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1770&q=80 1770w, https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2070&q=80 2070w, https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2340&q=80 2340w, https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2370&q=80 2370w, https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2670&q=80 2670w, https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2940&q=80 2940w, https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2970&q=80 2970w, https://images.unsplash.com/photo-1575241566617-08cc786865f9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3000&q=80 3000w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>(Foto oleh Khamkeo Vilaysing dari Unsplash)</i></td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Kenapa kita nggak pernah kepikiran bahwa <i>hal buruk bisa saja terjadi?</i></h3><p style="text-align: left;">Saya tinggal di salah satu kota besar di Jawa Timur dengan fasilitas yang mumpuni serta kualitas sumber daya yang masih bisa ditolerir. Air minum ada, transportasi ada, bahkan di tempat yang panasnya seperti <i>trial </i>neraka ini saja saya masih bisa tenang. Karena ada AC dan kipas angin.</p><p style="text-align: left;">Listrik jarang padam. Air mandi selalu bersih. Makanan pun bisa tinggal berjalan kaki saja.</p><p style="text-align: left;">Di kondisi yang serba aman, hampir tidak mungkin kita akan memikirkan <i style="font-weight: bold;">risiko apa yang akan terjadi selanjutnya. </i>Apalagi jika hal tersebut <i style="font-weight: bold;">belum terjadi kepada kita</i>.</p><p style="text-align: left;">Hal ini kurang lebih dapat dijelaskan dengan prinsip "<b><i><a href="https://www.simplypsychology.org/fundamental-attribution.html" target="_blank">fundamental attribution error</a>".</i></b></p><p style="text-align: left;"></p><blockquote>Prinsip ini menjelaskan kecenderungan manusia untuk berpikir bahwa hal buruk yang terjadi di luar sana ya merupakan kesalahan orang-orang itu, sedangkan bila hal buruk terjadi pada dirinya, maka bisa jadi hal tersebut kiamat atau keapesan.</blockquote><p>Terdengar familiar, nggak sih? Kalau orang lain ngalamin, dianggapnya dosa mereka. Tapi kalau terjadi di kita, eumm... mungkin sebuah 'musibah'?</p><p style="text-align: left;">Jelasnya, hal ini yang bikin kita lupa kalau di luar sana...</p><p style="text-align: left;"></p><ul style="text-align: left;"><li>Banyak pulau terluar Indonesia yang terancam tenggelam karena kenaikan air laut</li><li>Di Riau, banyak petani gagal panen karena kekeringan yang tidak lazim</li><li>Ribuan warga di Nusa Tenggara Timur menjadi tuna wisma karena cuaca ekstrem topan Seroja</li><li>Dan baru-baru 2022, banyak hujan es yang menghancurkan rumah dan ternak warga</li></ul><p style="text-align: left;">Tidak mengalami semuanya, beruntunglah. Tapi yang jelas, <b>perubahan iklim itu nyata.</b></p><h3 style="text-align: left;"><b>Instagram jadi ajang pamer 'Apa yang aku PUNYA untuk menyelamatkan bumi'</b></h3><p style="text-align: left;">Kalian bisa baca sendiri kata yang saya kapital. 'PUNYA'.</p><p style="text-align: left;">Yap, para <i>influencer </i>di Instagram lagi-lagi menjadikan ajang <i>eco-friendly</i> sebagai sarana berjualan atau pun promosi material yang dimiliki.</p><p style="text-align: left;">Nggak usah jauh-jauh, kapan terakhir kali kamu menggunakan sedotan stainless kamu?</p><p style="text-align: left;">Saya masih ingat awal 2018, semua orang sepertinya gemar membeli sedotan stainless akibat dorongan pemerintah untuk menghapuskan sedotan. Terlebih lagi tas <i>reusable </i>karena kantung kresek berbayar.</p><p style="text-align: left;">Jangan merasa terpojok, saya juga ikutan.</p><p style="text-align: left;"><i>Fast forward </i>ke 2022, yaa... sepertinya <i>gimmick </i>saja, ya. Untungnya saya masih konsisten menggunakannya meski kadang-kadang lupa mencucinya.</p><p style="text-align: left;">Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa banyak kebutuhan <i>eco-friendly</i> harus terhambat finansial karena adanya dorongan untuk 'Punya! Punya! Punya!' Katanya, bukan pecinta bumi kalau misalnya belum punya <i>menstrual cup! </i>Atau belum jadi SJW kalau belum punya skincare set dari LUSH! Atau jadi vegan! Atau ini, atau itu.</p><p style="text-align: left;">Dan daftar yang tak pernah berakhir.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="fragrance bottle lot" class="YVj9w" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 908px) min(100%, 876px), (max-height: 756px) min(100%, 876px), (min-aspect-ratio: 4928/3264) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.5098), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=876&q=80 876w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1176&q=80 1176w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1476&q=80 1476w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1752&q=80 1752w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1776&q=80 1776w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2076&q=80 2076w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2352&q=80 2352w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2376&q=80 2376w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2676&q=80 2676w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2952&q=80 2952w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2976&q=80 2976w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3276&q=80 3276w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3552&q=80 3552w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3576&q=80 3576w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3876&q=80 3876w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4152&q=80 4152w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4176&q=80 4176w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4476&q=80 4476w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4752&q=80 4752w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4776&q=80 4776w, https://images.unsplash.com/photo-1557827983-012eb6ea8dc1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4928&q=80 4928w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Emang harus ya punya semua ini?<br />(<i>Foto: Trung do Bao dari Unsplash)</i></td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Kabar baiknya, hidup <i>eco-friendly</i> bisa lebih riil dan apa adanya</h3><p style="text-align: left;">Saya pribadi awalnya merupakan satu dari jutaan orang yang tergila-gila dengan tren <i>eco-friendly</i>. Nggak ragu beli beberapa hal sekaligus, seperti <i>reusable cup </i>atau skincare alami beberapa <i>brand</i> besar.</p><p style="text-align: left;">Namun saat saya sendirian di kos saat pandemi, saya mulai berpikir, buat apa semua ini kalau tidak dipakai keluar? Kalau tidak dipamerkan?</p><p style="text-align: left;">Pandemi benar-benar menunjukkan sifat asli kita semua. Saat di titik terbawah, dan sendirian. Dari sini saya sadar, inilah titik untuk menentukan saya menjadi <i>enviromentalist</i> atau tidak. Tanpa memperhitungkan biaya.</p><p style="text-align: left;"></p><blockquote>Jadi saya mulai melakukan hal paling fundamental: <b>mengurangi barang yang dibeli, membeli barang-barang lokal dan terdekat, membeli barang bekas, dan tentunya mengurangi konsumsi plastik.</b></blockquote><b></b><p></p><p style="text-align: left;">Dan setelah 2 tahun berlalu, saya berhasil menciptakan sebuah kebiasaan yang menetap, menjadi gaya hidup.</p><h3 style="text-align: left;">Barang dan kegiatan <i>eco friendly</i> yang membuat saya hemat...</h3><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); font-family: -webkit-standard; letter-spacing: normal; margin-left: auto; margin-right: auto; orphans: auto; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; widows: auto; word-spacing: 0px;"></table><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="white ceramic mug on brown wooden table" class="YVj9w" height="320" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 612px) min(100%, 580px), (max-height: 755px) min(100%, 580px), (min-aspect-ratio: 3868/3868) calc((calc(100vh - 175px)) * 1), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=580&q=80 580w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=880&q=80 880w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1160&q=80 1160w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1180&q=80 1180w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1480&q=80 1480w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1760&q=80 1760w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1780&q=80 1780w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2080&q=80 2080w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2360&q=80 2360w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2380&q=80 2380w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2680&q=80 2680w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2960&q=80 2960w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2980&q=80 2980w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3280&q=80 3280w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3560&q=80 3560w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3580&q=80 3580w, https://images.unsplash.com/photo-1588959570984-9f1e0e9a91a6?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3868&q=80 3868w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="320" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>(Foto oleh EcoPanda dari Unsplash)<br /></i></td></tr></tbody></table><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"></table><h4 style="text-align: left;"></h4><p style="text-align: left;"></p><h4 style="text-align: left;">Kapas <i>reusable</i></h4><p style="text-align: left;">Bagi kalian yang memedulikan kesehatan kulit wajah, tentu tidak asing dengan menghapus <i>dosa-dosa </i>di wajah dengan kapas setiap malam hari, bukan?</p><p style="text-align: left;">Kapas <i>reusable </i>menjadi salah satu <i>game-changer</i> alias bikin saya lebih hemat karena nggak perlu <i>effort </i>jalan kaki ke toko beli kapas malam-malam ketika baru sadar sudah habis.</p><p style="text-align: left;">Saya sudah 2 tahun tidak beli kapas lagi. Dulu saya beli 12.000-15.000 (yang bulat) setiap 3 minggu - 1 bulan sekali.</p><p style="text-align: left;"><u>Saran: Minimal beli 10 + sabun alami untuk mencucinya, ya!</u></p><h4 style="text-align: left;">Pembalut kain</h4><p style="text-align: left;">Bukan rahasia lagi jika pembalut yang BAGUS dan NYAMAN harganya mahal! Belum lagi jika kalian haid cukup banyak dan menghabiskan cuan untuk membeli jenis yang menyerap bagus.</p><p style="text-align: left;">Pembalut kain benar-benar mengubah hidup saya karena saya nggak perlu lagi berpikir "Kapan beli pembalut ya?" atau "Loh, habis!" dan akhirnya bertarung dengan <i>kemageran</i>.</p><p style="text-align: left;">Pembalut kain sangat mudah dibersihkan. Kalian bisa membawa <i>drybag</i> yang murah untuk dibawa kemana-mana beserta pembalut. Tujuannya agar pembalut yang kotor bisa dimasukkan ke dalam <i>drybag</i> dan aman, deh!</p><p style="text-align: left;"><u>Saran: Belilah minimal 3 pada masing-masing tipe (regular dan heavy), sabun alami/stain remover, dan drybag! Jangan takut menyimpan pembalut biasa untuk jaga-jaga juga.</u></p><h4 style="text-align: left;">Botol <i>hand sanitizer </i>yang <i>refillable</i></h4><p style="text-align: left;">Awalnya saya beli ini supaya bisa dipersonalisasi dengan stiker dan memilih warna yang cantik. Namun baru sadar ketika saya membeli <i>refill </i>dan bisa mengisi ulang...</p><p style="text-align: left;">Saya nggak perlu pusing harus mengeluarkan Rp5.000-Rp10.000 untuk <i>hand sanitizer </i>yang akan habis dalam waktu 1-2 minggu kemudian.</p><p style="text-align: left;"><i>Refill </i>sangat murah dan terjangkau. Memang investasi nya cukup berat di botolnya, tetapi menurut saya sangat <i>worth it!</i></p><p style="text-align: left;">Ditambah, membuatmu bergaya.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="bag full of apples" class="YVj9w" height="213" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 902px) min(100%, 870px), (max-height: 755px) min(100%, 870px), (min-aspect-ratio: 5472/3648) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.5), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=870&q=80 870w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1170&q=80 1170w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1470&q=80 1470w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1740&q=80 1740w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1770&q=80 1770w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2070&q=80 2070w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2340&q=80 2340w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2370&q=80 2370w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2670&q=80 2670w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2940&q=80 2940w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2970&q=80 2970w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3270&q=80 3270w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3540&q=80 3540w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3570&q=80 3570w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3870&q=80 3870w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4140&q=80 4140w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4170&q=80 4170w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4470&q=80 4470w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4740&q=80 4740w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4770&q=80 4770w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5070&q=80 5070w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5340&q=80 5340w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5370&q=80 5370w, https://images.unsplash.com/photo-1570913196444-6f013e478152?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5472&q=80 5472w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="320" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>(Foto oleh Priscilla Du Preez dari Unsplash)</i></td></tr></tbody></table><h4>Tas belanja <i>reusable</i></h4><p style="text-align: left;">Mungkin poin ini terkesan menggurui, namun memiliki tas belanja <i>reusable </i>sangat menyelamatkan kita saat hendak membeli barang penting atau sekadar lapar mata.</p><p style="text-align: left;">Ukuran tas belanja yang cenderung besar bisa membantu kita membeli benda dari yang kecil atau besar sekalipun.</p><p style="text-align: left;">Dan tentunya, hemat biaya kresek apalagi ketika kita makan di gerai <i>fast food</i> yang sudah jarang menyiapkan kantung plastik.</p><p style="text-align: left;">Karena percayalah, nggak ada yang suka ketika membawa <i>cheeseburger</i>, kentang, dan minuman ditambah <i>soft ice cream</i> sekaligus dengan kedua tangannya (<i>pengalaman pribadi, tentu saja</i>).</p><div><b>Mengumpulkan kotak, botol, kaleng bekas makanan atau minuman</b></div><p style="text-align: left;">Kalau ada yang mau bilang ini sebuah kebiasaan ibu-ibu, mungkin memang benar. Tapi hal ini bisa membantumu lebih hemat daripada membeli kotak makan dari sebuah MLM yang harganya meroket.</p><p style="text-align: left;">Meski bentuknya bisa jadi <i>tidak fancy</i>, tapi fungsionalnya tentu dapat. Kamu bisa menghiasnya atau pun menatanya dengan rapi agar tampak lebih baik.</p><p style="text-align: left;">Kamu tidak lagi perlu bingung bila hendak menyimpan sayur, daging, atau bahan makanan lain di kulkas tanpa harus menyiapkan tempat makan tambahan yang belum kamu beli. Ini membantu persiapan <i>food preparation</i>.</p><h4 style="text-align: left;"><i>Secondhand clothing / thrift shop</i></h4><p style="text-align: left;">Sebenarnya kebiasaan membeli pakaian bekas sudah menetap sejak 10 tahun silam. Selain karena harganya murah, saya juga bisa mendapatkan pakaian bermerk tanpa harus mengeluarkan harga lebih.</p><p style="text-align: left;">Seringkali pakaian <i>thrift shop</i> juga masih dalam kualitas bagus dan jarang ditemukan di toko aslinya!</p><p style="text-align: left;">Sejujurnya, kegiatan inilah yang selain <i>eco-friendly</i>, juga menyelamatkan dompet saya. Saya pribadi bukan tipe orang yang malu dengan membeli <i>thrift shop</i>. Selama pakaian itu pantas bahkan tampak cantik, mengapa tidak?</p><p style="text-align: left;"><u>Tips: Cari di tempat yang bersih dan <b>selalu cuci dahulu </b>pakaian yang kamu beli!</u></p><span><a name='more'></a></span><p style="text-align: left;">Selain beberapa poin di atas, tentu masih banyak kegiatan dan barang yang membantu saya. Meskipun, generik, seperti:</p><p style="text-align: left;"></p><ul style="text-align: left;"><li>Botol minum bagus untuk menghemat kebiasaan membeli minuman tambahan di <i>cafe</i></li><li>Tempat makan kokoh dan alat makan yang bagus sehingga bisa terbiasa membawa bekal</li><li>Peralatan masak mumpuni benar-benar mengubah kebiasaan masak menjadi lebih praktis</li><li>Juaranya masih tetap <i>stainless steel</i>, yang sangat <i>effortless </i>tetapi bisa membantu kamu menyelamatkan dunia!</li></ul><div>Nah dari kegiatan dan barang di atas, ada yang mau kamu tambahkan? <i>Let's save the earth on effortless way!</i></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="woman in white shirt holding bottle" class="YVj9w" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 908px) min(100%, 876px), (max-height: 756px) min(100%, 876px), (min-aspect-ratio: 4928/3264) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.5098), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=876&q=80 876w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1176&q=80 1176w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1476&q=80 1476w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1752&q=80 1752w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1776&q=80 1776w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2076&q=80 2076w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2352&q=80 2352w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2376&q=80 2376w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2676&q=80 2676w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2952&q=80 2952w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2976&q=80 2976w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3276&q=80 3276w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3552&q=80 3552w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3576&q=80 3576w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3876&q=80 3876w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4152&q=80 4152w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4176&q=80 4176w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4476&q=80 4476w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4752&q=80 4752w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4776&q=80 4776w, https://images.unsplash.com/photo-1545166084-984d807048f1?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4928&q=80 4928w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>(Foto oleh Globelet Reusable dari Unsplash)</i></td></tr></tbody></table><p></p><p></p>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-51261276395505001162022-03-02T22:55:00.002+07:002022-03-02T22:55:41.970+07:00Berdamai Dengan Waktu: Catatan Tentang Slow Living<p>Sebagai mantan karyawan startup, waktu itu segalanya.</p><p>Mengutip dari istilah para masyarakat kekinian, <i>hustle culture is real</i>. Dulu, saya belajar bahwa <i>"It's not big against the small, but fast beating the slow."</i></p><p>Kalau kata partner kerja saya, "5 detik kehilangan kita bisa menjadi 5 tahun kesuksesan mereka." Begitu banyaknya nasihat yang ditujukan langsung untuk menggebrak pekerjaan yang 'itu-itu' aja.</p><p>Awalnya, konsep ini ditujukan untuk orang-orang yang tergolong pada pekerjaan 'itu-itu' aja. Pekerjaan administratif yang membosankan mungkin.</p><p><i>Well</i>, akui saja kalau kamu seumuran saya saat ini (mid twenties), tentu <i>ogah </i>banget bekerja yang <i>sedentary</i> alias di depan laptop dengan jam kerja 9-5, ya kan? Belum lagi dengan <i>jobdesc </i>yang, sekali lagi, <i>itu-itu </i>aja.</p><p>Nggak heran kalau saya, selama 5 tahun terakhir, adalah penganut setia sekte <i>hustle culture</i>. Kalau seharian nggak pegang laptop, rasa bersalahnya ngalah-ngalahin lupa ulang tahunnya pacar. <i>Self-talk </i>negatif seperti, "Aku nggak pantas sukses," "Aku nggak pantas istirahat," "Aku mudah menyerah" bisa jadi merupakan refleksi dari ketakutan yang sukses dipropagandakan oleh <i>hustle culture.</i></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="hippopotamus lying on surface near body of water" class="YVj9w" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 902px) min(100%, 870px), (max-height: 755px) min(100%, 870px), (min-aspect-ratio: 5472/3648) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.5), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=870&q=80 870w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1170&q=80 1170w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1470&q=80 1470w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1740&q=80 1740w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1770&q=80 1770w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2070&q=80 2070w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2340&q=80 2340w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2370&q=80 2370w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2670&q=80 2670w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2940&q=80 2940w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2970&q=80 2970w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3270&q=80 3270w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3540&q=80 3540w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3570&q=80 3570w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3870&q=80 3870w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4140&q=80 4140w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4170&q=80 4170w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4470&q=80 4470w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4740&q=80 4740w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4770&q=80 4770w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5070&q=80 5070w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5340&q=80 5340w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5370&q=80 5370w, https://images.unsplash.com/photo-1562426772-f7b1d159764b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5472&q=80 5472w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Foto oleh Tim de Pauw di Unsplash</i></td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Pada akhirnya, cepat bekerja berarti cepat tumbang</h3><div>Ada anekdot menarik saat saya berkuliah sarjana psikologi (dan masih diterapkan saat saya mengambil magister profesional psikologi saat ini):</div><blockquote><p>Meskipun kuliah teknik terasa lebih sulit, namun sejatinya ada kemudahan tersendiri saat menangani mesin dan hal eksak. Mahasiswa teknik nggak perlu takut bahwa objek penelitiannya akan mengalami faktor-faktor di luar dugaan seperti sakit, sedih, marah, kecewa, dan juga masalah psikososial lainnya.</p></blockquote><p>Tanpa banyak analogi, saya bisa simpulkan bahwa <a href="https://headversity.com/the-toxicity-of-hustle-culture-the-grind-must-stop/" target="_blank"><i>hustle culture </i>memperkerjakan manusia layaknya mesin.</a> </p><p>Bayangkan saja jika kamu punya waktu luang dan atasan atau rekan kerjamu bilang, "Kok kamu nggak ngapa-ngapain?" Padahal kamu baru saja bekerja 7 jam! 1 jam-nya buat Netflix santai boleh, ya! Tapi nggak, kamu nggak boleh, karena kamu nggak <i>keliatan </i>bekerja.</p><p>Mesin aja butuh waktu <i>cool down</i>, kenapa manusia tidak? Inilah <i>blindspot</i> yang sering dilupakan -- atau diacuhkan -- oleh konsep <i>hustle culture.</i></p><p>Saya kerap menemui beberapa klien yang sekadar curhat, "Saya merasa bersalah jika tidak melakukan apapun atau memikirkan hal lain di hari kerja. Saya capek, tapi saya cemas performa menurun atau dianggap tidak produktif."</p><p>Siklus ini akan terus berputar meski roda produktivitas 'seret' alias macet terkena sakit. Sayangnya, banyak yang akan terus memaksakan untuk <i>grind</i> hingga akhirnya mesin itu tak bisa bekerja lagi dalam waktu lama.</p><p><i>What do you think</i>?</p><h3 style="text-align: left;">Saat semua sudah cepat, maka akan ada dorongan untuk terus menjadi lebih <i>cepat</i></h3><p style="text-align: left;">Percayalah, jika kamu merasa "Kenapa yang kulakukan selalu terasa belum cukup?", itu dikarenakan memang tuntutan untuk menjadi 'lebih' selalu ada.</p><p style="text-align: left;">Beruntung, saya membaca beberapa buku yang membantu menenangkan saya, seperti <b>The Things You Can See Only When You Slow Down </b>(Haemin Sunim), <b>How to Train a Wild Elephant </b>(Jan Chozen Bays), dan <b>In Praise of Slowness </b>(Carl Honoré).<br /></p><p>Ketiga buku tersebut menjelaskan sebuah fakta yang logis namun sering dilewatkan: <b><u>Cepat tidak akan ada batasnya.</u></b></p><p>Jika kita melaju dengan tujuan, mungkin akan ada saat ketika kita senang bisa berhasil datang tepat waktu atau mungkin lebih cepat. Namun ini adalah hidup, yang seringkali kita justru melupakan sekitar kita saat kita melaju.</p><p>Ketiga buku itu juga saya baca kembali saat saya mengalami <i>burnout</i> yang sangat parah.</p><p>Di saat saya harus berhadapan dengan banyak tuntutan dari klien maupun akademik, saya juga harus berhadapan dengan tuntutan kehidupan saya sebagai manusia!</p><p>Tidak ada satu pun yang harus dikalahkan dan pun mereka semua tidak bisa diselesaikan lebih dahulu untuk bisa dikurangi.</p><p>Kenapa saya bisa terjebak di kondisi ini? <b>Karena saya masih menganggap, semakin banyak hal yang saya kerjakan, maka semakin <i>cepat</i> saya bisa sampai di tujuan.</b></p><p>Tujuan apa? Tidak ada. Tidak ada yang membuat saya lebih cepat. Saya justru <i>tidak menikmati</i> dan <i>tidak bisa belajar </i>tentang apa yang sedang saya hadapi!</p><p></p><blockquote>Kamu pasti pernah merasakannya. Ketika kamu berhadapan dengan ratusan jadwal, dan ternyata menyadari bahwa kamu tak punya waktu untuk diri sendiri! Apakah kamu mau mendefinisikan hidupmu dari segala kesibukan, yang ternyata tidak memberikanmu apapun?</blockquote><p></p><p>Bukan hanya saya akhirnya stres dan kesehatan terganggu, namun juga performa saya sebagai konselor maupun pekerja <i>freelance</i> menurun drastis.</p><p>Lantas apa yang bisa saya kejar bila 'mempercepat diri sendiri' ternyata justru tidak membuahkan hasil apapun dari yang saya ambil?</p><h3 style="text-align: left;">Slow living bukan mengajarkan untuk menjadi lambat, tetapi lebih menikmati setiap detiknya</h3><p style="text-align: left;">Ada sebuah kesalahpahaman besar bahwa lawan dari cepat adalah lambat. Secara semantik mungkin benar, namun secara kontekstual bukan demikian.</p><p style="text-align: left;">Lawan dari Cepat (dengan kapital C, indikasi dari sebuah <i>cult </i>atau gerakan) adalah Perlahan. Cepat di sini mungkin memiliki padanan yang lebih dekat dengan 'Tergesa' daripada 'Memangkas Waktu'.</p><p style="text-align: left;"></p><blockquote>Apakah kamu ingat rasa dari makanan yang kamu santap terakhir kali? Bagaimana wajah Ibu atau Ayah saat kamu bertemu sebelumnya? Apa kalimat terakhir dari rekan kerjamu sebelum pulang dan apa warna langit sore itu?</blockquote><p></p><p style="text-align: left;">Ketiga buku di atas membantu saya untuk lebih <i>aware</i> atau bahasa gaulnya <i>mindful</i> dengan apa saja yang bisa saya kerjakan. Yang saya lalui. Saya nikmati.</p><p style="text-align: left;">Saya <b>bukan berarti melambatkan diri, </b>namun saya berusaha lebih terorganisir dalam mencatat prioritas. Saya juga mulai fokus pada efisiensi <i>to do list</i>.</p><p style="text-align: left;">Daripada saya berusaha untuk mengambil semua hal dan mempercepat masing-masing tugas, saya fokus pada <i>to-do list </i>yang benar-benar saya perlukan.</p><p style="text-align: left;"><i>Deadline</i> tugas saya tetap sama. Saya tetap harus mengerjakan pekerjaan domestik dan tuntutan praktik kerja magang saya. Saya tetap harus menghadapi klien saya pada hari yang sama. Tidak ada yang berbeda.</p><p style="text-align: left;">Bedanya hanya pada bagaimana saya mengelola waktu. Hidup Perlahan membantu saya untuk fokus pada hari itu. Misalkan saya hari itu harus menangani 3 klien, maka saya akan membuat para klien sebagai prioritas. Saya tidak akan mengerjakan hal-hal yang sama beratnya dengan konseling pada hari itu.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="woman closing eyes white standing against stainless steel rail" class="YVj9w" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 903px) min(100%, 871px), (max-height: 756px) min(100%, 871px), (min-aspect-ratio: 5351/3567) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.50014), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=871&q=80 871w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1171&q=80 1171w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1471&q=80 1471w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1742&q=80 1742w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1771&q=80 1771w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2071&q=80 2071w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2342&q=80 2342w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2371&q=80 2371w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2671&q=80 2671w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2942&q=80 2942w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2971&q=80 2971w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3271&q=80 3271w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3542&q=80 3542w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3571&q=80 3571w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3871&q=80 3871w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4142&q=80 4142w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4171&q=80 4171w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4471&q=80 4471w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4742&q=80 4742w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4771&q=80 4771w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5071&q=80 5071w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5342&q=80 5342w, https://images.unsplash.com/photo-1498090890888-3df9298e7b84?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=5351&q=80 5351w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Foto oleh Sean Kong di Unsplash</i></td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Slow-Living membantu mengelola prioritas dan belajar melepaskan</h3><p style="text-align: left;">Tidak ada yang tidak kita inginkan di dunia ini. Kalau bisa sih, semua kita <i>sabet</i> sekaligus agar tidak FOMO atau pun ketinggalan satu hal.</p><p style="text-align: left;">Manusia, pada dasarnya, takut akan konsekuensi.</p><p style="text-align: left;">Namun, <b>slow-living membantu kita untuk menikmati apa yang kita punya, bukan mengejar yang belum kita punya</b>.</p><p style="text-align: left;">Saya mulai membiasakan diri untuk menuliskan prioritas apa di hari-hari tersebut. <b>Bukan berarti saya saklek dan tidak fleksibel</b>, namun saya jadi punya alasan kuat untuk <b>menolak atau menerima </b>sebuah aktivitas atau kegiatan.</p><p style="text-align: left;">Setiap kali saya menyeduh teh untuk bekerja di malam hari (yang mana sudah termasuk dalam jadwal), saya memperhatikan bagaimana teh tersebut hangat. Selama ini, teh sudah menemani saya sebagai rekan berpikir. Tapi saya kadang lupa, kenapa teh?</p><p style="text-align: left;">Jawabanya bisa saya dapatkan saat saya mulai menikmati setiap kegiatan saya. Teh yang hangat. Setiap tegukannya membasahi kerongkongan. Dan aroma mint yang membantu saya terjaga.</p><p style="text-align: left;">Sederhana, tetapi bermakna.</p><p style="text-align: left;">Dan tentunya, di balik kehidupan yang Perlahan, ada hal-hal yang harus dikorbankan.</p><p style="text-align: left;"></p><blockquote>Saya tidak bisa melakukan 3 pekerjaan berbeda sekaligus dalam satu waktu. Namun saya bisa mendayung lebih jauh pada satu pekerjaan dan hal itu ternyata lebih <i>rewarding</i>.</blockquote><p></p><p style="text-align: left;">Sesuatu yang tidak saya kenali saat di <i>hustle culture</i>. Saya dituntut harus bisa menyelesaikan semua dalam satu waktu.</p><p style="text-align: left;">Tapi apakah benar saya justru bisa mendapatkan semua? Faktanya, saya justru tidak maksimal dalam satu hal pun.</p><p style="text-align: left;">Dan dari slow-living lah saya berusaha untuk fokus, berjalan di arah yang tepat. Saya mungkin pelan, tetapi saya bisa berjalan terus menerus.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="woman holding ceramic mug" class="YVj9w" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 902px) min(100%, 870px), (max-height: 755px) min(100%, 870px), (min-aspect-ratio: 2400/1600) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.5), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1512767549576-fec05bcc5305?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1512767549576-fec05bcc5305?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=870&q=80 870w, https://images.unsplash.com/photo-1512767549576-fec05bcc5305?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1170&q=80 1170w, https://images.unsplash.com/photo-1512767549576-fec05bcc5305?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1470&q=80 1470w, https://images.unsplash.com/photo-1512767549576-fec05bcc5305?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1740&q=80 1740w, https://images.unsplash.com/photo-1512767549576-fec05bcc5305?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1770&q=80 1770w, https://images.unsplash.com/photo-1512767549576-fec05bcc5305?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2070&q=80 2070w, https://images.unsplash.com/photo-1512767549576-fec05bcc5305?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2340&q=80 2340w, https://images.unsplash.com/photo-1512767549576-fec05bcc5305?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2370&q=80 2370w, https://images.unsplash.com/photo-1512767549576-fec05bcc5305?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2400&q=80 2400w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Foto oleh Parker Johnson di Unsplash</i></td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Hal-hal apa saja yang bisa kamu lakukan untuk memulai slow living?</h3><h4 style="text-align: left;">Menyempatkan waktu memasak, sesederhana apapun itu</h4><p style="text-align: left;">Saya bukan tipe orang yang bisa memasak banyak hal, jadi saya sebisa mungkin belanja <i>apapun</i> yang <i>versatile</i> alias bisa serba guna. Lalu dipotong-potong agar memudahkan saya untuk memasak tinggal <i>cemplang-cemplung</i> saja.</p><p style="text-align: left;">Setiap memotong kacang panjang, mengiris daging, atau mencincang bawang, saya berusaha untuk mencium aromanya, merasakan teksturnya, bahkan mendengarkan suara 'ctak! ctak!' dari pisau yang saya gunakan.</p><p style="text-align: left;"><u style="font-weight: bold;">Manfaatnya: </u>Saya bisa menjadi lebih sabar, sering menarik nafas untuk <i>remind myself</i> bahwa kamu lagi hidup, aman, dan tenang. Saya juga lebih menghargai makanan dan juga memiliki <i>excuse</i> untuk <i>me-time</i> saat masak. Tidak ada <i>deadline</i> atau panggilan dari orang lain. Hanya saya dan sayuran saya.</p><h4 style="text-align: left;">Jika kamu pekerja atau pelajar, belajar dengan mencatat manual di kertas/buku</h4><p style="text-align: left;">Akhir-akhir ini saya bergabung dengan komunitas <i>studygram</i> baik Indonesia maupun mancanegara. Saya menyadari bahwa cara belajar setiap orang bisa berbeda-beda. <i>And it's okay</i>. Saya tipe orang yang suka mencatat manual.</p><p style="text-align: left;">Tidak praktis, memang. Tapi ada rasa yang menarik setiap kali menorehkan pensil atau pulpen di atas kertas. <i>Wow, aku lagi belajar</i>, adalah salah satu hal yang saya pikirkan. Terlebih jika ponsel <i>off </i>atau <i>silent</i>, rasanya seluruh dunia berputar hanya untukmu.</p><p style="text-align: left;">Saya membagi waktu khusus untuk belajar dan mengerjakan. Hal ini agar tidak memecah fokus dan bisa mendapat manfaat yang maksimal.</p><p style="text-align: left;"><u style="font-weight: bold;">Manfaatnya:</u> Waktu terasa melambat, dan saya bisa merangkum banyak hal sekaligus. Saya bisa fokus dengan apa yang mau saya pelajari, dan saya bisa mendapat inspirasi untuk pekerjaan atau tugas saya besok.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="group of people walking on street" class="YVj9w" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 941px) min(100%, 909px), (max-height: 756px) min(100%, 909px), (min-aspect-ratio: 4314/2754) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.56645), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=909&q=80 909w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1209&q=80 1209w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1509&q=80 1509w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1809&q=80 1809w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1818&q=80 1818w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2109&q=80 2109w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2409&q=80 2409w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2418&q=80 2418w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=2709&q=80 2709w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3009&q=80 3009w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3018&q=80 3018w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3309&q=80 3309w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3609&q=80 3609w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3618&q=80 3618w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=3909&q=80 3909w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4209&q=80 4209w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4218&q=80 4218w, https://images.unsplash.com/photo-1526112658970-626227769d4d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=4314&q=80 4314w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Foto oleh Jeremy Stenuit di Unsplash</i></td></tr></tbody></table><h4 style="text-align: left;">Menjadwalkan <i>workout </i>tipis-tipis</h4><p style="text-align: left;">Sebelum kamu menutup tab dengan menggerutu, "Hadeeeh, olahraga lagi," saya mau meyakinkanmu bahwa <i>workout</i> bukan berarti harus menggunakan <i>smartwatch</i> atau pun balapan kalori terbanyak.</p><p style="text-align: left;"><i>Workout </i>di sini, bagi saya, hanya sebagai <i>me-time </i>untuk membakar energi yang mengendap karena kebanyakan duduk. Saya juga perlu stretching atau pun menggerakkan badan.</p><p style="text-align: left;">Kamu tipe orang yang suka menari? Lakukan. Lari? Mari. Jalan keliling rumah? Kenapa tidak?</p><p style="text-align: left;">Saya mengkategorikan <i>workout</i> sebagai 'waktu tertentu untuk fokus pada pergerakan tubuh, baik terstruktur atau tidak'. Saya biasanya jalan sore 30-60 menit. Kalau tidak bisa ya hanya stretching. Kalau lagi ingin gerak banyak ya mengikuti instruksi di YouTube. Nggak ribet.</p><p style="text-align: left;"><u style="font-weight: bold;">Manfaat</u>: <i>Me-time</i> adalah yang paling utama. Lagi-lagi, kegiatan ini membuatmu tidak <i>in rush</i> mengerjakan banyak hal, dan menikmati prosesnya. Terlebih olahraga bukanlah proses yang semalam tuntas. Saya bukan tipe pelari atau <i>workout </i>intens, namun kenyataannya berat saya turun 2 kilogram selama 2 bulan tanpa usaha yang berat-berat amat. Namun yang terpenting adalah badan saya selalu lebih segar dan jarang mengantuk. Cocok untuk yang sedang mengerjakan tugas!</p><h4 style="text-align: left;">Jadwalkan untuk melihat dunia luar, dengan perlahan, <i>phone free</i> (kecuali foto)</h4><p style="text-align: left;">Masih bersinggungan dengan poin sebelumnya, sih. Saya biasanya menjadwalkan <i>workout</i> sebagai jalan-jalan santai keliling rumah 30-60 menit. Saat ini, saya tidak fokus dengan berapa jarak atau kalori. Saya fokus melihat sekitar saya.</p><p style="text-align: left;">Warna apa langit hari ini. Ada bunga apa? Teksturnya seperti apa? Sedang apa orang yang terdekat denganmu. Apa warna pintu dari rumah kedua di kananmu?</p><p style="text-align: left;">Hal-hal sekitar seperti itu bisa membuat saya <i>grounding</i> atau sadar kembali. Dunia bukan hanya soal jadwal atau tuntutan, tetapi juga detil-detil kecil yang kita lupakan.</p><p style="text-align: left;">Karena saya hobi foto, susah untuk tidak membawa ponsel. Tapi saya selalu pastikan paket data tidak menyala.</p><p style="text-align: left;"><u style="font-weight: bold;">Manfaat</u>: Menyadarkan diri bahwa banyak potensi dan hal lain di luar sana yang ... hidup? Yang bisa dinikmati. Ternyata kita tidak ada bedanya dengan ibu yang menjemur kerupuk di halaman depan atau pohon palem di ujung jalan. Kembali ke <i>universe</i> terdengar klise, saran saya coba lakukan sendiri dulu.</p><h4 style="text-align: left;">Terakhir, kenali dirimu, prioritaskan dirimu</h4><div>Poin terpenting <i>slow living</i> adalah mengenali kembali dirimu, batasmu. Dan jika hal-hal terjadi di luar kendali, ikhlaskan. Kamu juga perlu tahu kapan harus mengiyakan atau menolak sesuatu.</div><p style="text-align: left;">Saat ini, saya sedang belajar untuk menjadwalkan diri rajin menulis blog. Tulisan apapun itu, yang penting berproses menulis. Jika ada kegiatan atau agenda tidak terduga di hari itu, saya bisa menolak dengan alasan sedang ada agenda tersendiri.</p><p style="text-align: left;">Saya sudah melakukannya 2 kali, dan ajaibnya, saya bisa menjadi lebih bahagia karena berfokus pada diri saya sendiri.</p><p>Kalau membaca referensi dari ketiga buku di atas, banyak sekali ilmu praktis dan ilmiahnya. Namun tidak semuanya bisa dilakukan dengan cepat atau pun sesuai dengan tuntutan. Harus saya akui, beberapa <i>slow living</i> hanya bisa dilakukan jika kamu cukup <i>privilege. </i>Seperti jika kamu memiliki anak lebih dari 3 dan semuanya sedang sekolah daring. Tentu berat, saya paham.</p><p>Namun <i>hustle culture </i>lebih menuntut <i>privilege </i>yang lebih tinggi lagi. Atasanmu mungkin bisa bekerja terus menerus karena mereka memiliki kemampuan finansial yang baik untuk memesan makanan cepat saji atau ada asisten pribadi yang memasak sehingga tidak perlu bingung makan apa. Sedangkan kamu, dengan gaji UMR, bisa saja kamu masih berpikir mau mengolah nasi kemarin menjadi sajian apa.</p><p style="text-align: left;"></p><blockquote><p style="text-align: left;">Dan ketika kamu sudah mulai belajar untuk <i>slow-living</i>... Kamu akan menyadari bahwa kamu tetap bergerak, lebih aman, dan lebih jauh.</p><p style="text-align: left;"></p></blockquote><p style="text-align: left;"><br /></p><p></p><p></p>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-16306199054393080322021-10-19T15:26:00.000+07:002021-10-19T15:26:18.438+07:00Bagaimana, Bila Berdansa Sekali Lagi?<p><span style="font-family: inherit;"><i>Sebuah kolaborasi dengan Bayu Mayarani.</i></span></p><p>--</p><p><span style="font-family: inherit;">Awan sedang terlihat tebal dan nyaman</span></p><p><span style="font-family: inherit;">seorang pria berputar dan memainkan jarinya yang lincah</span></p><p><span style="font-family: inherit;">hitam dan putih merasa bahagia ditekan</span></p><p><span style="font-family: inherit;">terdengar dari teriakan yang ringan</span></p><p><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p><span style="font-family: inherit;">Layaknya lembayung senja yang mendayu</span></p><p><span style="font-family: inherit;">pria itu pun berdendang dalam sendu</span></p><p><span style="font-family: inherit;">di ujung pelupuk, tampak bayang yang menaruh rindu</span></p><p><span style="font-family: inherit;">"Sayangku," ujarnya, sebuah rasa yang begitu rapuh dalam haru biru</span></p><p><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="woman dancing time lapse photography" class="YVj9w" data-important="" height="427" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 902px) min(100%, 870px), (max-height: 755px) min(100%, 870px), (min-aspect-ratio: 5760/3840) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.5), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=870&q=80 870w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1170&q=80 1170w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1470&q=80 1470w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1740&q=80 1740w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1770&q=80 1770w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2070&q=80 2070w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2340&q=80 2340w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2370&q=80 2370w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2670&q=80 2670w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2940&q=80 2940w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2970&q=80 2970w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3270&q=80 3270w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3540&q=80 3540w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3570&q=80 3570w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3870&q=80 3870w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4140&q=80 4140w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4170&q=80 4170w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4470&q=80 4470w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4740&q=80 4740w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4770&q=80 4770w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5070&q=80 5070w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5340&q=80 5340w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5370&q=80 5370w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5670&q=80 5670w, https://images.unsplash.com/photo-1531318701087-32c11653dd77?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5760&q=80 5760w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto oleh Ahmad Odeh dari <a href="https://unsplash.com/photos/lVNjROfGm8Q" target="_blank">Unsplash</a></td></tr></tbody></table><p><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p><span style="font-family: inherit;">ditutup matanya yang merah</span></p><p><span style="font-family: inherit;">kemasukkan debu elaknya</span></p><p><span style="font-family: inherit;">hati susah percaya kepadanya</span></p><p><span style="font-family: inherit;">tergambar wanita menari di lingkarnya</span></p><p><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p><span style="font-family: inherit;">Maukah sekali lagi kau berdansa</span></p><p><span style="font-family: inherit;">Berbelok mengejar renjana</span></p><p><span style="font-family: inherit;">Berputar dalam sebuah romansa</span></p><p><span style="font-family: inherit;">Mungkin, mungkin, untuk satu kali lagi, memupuk sebuah asa</span></p><p><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p><span style="font-family: inherit;">Tangan sudah terbuka</span></p><p><span style="font-family: inherit;">bibir bergumam menghitung gerakan langka</span></p><p><span style="font-family: inherit;">tak tertutup garis tangan tersebut</span></p><p><span style="font-family: inherit;">melihat kebawah bayangan pria muncul</span></p><p><span style="font-family: inherit;"><br /></span></p><p><span style="font-family: inherit;">Lidah kelu, angka terhenti sembari berlalu</span></p><p><span style="font-family: inherit;">Dalam hati, pria itu akan kembali menjadi masa lalu</span></p><p><span style="font-family: inherit;">Tirai yang tertutup, semua kembali dalam kesibukan semu</span></p><p><span style="font-family: inherit;">Lagi dan lagi, pria itu kembali sendiri, dalam lubuk hati yang vakum</span></p><p>--</p><p><i>Lagi dan lagi, bertemu dengan relung tanpamu.</i></p>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-13008435074668224852021-08-23T22:40:00.000+07:002021-08-23T22:40:03.484+07:00Buru-buru Berlalu<p>Malam itu angin berbisik kepadaku</p><p>Katanya ada yang lebih baik daripada diriku</p><p>Kujejakkan kaki menuju dirimu</p><p>Yang tak tahu malu, sembunyi di balik pintu</p><p><br /></p><p>Kau bilang jiwamu sudah menjadi satu</p><p>Di balik cincin kawin yang kau hutang ratusan ribu</p><p>Kata siapa bukan begitu, tanyamu</p><p>Kata angin yang keluar dari ruang tamu</p><p>Menghempas semerbak aroma kayu dari orang baru</p><p><br /></p><p>Mulut rapat, menutup dalam bisu</p><p>Kau berdansa sambil merayu</p><p>Dengan secangkir kopi dan segelas susu</p><p>If life was a movie, then the best part is you</p><p>Katamu</p><p><br /></p><p><img alt="photo of milk bottle lot" class="oCCRx" height="640" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 532px) 500px, (max-height: 780px) 500px, (min-aspect-ratio: 3062/3062) calc((calc(100vh - 280px)) * 1), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=500&q=80 500w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=800&q=80 800w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80 1000w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1100&q=80 1100w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1400&q=80 1400w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1600&q=80 1600w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1700&q=80 1700w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2000&q=80 2000w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2200&q=80 2200w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2300&q=80 2300w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2600&q=80 2600w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2800&q=80 2800w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2900&q=80 2900w, https://images.unsplash.com/photo-1523473827533-2a64d0d36748?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3062&q=80 3062w" width="640" /></p><p><br /></p><p>Kuteguk segelas susu dari karton warna biru</p><p>Sambil beradu apakah harus sendu ataukah cemburu</p><p>Menopang dagu, kulihat tanda merah jambu</p><p>Di ujung kemeja berparas abu-abu</p><p><br /></p><p>Malam itu perutku mulai bergejolak rindu</p><p>Kamar kosong, absen senyuman masa lalu</p><p>Mules tertahan, sakitnya terlalu</p><p>Kukosongkan perut, sampah larut dalam kumpulan bunga yang layu</p><p><br /></p><p>Kupikir mules karena susu</p><p>Ternyata semua karena janji palsu</p><p>Kapan lagi bisa mengucap kata ‘selalu’</p><p>Jika akhirnya semua buru buru berlalu</p>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-80465137837921088242021-08-15T22:17:00.007+07:002021-08-15T22:17:51.389+07:00Menghilang, di Lantai Dansa Bernama Dunia<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="lighted kerosene lantern -" class="oCCRx" height="425" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 532px) 500px, (max-height: 613px) 500px, (min-aspect-ratio: 3970/2642) calc((calc(100vh - 280px)) * 1.50265), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=752&q=80 752w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1052&q=80 1052w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1352&q=80 1352w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1504&q=80 1504w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1652&q=80 1652w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1952&q=80 1952w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2104&q=80 2104w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2252&q=80 2252w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2552&q=80 2552w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2704&q=80 2704w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2852&q=80 2852w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3152&q=80 3152w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3304&q=80 3304w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3452&q=80 3452w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3752&q=80 3752w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3904&q=80 3904w, https://images.unsplash.com/photo-1555488205-d5e67846cf40?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3970&q=80 3970w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/photos/aPdUKy65qWE" target="_blank">Vladimir Fedotof</a></td></tr></tbody></table><p><br /></p><p>Ini sebuah kisah sedih,</p><p>Tentang seorang wanita yang tersesat</p><p>terdampar</p><p>terpenjara</p><p>dan menghilang tanpa jejak di lantai dansa bernama dunia.</p><p><br /></p><p>Dia menyalakan sejentik lentera</p><p>yang apinya tak kunjung padam</p><p>pun tak kunjung membara</p><p>Lima, sepuluh, hingga ratusan detik berlalu</p><p>Terkadang, jalanan memang gelap gulita</p><p>Meski dia tahu, semua hanya tak menyapa</p><p><br /></p><p>“Permisi,”</p><p>Ujarnya, sebuah bisikan yang menggema layaknya lantunan nada di tengah panggung sandiwara</p><p>“Saya tersesat, adakah yang bisa mengantarkan saya kembali?”</p><p><br /></p><p>Setiap babak sudah dihaturkan sedemikian rupa</p><p>Idem dengan naskah yang sudah dibagikan</p><p>Keheningan, nampaknya, bukan sebuah ketidaksengajaan</p><p>Peran yang dengan apik dimainkan, oleh semua pihak yang seolah hanya mendengar kenahasan.</p><p><br /></p><p>Ini sebuah kisah sedih,</p><p>Tentang wanita yang meratap dan berharap</p><p>Berdiri, merangkak, berjalan, dan berlari</p><p>Disaksikan gemerlap galaksi di ujung mata</p><p>Diamini sejumlah kalut di dalam dada</p><p><br /></p><p>Para pembaca sekalian,</p><p>Setiap jengkalnya adalah lomba maraton,</p><p>dengan satu catatan</p><p>Tak ada yang mau bergantian membawa baton,</p><p>Kecuali wanita itu</p><p>Yang terus menggenggam, menggandeng, dan menggendong beban itu</p><p>Terus, hingga ke garis finis.</p><p><br /></p><p>Dimana? Dimana garis finis itu?</p><p><br /></p><p>Dimana bahagia yang dijanjikan di awal mula?</p><p>Dimana kepuasan yang diucapkan di ujung kepala?</p><p>Benarkah lomba ini memiliki pemenang, atau semua hanya candaan yang bahkan tak sempat untuk dicanangkan?</p><p><br /></p><p>Ini sebuah kisah sedih,</p><p>Tentang wanita yang menelungkupkan tubuhnya di atas garis finis.</p><p>Tersenyum, menahan perih</p><p>Hingga sesosok putih datang menghampiri dan menyapu tangis.</p><p><br /></p><p>“Mari, kita pergi,”</p><p>ujar sosok itu, dengan aroma lavender, mawar, melati, dan sedikit apel menjadi satu.</p><p><br /></p><p>“Kemana?”</p><p><br /></p><p>Sosok itu mengulurkan tangan, kemudian memeluk wanita itu dalam sebuah keniscayaan yang ada dan tiada</p><p><br /></p><p>Sembari menutup mata wanita itu, tubuh semakin ringan dan membumbung ke udara.</p><p><br /></p><p>Semua mata yang hampa, kini mulai bergulir nestapa.</p><p>Perlahan semua peran hancur, sutradara kabur, dan hanya ada penyesalan atas semua yang sudah terlanjur.</p><p><br /></p><p>“Tugasmu sudah selesai, Ibu. Mari kembali menjadi malaikat lain di surga yang sudah dijanjikan.”</p><p><br /></p><p>— <i>karena ketika semua hanya tertawa melihatmu, kau menangis. dan ketika kau akhirnya tersenyum, mereka semua menangis.</i></p><p><i>Terima kasih kepada semua istri dan Ibu di dunia.</i>— </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="woman lying on bed beside man" class="oCCRx" height="425" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 532px) 500px, (max-height: 613px) 500px, (min-aspect-ratio: 3960/2635) calc((calc(100vh - 280px)) * 1.50285), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=752&q=80 752w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1052&q=80 1052w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1352&q=80 1352w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1504&q=80 1504w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1652&q=80 1652w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1952&q=80 1952w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2104&q=80 2104w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2252&q=80 2252w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2552&q=80 2552w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2704&q=80 2704w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2852&q=80 2852w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3152&q=80 3152w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3304&q=80 3304w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3452&q=80 3452w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3752&q=80 3752w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3904&q=80 3904w, https://images.unsplash.com/photo-1612964949523-6415399aa1a1?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3960&q=80 3960w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/photos/gAMWBB0qIys" target="_blank">Vladimir Fedotov</a></td></tr></tbody></table>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-34469440058446655572021-08-15T14:05:00.000+07:002021-08-15T14:05:03.392+07:00Will You Fall in Love Again After Us?<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="blue and brown concrete city buildings during night time" class="oCCRx" height="427" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 532px) 500px, (max-height: 614px) 500px, (min-aspect-ratio: 5874/3916) calc((calc(100vh - 280px)) * 1.5), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=750&q=80 750w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80 1050w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1350&q=80 1350w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1500&q=80 1500w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1650&q=80 1650w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1950&q=80 1950w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2100&q=80 2100w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2250&q=80 2250w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2550&q=80 2550w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2700&q=80 2700w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2850&q=80 2850w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3150&q=80 3150w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3300&q=80 3300w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3450&q=80 3450w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3750&q=80 3750w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3900&q=80 3900w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4050&q=80 4050w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4350&q=80 4350w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4500&q=80 4500w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4650&q=80 4650w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4950&q=80 4950w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5100&q=80 5100w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5250&q=80 5250w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5550&q=80 5550w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5700&q=80 5700w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5850&q=80 5850w, https://images.unsplash.com/photo-1560719055-f19f6a0bda0d?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5874&q=80 5874w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/photos/63IvseNNn_w" target="_blank">Ajay Murthy</a></td></tr></tbody></table><p><i><br /></i></p><p><i>All on us, all on us</i></p><p>You spell my name wrong, indecisive yet jumble-party of what once a perfect syllable</p><p><i>All on us, all on us, …</i></p><p>The space between your pupils dilate, wider, and mixed into a pool of forlorn</p><p><br /></p><p>You push me out, you draw me in</p><p>You go around, and I stay within</p><p>On the rocks we once stood, now crumble into cry and wry</p><p><br /></p><p>There is something beautiful</p><p>I could not mention</p><p>if the war set ablaze</p><p>and all burn but one I choose</p><p>it would be you, you, and you.</p><p><br /></p><p>But we know it would be implausible</p><p>the chain that severed</p><p>stole all the words we used to fill each vocabulary with</p><p>from the artic sky</p><p>to the deep trench</p><p>a gallop of emotion</p><p>we all silently agree to lock into the depth of forbidden chest.</p><p><br /></p><p><i>Will you ever fall in love again after us?</i></p><p>You loudly whisper, the howl of the moon echoed trembly on the manless street</p><p>intersection where we decide which path we should part</p><p>and I swerve,</p><p>but you stay.</p><p><br /></p><p><i>Will you?</i></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="road during golden hour" class="oCCRx" height="427" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 532px) 500px, (max-height: 614px) 500px, (min-aspect-ratio: 4500/3000) calc((calc(100vh - 280px)) * 1.5), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=750&q=80 750w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80 1050w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1350&q=80 1350w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1500&q=80 1500w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1650&q=80 1650w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1950&q=80 1950w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2100&q=80 2100w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2250&q=80 2250w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2550&q=80 2550w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2700&q=80 2700w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2850&q=80 2850w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3150&q=80 3150w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3300&q=80 3300w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3450&q=80 3450w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3750&q=80 3750w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3900&q=80 3900w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4050&q=80 4050w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4350&q=80 4350w, https://images.unsplash.com/photo-1556811246-b2d9eb3fbad0?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4500&q=80 4500w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/photos/5aN_QNPSIdA" target="_blank">Greg Jenneau</a></td></tr></tbody></table><p>Your Honoured, the plea was harsh, a borderline tragic yet would be the cue of standing ouvation to the audience:</p><p>slightly ripped photocard, nebula up above, and the shadows down the ground.</p><p>I demand he is guilty, Your Honoured, for such the crime that stole the colors and laughters and every demand I could ask in the long past but today it is all vanished with the impenetrable distance.</p><p><br /></p><p><i>Will you?</i></p><p><br /></p><p>The book has met its end</p><p>Readers applaud, with the salt of angst and piles of conclusion they make to enunciate the plot armor</p><p><br /></p><p>Your Honoured, I plea guilty,</p><p>For I could not answer the abiding question</p><p>and lost between the explanation I could hardly restrain.</p>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-31676034292183687082021-08-15T13:04:00.004+07:002021-08-15T14:09:06.694+07:00Sometimes, Between Us<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="person sitting on white snow covered ground near body of water during daytime" class="oCCRx" height="480" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 532px) 500px, (max-height: 655px) 500px, (min-aspect-ratio: 3967/2975) calc((calc(100vh - 280px)) * 1.33345), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=667&q=80 667w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=967&q=80 967w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1267&q=80 1267w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1334&q=80 1334w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1567&q=80 1567w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1867&q=80 1867w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1934&q=80 1934w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2167&q=80 2167w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2467&q=80 2467w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2534&q=80 2534w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2767&q=80 2767w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3067&q=80 3067w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3134&q=80 3134w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3367&q=80 3367w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3667&q=80 3667w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3734&q=80 3734w, https://images.unsplash.com/photo-1612343281188-d6954aa692fa?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3967&q=80 3967w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/photos/teYjKGvqkz8" target="_blank">Kaori Chin</a></td></tr></tbody></table><p><br /></p><p>Sometimes he stares into the void of unlimited</p><p>on the artic sky above</p><p>or the moonwind on the shore</p><p><br /></p><p>A distance between possibilities</p><p>of what is right or what is wrong</p><p>or a logical fallacy that slowly corrupts the mind of one’s reality</p><p>or say-so, in the moment of awakening.</p><p><br /></p><p>“How does it feel to be secluded,</p><p>of what once the innermost part of your virtue</p><p>to be the vice everyone voluntarily partake in spite of?”</p><p><br /></p><p>His bright blue eyes stared deeply down</p><p>into the massacre hole I dug myself</p><p>empty and hollowed</p><p>of I, the culprit never to care about.</p><p><br /></p><p>“Sometimes I do,”</p><p>I said</p><p>when he laid back, a sudden crack like a dam.</p><p><br /></p><p>“Sometimes I do, miss the playful voice of our long gone youth.”</p><p><br /></p><p>A relic to the past, he said.</p><p>Highly prized possesssion</p><p>King Midas would not have the stance to offer about.</p><p><br /></p><p>Is it the emotion, the sentimentality of the strayed days we could not repeat for the million times?</p><p>Fallen between cracks, bewildered at the thoughts of surealism we all took the path.</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="multi colored balloons on brown wooden rack" class="oCCRx" height="427" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 532px) 500px, (max-height: 614px) 500px, (min-aspect-ratio: 2976/1984) calc((calc(100vh - 280px)) * 1.5), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=750&q=80 750w, https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80 1050w, https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1350&q=80 1350w, https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1500&q=80 1500w, https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1650&q=80 1650w, https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1950&q=80 1950w, https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2100&q=80 2100w, https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2250&q=80 2250w, https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2550&q=80 2550w, https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2700&q=80 2700w, https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2850&q=80 2850w, https://images.unsplash.com/photo-1595509666448-b514e39ae5f9?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2976&q=80 2976w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/photos/5Gahb7KXYeo" target="_blank">Hiroku Yamashiro</a></td></tr></tbody></table><p><br /></p><p>Frozen in time, forever in stature.</p><p><br /></p><p>“Sometimes,” I said</p><p>the words stop on the throat, leaving the north wind of luck vanish,</p><p>“Sometimes…”</p><p><br /></p><p>Sometimes — we are parallel. Sometimes, we are unsure where the lines would end up.</p><p><br /></p><p>But what if the universe collapse in a way we are not meant to be together?</p><p>Leaving none but a tingling sensation of native warmth that was once lurked.</p><p>It soars the way it hinders,</p><p>A node of nostalgic ecstassy, one would always commemorate.</p><p><br /></p><p>When the sun rises, the moon dwells below</p><p>When the darkness stays, shadows goes as follows</p><p><br /></p><p>“Hey,” he said. His white hair sweeped slowly, a fragrant of ocean decorated his with a touch of spices. </p><p><br /></p><p>His hands are known to be harsh, bloody, and vengeful</p><p>Under the Vega and Alpha Centauri, </p><p>let the star witness how he traces every embracement of emotion,</p><p>sagaciouslly knitting into the words known to all universe by the time it slips out, a nectarine like.</p><p><br /></p><p>“Sometimes, we all don’t have to think.</p><p><br /></p><p>And let love do the thing.”</p><p><br /></p><p><i>And sometimes, I miss you, too.</i></p>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-3203975941834691892021-08-15T13:01:00.000+07:002021-08-15T13:01:11.680+07:00Summer Eyes<p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1558979529-287836979e2c?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=750&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="750" height="427" src="https://images.unsplash.com/photo-1558979529-287836979e2c?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=750&q=80" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/photos/QnthyBOvTiw" target="_blank">Chris Kazzi</a></td></tr></tbody></table><br /><i><br /></i></p><p><i>Did you remember the bright blue sky</i></p><p>Just like your eyes, of icy and cloudy and peaceful as it always be</p><p>A platonic move of charm and warm</p><p>A deep dynamic of connoisseur and paramour</p><p><br /></p><p><i>Like a painting of summer skye</i></p><p>A tomb of every dejection and rejection</p><p>Once again bloom in the sierra of excitement</p><p>An infatuous melancholy, evoking the end of old era</p><p>Of crickets</p><p>Buzzing in whisper, swarming in loneliness</p><p>Of vacation break</p><p>The shenanigans of two raptorous youngsters, both in love</p><p>with the summer sky beneath</p><p>and the eyes within.</p><p><br /></p><p><i>Did you hear the music?</i></p><p>You asked</p><p><i>No</i></p><p>And as always, the burst of laugh escaped</p><p>As honest as I could be,</p><p>That, too</p><p>Would be the enjoyable symphony of orchestra I would play in repeat</p><p><br /></p><p>The heartbeat</p><p>The smell of sunburnt hair, each layer revealing the giddical pleasant of surprise</p><p>The fingertaps softly,</p><p>of skin and lips</p><p>what a perfect concinnity</p><p>of what lovers and fellow would be.</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="body of water by the island" class="oCCRx" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 532px) 500px, (max-height: 613px) 500px, (min-aspect-ratio: 2881/1916) calc((calc(100vh - 280px)) * 1.50365), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=752&q=80 752w, https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1052&q=80 1052w, https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1352&q=80 1352w, https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1504&q=80 1504w, https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1652&q=80 1652w, https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1952&q=80 1952w, https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2104&q=80 2104w, https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2252&q=80 2252w, https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2552&q=80 2552w, https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2704&q=80 2704w, https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2852&q=80 2852w, https://images.unsplash.com/photo-1535025287458-e3badca98021?ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2881&q=80 2881w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/photos/QTEZfr5xKF8" target="_blank">Tobias Tullius</a></td></tr></tbody></table><p><br /></p><p><i>May I turn back the time</i></p><p>I asked softly</p><p><i>Against the Chronos who oversees all, but the amorous luminaries?</i></p><p>We might be young and stupid</p><p>But what is affection if not?</p><p><br /></p><p>A summer ice melted at one point</p><p>A water evaporated at one point</p><p>So did the burning desire, for one will vanish into the ashes of absence.</p><p><br /></p><p><i>Where’d you go?</i></p><p>He echoed, a mumble of dizziness and dubiety.</p><p><br /></p><p>I walked.</p><p>and walked.</p><p>and walked.</p><p>and walked.</p><p>like an endless road, i walked without returning back.</p><p><br /></p><p>but do you mind if I spare the distance tonight?</p><p>for this desolation might throb my fortress in a single blow.</p><p><br /></p><p>do you mind if I recollect you into the portrait of my mind?</p><p>for this withdrawal might be intoxicating,</p><p>much hurting than the dysporia of the falling in love.</p><p><br /></p><p><i>do you mind, if the summer ice stand still, for the winter will come in sorrority in no time.</i></p>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-54678932612700134202021-03-20T21:56:00.001+07:002021-03-20T22:39:57.563+07:00'Nggak Peduli'? Siapa Takut! : Sebuah Kunci Bahagia Hidup<p><b></b></p><blockquote><b>Pertanyaan: </b>Seberapa sering kamu peduli dengan orang lain?</blockquote><p></p><p>Pertanyaan normatif sekali, ya? Rasanya dari kecil mulai dari pelajaran kewarganegaraan hingga <i>so-called</i> motivasi hidup selalu menekankan pentingnya kita sebagai insan manusia untuk peduli kepada sesama. Paling <i>basic </i>jelas peduli jika seseorang tertimpa musibah dan kita wajib menolong, tentunya.</p><p>Tapi sadar nggak kalau kita belum diajarkan <b><i>seberapa jauh kita perlu/bisa peduli pada orang lain?</i></b></p><h3 style="text-align: left;">Jadi pertanyaan yang perlu dijawab: Seberapa sering kamu 'nggak peduli' dengan orang lain?</h3><p style="text-align: left;">Sebuah pertanyaan yang aneh, ya? Kontradiktif dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang cukup kolektif dan gotong royong.</p><p style="text-align: left;">Tapi memang sih, rasanya alasan <b>peduli</b> tidak diimbangi dengan batasan-batasan yang dapat kita tegakkan...</p><p style="text-align: left;">...Agar tidak menyalahartikan sebuah <b>kekepoan dengan kepedulian</b>.</p><blockquote><div>Banyak orang berusaha untuk mengetahui kondisi kita hanya untuk <b>menyatakan pendapatnya</b> tanpa memberikan ruang apresiasi terhadap kondisi kita saat ini.</div></blockquote><p>Alias cuma pingin ngomong aja pendapat mereka, nggak peduli deh kondisi kamu atau bahkan ke tahapan membawa solusi.</p><blockquote><p>Alyssa sudah menyiapkan baju pernikahan yang cocok untuk dirinya. Tetapi menurutmu, dia tampak buncit! Kamu segera menelfon dan mengatakan baju itu tampak buncit. Kamu pun mulai menjelaskan bagaimana tampilan baju pernikahan yang baik dan saran untuk diet kilat h-7 pernikahan.</p></blockquote><p>Bagaimana respon Alyssa menurutmu? </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="grayscale photo of gown hanged on window" class="_2UpQX" height="427" sizes="(max-width: 767px) 100vw, 100vw" src="https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=750&q=80 750w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80 1050w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1350&q=80 1350w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1500&q=80 1500w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1650&q=80 1650w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1950&q=80 1950w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2100&q=80 2100w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2250&q=80 2250w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2550&q=80 2550w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2700&q=80 2700w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2850&q=80 2850w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3150&q=80 3150w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3300&q=80 3300w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3450&q=80 3450w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3750&q=80 3750w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3900&q=80 3900w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4050&q=80 4050w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4350&q=80 4350w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4500&q=80 4500w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4650&q=80 4650w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4950&q=80 4950w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5100&q=80 5100w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5250&q=80 5250w, https://images.unsplash.com/photo-1521630577300-682ef19ee886?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5472&q=80 5472w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://unsplash.com/photos/YHDdev7eRjs" target="_blank">Jeremy Wongs di Unsplash</a></td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Angkat tanganmu jika kamu merasa ingin menyelamatkan semua dunia.</h3><p style="text-align: left;">Okay, mungkin nggak semua dunia, tetapi paling tidak menjadi orang yang <b>sangat diandalkan</b> oleh semua orang dan memastikan semua <b>baik-baik saja</b>.</p><p style="text-align: left;">Ternyata ada istilahnya yaitu <b>overcare</b>. Ini adalah sebuah kondisi dimana kamu terlalu peduli dengan orang lain dan hal yang ada di sekelilingmu, tanpa kamu sadari!</p><p style="text-align: left;">Kenapa kok 'tanpa sadar'? Karena selalu ada alasan untuk berusaha peduli atau memperbaiki semuanya atas nama "<b>Buat kebaikanmu, lho</b>."</p><p style="text-align: left;">Nah kalau gini, kita bukan orang <i>kepo</i>, tapi pahlawannya dia. Iya, nggak?</p><h3 style="text-align: left;">Kamu mungkin melakukannya karena 'peduli', tapi pertanyaannya: apakah dia membutuhkan bantuanmu?</h3><p style="text-align: left;"><i>Overcare </i>sendiri merupakan istilah yang saya pinjam dari <b>Heartmath</b>. Di sini dijelaskan jika <i>overcare</i> adalah kondisi ketika kamu <b>terikat emosional </b>dengan sesuatu, kemudian tanpa sadar energimu habis dan menjadi kelelahan karena kepedulian tersebut.</p><div>Dampaknya? Tanpa sadar, kamu akan cenderung menyalahkan atau membenci orang atau kejadian yang menyebabkan hal tersebut.</div><blockquote><p style="text-align: left;">Saat Alyssa mengatakan terima kasih, kamu mulai berpikir bahwa Alyssa tidak mendengarkanmu sungguh-sungguh! Kamu mulai kepikiran bagaimana, jika orang lain menganggap Alyssa buncit karena pakaian pilihannya? Uh dasar Alyssa! Dia terlalu asik dengan dirinya sendiri sampai tidak sadar kalau pendapat orang lain bisa menghancurkannya!</p></blockquote><p style="text-align: left;">Lelah tidak membayangkan kondisi tersebut? Atau kamu menyukainya?</p><p style="text-align: left;">Sekarang bayangkan jika kamu berada di posisi Alyssa. Dia sudah menyiapkan semuanya, lalu tiba-tiba kamu datang dan menghabiskan energi dengan 'mempedulikannya'. Alyssa mungkin akan sampai di suatu kesimpulan: <b>siapa yang minta kamu peduli hingga hal ini?</b></p><h3><i>Overcare</i> muncul karena kita cemas jika kita 'tidak peduli'</h3><p style="text-align: left;">Sudah menjadi fitrah kita sebagai manusia untuk peduli dan menyayangi orang lain. Kedua perasaan ini membawa rasa nikmat bagi diri kita. Namun nikmat yang berlebihan ini menimbulkan <b>obsesi </b>sehingga kita mulai takut dengan yang namanya:</p><p style="text-align: center;">"Jangan-jangan aku bukan orang yang peduli, kemudian dicaci maki?"</p><p style="text-align: left;">Psikolog Deborah Rozman bilang jika obsesi ini bukannya memberikan rasa nikmat, tetapi malah bikin kamu cemas dan satu-satunya cara yang bisa kamu lakukan adalah semakin kepo dengan orang lain.</p><p style="text-align: left;">Wendy Wardner, MD juga bilang kalau <i>overcare</i> mungkin awalnya muncul sebagai sebuah kepedulian yang tulus, tetapi obsesi ini bisa 'menyamar' sebagai rasa marah, jijik, benci yang mengatasnamakan 'kepedulian'.</p><blockquote><p style="text-align: left;"><i>Overcare</i> juga lebih banyak muncul pada wanita, dikarenakan tuntutan wanita untuk lebih peduli dengan sesama namun lupa pada batas dimana "Mereka lho nggak butuh bantuanmu."</p></blockquote><p>Sampai sini, sudah kerasa belum dimana posisi kepedulianmu saat ini?</p><p>Paling mudahnya, coba membayangkan tindakan kita kepada orang lain, lalu bagaimana bila kita berada di posisi mereka. Sempat nggak mereka bilang "Siapa suruh bantu aku?"</p><h3 style="text-align: left;">'Nggak peduli' bukan berarti antipati!</h3><p style="text-align: left;">Bukan berarti kita kemudian harus cuek dan memasang wajah ketus kepada siapapun atau bahkan marah buat orang yang sekadar "Gimana kabarmu hari ini?"</p><p style="text-align: left;">Sahabat saya, <a href="https://betari.medium.com" target="_blank">Bea</a>, menyarankan sebuah kunci kebahagiaan hidup yang bernama <i style="font-weight: bold;"><a href="https://open.spotify.com/episode/797s0wcvSeb1vLfbGM8lcp" target="_blank">"Being responsibly irresponsible"</a></i>.</p><p style="text-align: left;">Alias, <u>nggak usah ikut campur jika tidak mendesak!</u></p><p style="text-align: left;">Bea bercerita jika manusia sering banget untuk "...menambah tanggung jawab yang tidak perlu dipertanggung jawabkan." Di sini Bea bilang kalau banyak banget hal <b>di luar kontrol</b>, tetapi kok kita hobi banget untuk mikirin itu ya?</p><p style="text-align: left;">Apalagi jika bicara soal <b>prioritas</b>. Coba refleksi diri, <b>seberapa besar 'tanggung jawab' itu untuk menjadi prioritas kamu?</b></p><p style="text-align: left;">Jika Alyssa tidak meminta pendapatmu terkait baju pernikahannya, kenapa hal itu menjadi prioritas untukmu?</p><p style="text-align: left;">Apakah tidak sebaiknya kamu menabung untuk membelikannya baju yang menurutmu bagus, daripada memintanya mengubah keputusannya sendiri?</p><p style="text-align: left;">Memang, <b>ada kepuasan tersendiri untuk memberikan kepedulian lebih dari yang dibutuhkan</b>.</p><p style="text-align: left;">Tetapi seberapa prioritas hal itu hingga kamu rela menjadi orang yang <i>annoying</i> dan tentunya, menghabiskan energimu?</p><p style="text-align: center;">"Coba cek lagi. Sudahkah kamu melakukan tanggung jawabmu? Seberapa jauh kewenanganmu untuk berkomentar/memberi masukan?</p><p style="text-align: center;">Jika kamu rasa sudah? Berarti sudah."</p><h3 style="text-align: left;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="man and woman sitting in front of silver macbook" class="_2UpQX" height="427" sizes="(max-width: 767px) 100vw, (max-width: 532px) 500px, (max-height: 509px) 500px, (min-aspect-ratio: 5986/3991) calc((calc(100vh - 175px)) * 1.49987), calc(100vw - 32px)" src="https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1000&q=80" srcset="https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=750&q=80 750w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80 1050w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1350&q=80 1350w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1500&q=80 1500w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1650&q=80 1650w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1950&q=80 1950w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2100&q=80 2100w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2250&q=80 2250w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2550&q=80 2550w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2700&q=80 2700w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=2850&q=80 2850w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3150&q=80 3150w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3300&q=80 3300w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3450&q=80 3450w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3750&q=80 3750w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=3900&q=80 3900w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4050&q=80 4050w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4350&q=80 4350w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4500&q=80 4500w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4650&q=80 4650w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=4950&q=80 4950w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5100&q=80 5100w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5250&q=80 5250w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5550&q=80 5550w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5700&q=80 5700w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5850&q=80 5850w, https://images.unsplash.com/photo-1601933470096-0e34634ffcde?ixid=MXwxMjA3fDF8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=5986&q=80 5986w" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://unsplash.com/photos/RnDGGnMEOao" target="_blank">Mailchimp di Unsplash</a></td></tr></tbody></table><p style="font-weight: normal;"></p></h3><h3 style="text-align: left;">Saat belajar psikologi, saya belajar menghargai keputusan dari klien, apapun itu, adalah yang terbaik.</h3><p style="text-align: left;">Dosen saya menekankan salah satu kesalahan psikolog pemula yang sangat umum ditemui: <b>menjustifikasi keputusan klien apakah benar atau salah</b>.</p><p style="text-align: left;">Beliau melanjutkan, "Psikolog hanya membantu untuk memberikan pencerahan. Psikolog membantu klien untuk <b>berpikir dan memutuskan</b>. Bukan sebagai hakim yang bisa menentukan benar atau salah. Jika klien memutuskan A, maka pastikan jika dia memilih dengan sadar dan diikuti dengan alasan rasional yang produktif."</p><p style="text-align: left;">Bahkan jika keputusan klien <b>tidak masuk akal, </b><i>well</i>, itu kan menurutmu? Jika ditarik lebih jauh, semakin saya menghargai keputusan klien, maka saya semakin <i>less-worry</i> karena tentunya saya tidak perlu merasa gagal jika klien tidak mengambil keputusan yang saya inginkan.</p><p style="text-align: left;">Ketika saya menulis artikel ini, saya mengakui ada keinginan untuk <b>merubah dunia agar lebih baik dan <i>less-nyinyir</i>.</b></p><p style="text-align: left;">Tapi saya tahu jika saya tidak bisa memaksa semua orang untuk setuju dengan pemikiran saya.</p><p style="text-align: left;">Jadi yang saya lakukan? Hanya menyelesaikan tanggung jawab saya yaitu menulis dan memberikan tips untuk kamu yang ingin lebih tenang dan menjauhkan diri dari kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu.</p><span><a name='more'></a></span><h3 style="text-align: left;">"Saya ingin mencoba <i>less-worry</i>, tapi saya bingung mulai dari mana."</h3><p style="text-align: left;">Berada pada tahapan "Ingin berubah" pun juga sudah sangat bagus! Berikut tips yang saya rangkum dari <a href="https://www.heartmath.com/blog/health-and-wellness/is-it-possible-to-care-too-much-understanding-how-to-care-without-it-becoming-a-source-of-your-stress/" target="_blank">Deborah Rozman</a>:</p><p style="text-align: left;"></p><ol style="text-align: left;"><li>Coba tuliskan mana isu yang kamu pedulikan saat ini. Apakah nilai matematika sepupu? Kompor tetangga? Baju nikahan sahabatmu? <b>Lalu tuliskan, mana yang memberikanmu energi dan menguras energimu?</b></li><li>Coba jelaskan kenapa isu tersebut menambah energi atau menguras energimu?</li><li>Coba kamu seolah bicara dengan dirimu sendiri, "Apakah aku perlu menjadi orang yang sangat peduli?"</li><li>Coba kamu bicara lagi dengan dirimu sendiri, "Apakah aku sangat menginginkan hasil tertentu dari isu-isu tersebut?"</li><li><b>Ekspektasi, sentimen, simpati, dan </b><i style="font-weight: bold;">attachment - </i>mana perasaan yang sangat mendominasi di isu-isu tersebut?</li></ol><p style="text-align: left;">Ketika kamu sudah mulai melepaskan <i>overcare</i>, kamu akan sadar ada banyak waktu untuk mengeksplorasi <b>dirimu sendiri</b>. Waktu yang selama ini kamu gunakan untuk memikirkan orang lain akan berpindah kepada bagaimana kamu bisa mempedulikan dirimu sendiri.</p><p style="text-align: left;">Yap, perasaan bahagia tidak melulu hadir karena orang lain, kan? Jika sudah mencoba di atas, <i>share</i> pendapat kamu, ya!</p><p></p><p></p>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-91094034052071482942020-12-30T19:11:00.002+07:002020-12-30T19:14:10.617+07:00Berempati dan Memahami, Bahasa Cinta yang Berbeda<p>Desember 2020 mungkin menjadi momen yang paling <i>rollercoaster</i>. Tingkat COVID-19 yang semakin tinggi, lingkar kecil saya yang sudah sering terpapar gejala bahkan positif, hingga fenomena kehidupan yang cukup berat.</p><p>Apa yang paling saya inginkan dari segala ketidakjelasan ini?</p><p>Sebuah pelukan atau tepukan sayang dari pasangan saya, dan ungkapan "Semua akan baik-baik saja."</p><h3 style="text-align: left;">Sayangnya, hal tersebut tidak bisa saya dapatkan</h3><p style="text-align: left;">Desember ini pula banyak rentetat peristiwa yang <i>somehow </i>mencegah saya untuk bertemu dengan pasangan. Jerawat saya bertambah, hari demi hari layaknya tabung kosong yang bergema, saya benar-benar membutuhkan afirmasi atau kasih sayang dari pasangan saya.</p><p style="text-align: left;">Dia memberikan saya kado setiap hari, tetapi saya masih belum puas jika tidak bertemu langsung.</p><p style="text-align: left;">Apakah yang terjadi?</p><h3>Bahasa cinta: sebuah langkah krusial memahami pasangan</h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1533627065514-ee9df8537795?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="427" src="https://images.unsplash.com/photo-1533627065514-ee9df8537795?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Unsplash / <a href="https://unsplash.com/photos/wlsSog3U4BQ" target="_blank">Fuad Azka</a></td></tr></tbody></table><div><br /></div><p style="text-align: left;">Dr. Gary Chapman bukan seorang psikolog, tapi beliau menulis buku yang monumental berjudul 5 Languages of Love atau 5 Bahasa Cinta.</p><p style="text-align: left;">Bahasa cinta ini merupakan cara kamu untuk mengekspresikan diri maupun menganggap hal penting dalam hubungan. Misalkan kamu suka memberi hadiah, maka kamu tentu akan senang jika diberi hadiah. Tetapi mungkin pasangan kamu tidak!</p><p style="text-align: left;">Kamu mungkin akan berpikir bahwa pasangan kamu membenci kamu, atau kurang perhatian. Tapi coba deh, kamu cari tahu dulu: apakah benar menurut dia cinta adalah memberi hadiah?</p><p style="text-align: left;">Inilah yang berusaha diungkap oleh <a href="https://www.5lovelanguages.com/quizzes/" target="_blank">Dr. Gary Chapman.</a></p><p style="text-align: left;">Kelima bahasa cinta itu adalah:</p><p style="text-align: left;"></p><ol style="text-align: left;"><li>Words of Affirmation (Afirmasi positif, pujian, ungkapan terima kasih)</li><li>Acts of Service (Pemberian bantuan, layanan, hal-hal yang sifatnya membantu kamu)</li><li>Receiving Gifts (Memberi dan menerima hadiah, kejutan)</li><li>Quality Time (Menghabiskan waktu dengan pasangan tanpa terdistraksi)</li><li>Physical Touch (Sentuhan fisik, bertemu langsung)</li></ol><h3 style="text-align: left;">Bahasa cinta membantu kamu mengetahui dan memahami pasanganmu...</h3><div>...dimulai dari kamu!</div><p style="text-align: left;">Ya, kamu sendiri harus memahami apa sih bahasa cinta kamu. Ini untuk mengetahui bahwa ketika pasangan kamu tidak mengindahkan, atau tidak memberikan reaksi yang sesuai ekspektasimu, kamu bisa memahaminya.</p><p style="text-align: left;">Misalkan, kamu memberikan dia pelukan, tetapi dia malah marah. Coba pikir-pikir: memeluk adalah caramu mengekspresikan diri, tapi <b>apakah itu yang dia butuhkan</b>?</p><p style="text-align: left;">Pernah kan pasti, ketika kamu menginginkan sesuatu, tetapi pasanganmu tidak mengindahkanmu. Ketika kamu ditanya, "Apa maumu?" ternyata kamu malah bingung.</p><p style="text-align: left;">Kesalahan terbesar masing-masing manusia adalah <b>menganggap orang lain tahu apa yang dia rasakan, dan menganggap apa yang dia minta itu wajar.</b> Sehingga ketika tidak terpenuhi, maka marah dan kemudian mengutuk.</p><p style="text-align: left;">Ini dalam konteks percintaan, ya.</p><h3 style="text-align: left;">Ketika kita merasa hampa, kita mungkin kekurangan bahasa cinta spesifik</h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1543969691-c0d6e1ea7ba1?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="427" src="https://images.unsplash.com/photo-1543969691-c0d6e1ea7ba1?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Unsplash / <a href="https://unsplash.com/photos/VDvjYqMQC84" target="_blank">Djamal Akhmad</a></td></tr></tbody></table><div><br /></div><p style="text-align: left;">Saat saya dan pasangan tidak dapat bertemu, rasanya gila banget! Saya menangis setiap hari. Saya merasa benar-benar kosong, bahkan saat menatap layar chat WhatsApp saya cuma berpikir, "Benarkah ini pasangan saya" karena terlalu abstrak.</p><p style="text-align: left;">Lalu saya ingat bahwa bahasa cinta saya adalah Physical Touch dan Quality Time.</p><p style="text-align: left;">Di satu sisi, pasangan saya tidak henti-hentinya memberikan saya kado dari jarak jauh (meskipun dia hanya berjarak 20km dari tempat saya). Mulai dari <a href="https://www.rollover-reaction.com/home/241-haloblush-coloring-stick.html#/60-color-cajun" target="_blank">Haloblush Rollover Reaction</a> dan Bulbasaur Pokemon Card Deck Box!</p><p style="text-align: left;">Reaksi saya?</p><p style="text-align: left;">Tetap sama, saya diam saja. Saya masih merasa ada yang kurang. Lalu saya mencoba mengkomunikasikannya.</p><h3 style="text-align: left;">Saya bercerita bahwa saya sangat menyukai seluruh pemberiannya</h3><p style="text-align: left;">Saya sangat memahami bahwa beginilah bentuk cinta pasangan saya yang notabene memiliki bahasa cinta Receiving Gift dan Act of Service. Pasangan saya sangat sedih ketika tidak dapat membantu, sehingga dia memberikan cara lain untuk mengekspresikan cintanya.</p><p style="text-align: left;">Bagaimanapun, dia tahu bahwa saya masih kurang. Saya menelfon malam-malam, menangis karena saya butuh dipeluk, disentuh, dan menghabiskan waktu bersama.</p><p style="text-align: left;">Tapi itu semua saya rasakan <b>tanpa merendahkan pemberian dia sama sekali</b>.</p><p style="text-align: left;">Dia tetap menyayangi saya. Hanya saja ada tangki yang saya butuhkan untuk diisi dengan sentuhan dan quality time.</p><h3 style="text-align: left;">Kami bertemu sore ini, di sebuah acara pernikahan teman</h3><p style="text-align: left;">Saya melihat mobil yang baru saja dia beli (dan artinya, dia tidak bisa bertemu saya sesering biasanya karena harus mengantarkan Abi-nya ke kantor setiap hari) berhenti di depan saya. Wajahnya, wajah itu.</p><p style="text-align: left;">Wajah yang saya rindukan.</p><p style="text-align: left;">Segera saya masuk dan memeluknya. Tangannya menggenggam tangan saya erat, kemudian tersenyum.</p><p style="text-align: left;">Kami melangkah maju, dan dia tiba-tiba tersenyum sembari menyerahkan sepucuk kertas surat.</p><p style="text-align: left;">Dan saat itu pula saya melihat sebuah kotak kado kecil, yang saya langsung membukanya dengan penuh kebahagiaan.</p><p style="text-align: left;">Dan saya mendapatkan sebuah kado Nendoroid Hange Zoe yang sangat saya idam-idamkan!</p><p style="text-align: left;">Kali ini, saya merasa terpenuhi, begitu penuh dengan cinta hingga saya tertawa bahagia. Mas tersenyum, dan dia bilang "Aku sangat menginginkan kamu tersenyum seperti itu saat mendapatkan kado dariku."</p><p style="text-align: left;">Dan saya menjawab, "Aku selalu bahagia mendapatkan apapun yang kamu berikan. Terutama jika itu bisa membuatku bertemu dan memelukmu."</p><p style="text-align: left;">Kami tahu kami akan selalu mendapatkan cara untuk tetpa bahagia bersama.</p><span><a name='more'></a></span><p style="text-align: left;"><i>Semoga catatan ini bisa saya baca dan menjadi pengingat ketika mendapati hambatan besar di ujung sana.</i></p><p style="text-align: left;"><i>Saya sayang kamu, Mas.</i></p><p style="text-align: left;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinb9XTAOj8iYsd7D_nEkn0PPgOYYtv7Ga-wqSIVq1UkALJ5TQa4Co8k5RuyO4LK4bxOVo5jhLCZtkGDEXuHLzR0sytO1ax3bVmfE4nIdKMPOIvQownUqX08_hkO0QcSLK-A_Fu-1w9H-U/s2048/20201230_165226.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1152" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinb9XTAOj8iYsd7D_nEkn0PPgOYYtv7Ga-wqSIVq1UkALJ5TQa4Co8k5RuyO4LK4bxOVo5jhLCZtkGDEXuHLzR0sytO1ax3bVmfE4nIdKMPOIvQownUqX08_hkO0QcSLK-A_Fu-1w9H-U/s320/20201230_165226.jpg" /></a></div><br /><i><br /></i><p></p><p></p>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-5797508966807184192020-11-28T21:51:00.004+07:002020-11-28T21:51:25.636+07:005 Ide Self-love Saat Hujan (Single-Friendly)<p>November dan Desember adalah musim yang diyakini sebagai puncak musim hujan. Kalau orang Jawa, Oktober November Desember memiliki makna. Oktober - November adalah <i>O-No-Mber </i>atau <i>Ono Sumber </i>atau 'Ada sumber (air)'. Sedangkan Desember adalah <i>gede sumber </i>atau 'Sumber besar'. Cocoklogi? Saya paham.</p><p>Sebagai masyarakat pekerja di tengah kota metropolitan Surabaya, hujan memberikan 2 hal: suasana yang nyaman di akhir pekan dan suasana yang bikin kamu bilang 'Sialan!' saat mau berangkat atau pulang kerja. Perlu saya tambahkan, hal ini berlaku jika kamu seorang pekerja kelas menengah yang tidak punya mobil seperti saya.</p><p>Namun di tengah pandemi, semua berubah. Kebijakan <i>work from home </i>bikin kamu bisa santai di rumah sambil menahan panik melihat tanggal deadline yang semakin dekat.</p><p>Kabar baiknya, kamu bisa memaksimalkan musim hujan ini untuk mengambil kembali <i>self-love </i>yang mungkin sempat lenyap ditimpa segala kesibukan dan kecemasan di masa pandemi.</p><p>Kenapa musim hujan? Karena musim hujan bisa memberikan kamu energi positif. Hujan bersifat membersihkan debu dan segala kepengapan yang ada di udara, sehingga harapannya hal ini juga berdampak kepada kamu.</p><p>Saya sudah menyiapkan 5 ide <i>self-love</i> yang bikin pengalaman <i>work </i>atau <i>school from home </i>kamu lebih nyaman. Saya tidak memasukkan 'ndusel' atau 'cuddling' karena <i>niche </i>saya jadi semakin sempit hehehe. Tenang, <i>single-friendly</i>, kok!</p><p>Ada apa saja ya idenya?</p><h3 style="text-align: left;">1. Pertama, kamu bisa <i>self-love </i>sederhana dengan menyalakan lilin aromaterapi</h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaq19DPgq3TxFmGL0izpIZYpXtvPcr-UPWWldKSAVniJCi9PPAJPqVuDg5YgLAoCQQFyXc2sgjHUPu9ODriC-ZXKTDr5nCjy34CaTsrjlyZ03urwzzCZbME0vfvkNE-aYtU7ypNSyApXQ/s451/Screen+Shot+2020-11-28+at+21.45.40.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="451" data-original-width="451" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaq19DPgq3TxFmGL0izpIZYpXtvPcr-UPWWldKSAVniJCi9PPAJPqVuDg5YgLAoCQQFyXc2sgjHUPu9ODriC-ZXKTDr5nCjy34CaTsrjlyZ03urwzzCZbME0vfvkNE-aYtU7ypNSyApXQ/s320/Screen+Shot+2020-11-28+at+21.45.40.png" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Satu Sumbu, salah satu lilin artisan lokal kesukaan saya</td></tr></tbody></table><p style="text-align: left;">Lilin aromaterapi belakangan ini menjadi penyelamat saya dari kecenderungan kecemasan saya. Di tengah pandemi, kuliah profesi saya terhambat karena komunikasi yang kurang lancar sehingga bikin panik, hoi!</p><p style="text-align: left;">Salah satu cara untuk menenangkan diri adalah dengan menyalakan lilin aromaterapi dari <b>Satu Sumbu</b>, brand lokal lilin aromaterapi asal Malang yang aromanya bervariasi. Menariknya, lilin dari <b>Satu Sumbu</b> memiliki aroma natural yang nggak bikin pusing. Sempat saya beli lilin aromaterapi di salah satu department store, baunya artifisial banget kayak pengharum ruangan yang masif. Beda banget sama <b>Satu Sumbu</b>!</p><p style="text-align: left;">Kamu nggak perlu selalu menyalakan lilin setiap saat. Cukup saat kamu membutuhkan konsentrasi atau ketenangan saja. Kamu bisa coba cek katalog lilin <b>Satu Sumbu</b> di link <b><u><a href="https://shopee.co.id/satusumbu" target="_blank">berikut ini.</a></u></b></p><h3 style="text-align: left;">2. Percaya nggak, kalau menanam tanaman bisa dimulai sebagai langkah <i>self-love</i>?</h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1416879595882-3373a0480b5b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="427" src="https://images.unsplash.com/photo-1416879595882-3373a0480b5b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Menanam tanaman sebagai salah satu rangkaian <i>self-love</i> // <a href="https://unsplash.com/photos/BduDcrySLKM" target="_blank">Unsplash</a></td></tr></tbody></table><p style="text-align: left;">Sejak sahabat saya Bey jualan sawi di rumahnya dan membuktikan bahwa sawi bisa jadi BESAR banget, saya tertarik untuk menanam sawi di kos saya. Beruntung, balkon kos sangat luas dan cocok untuk menanam sawi.</p><p style="text-align: left;">Saya sudah 3x masa panen dan semuanya menyenangkan! Saya bisa mendapatkan jaminan sayuran hijau setiap saat untuk menjadi bekal ke kantor atua saat berkuliah daring. Cukup cari protein nabati dan hewani saja!</p><p style="text-align: left;">Perasaan <b>merawat </b>dan juga <b>mendapatkan hasil </b>dari panen bisa meningkatkan rasa cinta diri sendiri. Kamu akan mengapresiasi dan lebih menghargai usaha dirimu sendiri.</p><p style="text-align: left;">Bagaimana jika gagal? Pun tak mengapa, karena kamu akan berlatih menghadapi kegagalan dan kemudian menyadarinya bahwa kamu bisa memulai kembali, kan?</p><p style="text-align: left;">Saya menyarankan kamu untuk memulai menanam tanaman di musim hujan (untuk tanaman yang butuh air banyak) karena kamu tidak pelru repot-repot menyiraminya dan kesempatan untuk gagal lebih berkurang. Saya tinggal di Surabaya dan cukup panas saat kemarau sehingga tidak jarang sering layu.</p><p style="text-align: left;">Jika kamu menanam saat musim hujan, kamu bisa menghemat waktu sambil melihat pola pertumbuhan tanaman kamu. Jangan lupa ajak bicara setiap pagi dengan memberikan afirmasi positif, ya!</p><h3 style="text-align: left;">3. Ritual mandi air hangat bisa bikin kamu lebih rileks</h3><p style="text-align: left;">Acungkan tangan jika kamu tipe yang suka mandi air hangat setiap saat. Sayangnya, di tengah waktu yang begitu padat, mungkin mandi air hangat bukanlah opsi yang mudah. Pinginnya langsung jebyur trus tidur!</p><p style="text-align: left;">Musim hujan memberikan iklim lebih sejuk yang membuatmu ingin beristirahat dan tentunya mendapatkan suasana hangat, bukan? Nggak cuma lewat pelukan, tetapi kamu bisa rileksasi dirimu dengan mandi air hangat!</p><p style="text-align: left;">Tenang, kamu nggak harus mandi seluruh badan dengan air hangat. Kamu bisa menyiapkan ember dan sedikit air hangat untuk membasuh kakimu. Tambahkan <i>epsom salt </i>atau garam mandi yang bisa melemaskan otot kakimu.</p><p style="text-align: left;">Hujan membuatmu tidak kemana-mana. Kamu bisa menikmati air hangat sambil membaca majalah, buku, atau gadget selain media sosial, ya!</p><h3 style="text-align: left;">4. Tidur siang! Kok bisa?</h3><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1604830926588-b51d5ddeba7b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="427" src="https://images.unsplash.com/photo-1604830926588-b51d5ddeba7b?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tidur siang emang paling enak! // <a href="https://unsplash.com/photos/imAfCYq7KH0" target="_blank">Unsplash</a></td></tr></tbody></table><p style="text-align: left;">Tidur siang memberikan kamu kesempatan untuk <i>refresh </i>dan bisa kembali bangkit menghadapi tantangan atau <i>to-do list </i>di hari itu. Ironisnya, karena banyak tugas, biasanya kamu merasa bersalah kalau mau tidur siang!</p><p style="text-align: left;">Padahal tidur siang justru bisa meningkatkan kapasitas otak karena beristirahat dan nggak jarang bikin <i>creative juice </i>kamu meningkat. Jangan heran jika di startup ternama, selalu ada ruang istirahat untuk tidur.</p><p style="text-align: left;">Nah, karena hujan suasananya bikin kalem dan seringkali bikin agenda kamu tertunda, nggak ada salahnya untuk tidur siang cepat alias <i>power nap</i>. Tidur siang yang disarankan adalah 30 menit saja agar kamu tidak kelewat pusing. Pastikan kamu berniat tidur tanpa buka gadget dulu, ya!</p><h3 style="text-align: left;">5. Tarik nafas, kemudian ambil <i>sheet mask </i>atau masker, dan nikmati waktu yang terhenti karena hujan</h3><p style="text-align: left;"><i>The best thing about rainy day is you can enjoy the time all your own. </i>Karena bakal banyak hal-hal yang bisa kamu tunda dan tak perlu terburu-buru.</p><p style="text-align: left;"><i>Self-love </i>memintamu untuk bersantai sejenak, menikmati seluruh hal yang ada di depan kamu tanpa terburu-buru. Tidak ada "Harus..." atau pun "Yang bagus itu...". Semua berjalan sesuai apa adanya. Nikmatilah.</p><p style="text-align: left;">Salah satu cara terbaik adalah dengan mengenakan <i>sheet mask </i>atau masker wajah favoritmu. Tentu tidak nyaman jika bergerak atau melakukan banyak hal dengan masker terpasang, kan? Jadi nikmati waktu istirahatmu, sobat!</p><h3 style="text-align: left;">Gampang kan menikmati hujan sambil <i>self-love</i>?</h3><p style="text-align: left;">Intinya cuma ada di bagian bersantai dan tidak terburu-buru. Kamu bisa menambahkan segelas espresso atau teh chamomile kesukaanmu. Dan yang pasti, <i style="font-weight: bold;">nikmati</i>. Tidak ada artinya jika kamu melakukannya dengan terburu-buru dan asal ada.</p><p style="text-align: left;">Sudah siap menyambut hari hujan?</p>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-13755626094642481162020-11-07T17:44:00.006+07:002020-11-07T17:46:33.391+07:00Grand Canyon di Madura: Bukit Arosbaya yang Hidden Gem Banget<p>Siapa yang belum pernah mendengar tentang Bukit Jaddih di Madura? Baik warga Jawa Timur hingga ke seluruh pelosok Indonesia tentunya tahu kan Bukit Jaddih yang terkenal dengan pegunungan kapurnya ini. Tapi tahukah kamu kalau Bukit Jaddih sudah sangat ramai, banyak pungutan liar, dan juga belum tentu kamu bisa menikmati seluruh lokasinya karena dipenuhi orang!</p><p>Tanpa mengurangi rasa hormat, Bukit Jaddih memang sangat bagus. Tapi mungkin <b>bukan destinasimu</b> jika kamu menginginkan tempat yang lebih sepi, tidak panas, dan juga murah!</p><p>Paling tidak itulah pertimbangan kenapa saya dan Mas memilih pergi ke suatu tempat yang agak jauh, tapi tentu saja memberikan hasil yang lebih <i>rewarding</i>, yaitu...</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQbaqrB77DPPA4VYXQ5xJw9RuFFlCDn75DlVCQIJynt98fJU9zZWdPpVQN3Lmvh-EoG_9z1c7keCjDPhA-EKLUnKJYrGDJIgWHKT-sZW_zV3iWwQmoC9MjQin8meeRCAR2ihmjPNoyk1s/s1200/x_MG_8888.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Bukit Arosbaya berwarna cokelat cantik dengan tebing indah" border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="427" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQbaqrB77DPPA4VYXQ5xJw9RuFFlCDn75DlVCQIJynt98fJU9zZWdPpVQN3Lmvh-EoG_9z1c7keCjDPhA-EKLUnKJYrGDJIgWHKT-sZW_zV3iWwQmoC9MjQin8meeRCAR2ihmjPNoyk1s/w640-h427/x_MG_8888.jpg" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tampilan Bukit Arosbaya yang menakjubkan<br /></td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">Bukit Arosbaya, Bangkalan yang menyimpan suasana <i>grand canyon</i></h3><p style="text-align: left;">Pukul 14.30 itu di tengah Alun-alun Bangkalan, saya dan Mas tengah beristirahat lalu bilang, "Kalau sudah sore gini nggak bisa ke Bukit Jaddih, ya?"</p><p style="text-align: left;">Mas menggeleng, "Nggak bisa. Belum lagi parkir dan pungli yang besar. Bener-bener bangkrut masuk situ."</p><p style="text-align: left;">Saya menghela nafas, lalu iseng buka Google Maps dan tiba-tiba melihat sebuah ikon <i>landmark </i>wisata yaitu Bukit Arosbaya. Berada di tengah daerah bernama Aermata, tidak begitu jauh dari alun-alun! Kami segera bergegas sebelum hujan dan hal lainnya.</p><p style="text-align: left;">Perjalanan dari alun-alun kota Bangkalan membutuhkan waktu <b>30 menit</b> dengan motor. Jalanan cukup besar hingga masuk ke daerah wisata yang <b>kecil!</b> Bahkan benar-benar kecil, sampai saya berpikir bagaimana mobil bisa cukup.</p><p style="text-align: left;">Kenyataannya, mobil bisa masuk, kok! Yah, tapi memang melewati rumah warga dan sedikit berkelok.</p><p style="text-align: left;">Apa yang kami temukan?</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1suOC9ntbKmsFWU49BloieJxeR_DeiO-78GSjTnGMXE_9VnyQRkc7rH7vIQ8I6kogov-1kClEndQSOluZ6NfFe2t-K4La1BM3uXtmRrapheKCwgUgeVdhg1UKrmL0hbMjZhJ1urBt_dA/s1200/x_MG_8809.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1suOC9ntbKmsFWU49BloieJxeR_DeiO-78GSjTnGMXE_9VnyQRkc7rH7vIQ8I6kogov-1kClEndQSOluZ6NfFe2t-K4La1BM3uXtmRrapheKCwgUgeVdhg1UKrmL0hbMjZhJ1urBt_dA/w640-h426/x_MG_8809.jpg" width="640" /></a></div><p style="text-align: left;"></p><h3>Sepanjang mata memandang, bukit kapur dengan sentuhan oranye-cokelat terpahat</h3><p style="text-align: left;">Berbeda dengan Bukit Jaddih yang cenderung putih bersih dan estetik, Bukit Arosbaya lebih memiliki <i>hue </i>warna oranye dan <i>warm</i> sehingga tampak seperti di tengah padang rumput Amerika Barat!</p><p style="text-align: left;">Parkirnya hanya Rp 5.000 untuk motor dan kamu bebas mengeksplorasi sela-sela batuan yang megah di daerah parkiran. Namun jika kamu mau masuk ke area dalam yang lebih misterius, kamu cukup membayar Rp 10.000 untuk 2 orang.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk3Zvj2MkmRmH4fBCuNgBq8QGLyGl9CJCFxoKlwT9JgI6PCF_65oZXIlluYXhugaCOANqVkw6D2-xPjMRY-wJKIwGuO2oMpfBdml-wSNrJNMwMjEzBt7H6Xaezy0u_b_9pwse4wJkla50/s1200/x_MG_8810.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk3Zvj2MkmRmH4fBCuNgBq8QGLyGl9CJCFxoKlwT9JgI6PCF_65oZXIlluYXhugaCOANqVkw6D2-xPjMRY-wJKIwGuO2oMpfBdml-wSNrJNMwMjEzBt7H6Xaezy0u_b_9pwse4wJkla50/w640-h426/x_MG_8810.jpg" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lapangan parkir untuk pengunjung<br /></td></tr></tbody></table><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoAj-0wX5N7Ztrs4h6tvHNB8LtWEeq1BF8lFfYKawPn1XbTEi2azh-mbP98XkcmnHwheg1ZtebBlNL21oPhzfw5U2EhKAK9adlSos4SZRM3gkgbSRitZty0Aw51dLrk-nRE7q-axzum48/s1200/x_MG_8826.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoAj-0wX5N7Ztrs4h6tvHNB8LtWEeq1BF8lFfYKawPn1XbTEi2azh-mbP98XkcmnHwheg1ZtebBlNL21oPhzfw5U2EhKAK9adlSos4SZRM3gkgbSRitZty0Aw51dLrk-nRE7q-axzum48/w640-h426/x_MG_8826.jpg" width="640" /></a></div><br /><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgD9CrmkFVQXUTQ6gKskIAY5puwTO-GSWh2PGAtvIwW5z4KwryN5kXaDLmNgESqdM2c7sS56Z4EC9uvVHphin7dUzOVas684rMMaQobR5ZuEdxl0IZ5-QIfk8v8MIEpQ4eXZHTfZpexdE0/s1200/x_MG_8859.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgD9CrmkFVQXUTQ6gKskIAY5puwTO-GSWh2PGAtvIwW5z4KwryN5kXaDLmNgESqdM2c7sS56Z4EC9uvVHphin7dUzOVas684rMMaQobR5ZuEdxl0IZ5-QIfk8v8MIEpQ4eXZHTfZpexdE0/w640-h426/x_MG_8859.jpg" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>At least they tried!</i><br /></td></tr></tbody></table><h3>Kolaborasi sentuhan manusia dan alam yang tidak dibuat-buat</h3><p style="text-align: left;">Meskipun Bukit Arosbaya memang sudah dieksploitasi manusia, namun bentuk dan lekukan cantik dari bukit kapur ini sama sekali tidak artifisial! Semua apa adanya, karena kapur-kapur yang ditambang seluruhnya untuk penjualan dan menghidupi warga sekitar.</p><p style="text-align: left;">Tidak ada proyek besar untuk memahat dan mendesain bukit kapur agar <i>artsy</i>, karena alam tahu bagaimana caranya agar mencuri perhatianmu.</p><p style="text-align: left;">Lubang-lubang tampak asimetris dan beberapa berlumut, menandakan interaksi makhluk hidup dengan biosfernya yang selalu menakjubkan.</p><p style="text-align: left;">Kalau kamu berjalan di tengah setapak yang kering, kamu melihat sesekali kubangan air hujan di kiri dan kanan. Sangat disarankan menggunakan sepatu yang nyaman seperti sandal gunung atau sneakers guna mengurangi resiko terpeleset atau tersandung.</p><p style="text-align: left;">Walau cantik, ini bukan <i>catwalk</i>, ya!</p><h3>Tersembunyi berarti tidak segalanya ada</h3><p style="text-align: left;">Kalau kamu mencari toilet mewah, tempat makan yang nyaman, ataupun lokasi untuk piknik, maka Bukit Arosbaya <b><u>belum menawarkan hal tersebut.</u></b></p><p style="text-align: left;">Kamu bisa menemukan kedai-kedai kecil milik warga sekitar yang menjual air mineral atau minuman dingin serta es degan. Semuanya ditutupi oleh terpal dan kursi reyot sederhana, mungkin hanya cocok sebagai penopang barang bawaan kamu.</p><p style="text-align: left;">Namun tentunya dengan membeli produk mereka, kamu sudah membantu perekonomian mereka, bukan?</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4y88G8YwJ3bMc0fsG_-DktcRK5F9s9NQJFWCk0otpzrZldY9KI3-54i1yYfIQzFUVgu8XckdpfSFZgl6kOJ8y2x4tf4Kmbm5B2i35exraK2tYDdrni0iOP2h1-dUOtI9pu9z7D99xodc/s1200/x_MG_8862.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4y88G8YwJ3bMc0fsG_-DktcRK5F9s9NQJFWCk0otpzrZldY9KI3-54i1yYfIQzFUVgu8XckdpfSFZgl6kOJ8y2x4tf4Kmbm5B2i35exraK2tYDdrni0iOP2h1-dUOtI9pu9z7D99xodc/w640-h426/x_MG_8862.jpg" width="640" /></a></div><p style="text-align: left;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicFgtDwYnsfVTTDfBt88XVJkibLvdxDwH_atl1UQ9yaqDb0SqecAmN3Es-jz53o5iEuFILOK8NidIYQx6aSn9DSZQQvZ01Cft_ArZZOB5SUyWHQe_R7uEmaH5ajGN38q7jcxdJAPZ4p64/s1200/x_MG_8868.jpg" style="font-weight: normal; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicFgtDwYnsfVTTDfBt88XVJkibLvdxDwH_atl1UQ9yaqDb0SqecAmN3Es-jz53o5iEuFILOK8NidIYQx6aSn9DSZQQvZ01Cft_ArZZOB5SUyWHQe_R7uEmaH5ajGN38q7jcxdJAPZ4p64/w640-h426/x_MG_8868.jpg" width="640" /></a></div><h3></h3><h3>Bukit Arosbaya tetap menjadi tempat yang pas untuk <i>pre-wedding</i> atau fotografi yang cakep</h3><p style="text-align: left;">Dari percakapan dengan penanggungjawab Bukit Arosbaya, mereka menyediakan layanan Bukit Arosbaya sebagai lokasi <i>pre-wedding</i> ataupun fotografi profesional. Hitung-hitung juga mendukung dan mempromosikan keindahan Indonesia yang masih perawan dan belum banyak diketahui orang.</p><h3>Akomodasi menuju Bukit Arosbaya</h3><div><ol style="text-align: left;"><blockquote><li>Dari kota Surabaya, kamu bisa menggunakan kapal feri dari pelabuhan Kalianget menuju Madura dan menempuh jalur lurus menuju Alun-alun Bangkalan.</li><li>Kamu juga bisa melewati Jembatan Suramadu dan ke arah barat untuk ke arah Alun-alun Bangkalan</li><li>Cukup 30 menit-1 jam dari Alun-alun Bangkalan untuk menuju Bukit Arosbaya, sudah terteradi Google Maps. Perlu diingat <b>jalanan cukup kecil di dekat lokasi wisata </b>sehingga pelru berhati-hati dan bertanya kepada penduduk jika tidak yakin atau membutuhkan jalur untuk mobil</li><li>Biaya parkir Rp 5.000 untuk motor dan sekitar Rp 10.000 untuk mobil. Ada lahan parkiran yang luas untuk mobil dan motor, namun kurang disarankan untuk bis atau kendaraan besar lain</li><li>Biaya masuk ke dalam lokasi yang lebih luas adalah Rp 10.000</li><li>Terdapat toilet kecil di area parkiran dan penjaja minuman di dalam area wisata</li><li>Gunakan pakaian nyaman dan sepatu yang aman!</li></blockquote></ol><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhei9IkECkdEW8IRL2nS4dlKU_rN5UZ5ngjAgoTTEUqmF6i2O1CwcYUp77Ou7qEZs-3HnsZ_BioeFhM4QIZ9k0wyDINxWhqGOcuXqlZhatXixqmSL7Y6hJ6Lv8QACnFhrdBpTl1XedKe8/s1200/x_MG_8877.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhei9IkECkdEW8IRL2nS4dlKU_rN5UZ5ngjAgoTTEUqmF6i2O1CwcYUp77Ou7qEZs-3HnsZ_BioeFhM4QIZ9k0wyDINxWhqGOcuXqlZhatXixqmSL7Y6hJ6Lv8QACnFhrdBpTl1XedKe8/w640-h426/x_MG_8877.jpg" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGHAh3-sEspYboHlzd7om3NAZi2WpLfCf_EJA8e0mu-4BJ0uhSf_PjsmsShwtNY54J1pjnFENG_ux2SQAExXEjkaMUPYjsK9_nDVUCVlgUy-yRr7L5VHNn1Ut9ndnWoBm6wScIvAvCeys/s1200/x_MG_8909.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGHAh3-sEspYboHlzd7om3NAZi2WpLfCf_EJA8e0mu-4BJ0uhSf_PjsmsShwtNY54J1pjnFENG_ux2SQAExXEjkaMUPYjsK9_nDVUCVlgUy-yRr7L5VHNn1Ut9ndnWoBm6wScIvAvCeys/w640-h426/x_MG_8909.jpg" width="640" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLy1ZGMWUw1PjMksq4BrwXEAAPdbt0oa9HZKvfj2YSwG1zcRRrRvMwQSV7VscZoG_0SiPzqrj4tGOrtSynB2dPFcT4mn7pt12_fo96wg4-XmiUB4bCGlb554ygvOVpoasSbciiAFmdJY0/s1200/x_MG_8864.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLy1ZGMWUw1PjMksq4BrwXEAAPdbt0oa9HZKvfj2YSwG1zcRRrRvMwQSV7VscZoG_0SiPzqrj4tGOrtSynB2dPFcT4mn7pt12_fo96wg4-XmiUB4bCGlb554ygvOVpoasSbciiAFmdJY0/w640-h426/x_MG_8864.jpg" width="640" /></a></div><div></div></div>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-53137045936714178652020-10-28T19:18:00.000+07:002020-10-28T19:38:23.569+07:005 Hal yang Saya Pelajari Selama 3 Tahun di Startup Terbaik Indonesia<p> Bisa dibilang, <i>startup is the new lifestyle</i>.</p><p>Ya, saya bilang lifestyle karena sejatinya startup itu bukan cuma sekadar tempat bekerja, tetapi juga belajar dan juga berkarya.</p><p>Selama 3 tahun saya habiskan di Riliv, startup kesehatan mental terbesar di Indonesia, ada banyak hal yang bisa saya petik sekaligus menjadi kenangan manis di kemudian hari.</p><p>Saya sangat menyarankan kamu untuk membaca artikel ini hingga akhir untuk mendapatkan gambaran sebenarnya apa saja sih yang bisa kamu dapatkan di startup. NB: Nggak cuma seneng, karena aku juga akan membahas sedih dan resikonya!</p><p>Ini cocok buat kamu yang masih galau, apakah kerja di startup itu keren atau nggak?</p><p>But first, let's talk how I got into this whole new world.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://cdn2.tstatic.net/surabaya/foto/bank/images/buku-panduan-petualangan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Penulis (Adismara Putri) di sebelah kiri dengan Riliv dan psikolog serta Petualangan Menuju Sesuatu dalam launching buku" border="0" data-original-height="393" data-original-width="700" height="360" src="https://cdn2.tstatic.net/surabaya/foto/bank/images/buku-panduan-petualangan.jpg" width="640" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Peluncuran Buku Panduan Petualang, sebuah buku <i>self-help </i>karya Riliv dan Petualangan Menuju Sesuatu<br /></td></tr></tbody></table><h2 style="text-align: left;"><span style="font-weight: normal;">"Mas, aku bisa menulis dengan sangat bagus. Kamu nggak mau menarikku agar Riliv lebih berkembang?"</span></h2><p style="text-align: left;">Itu adalah pertanyaan yang kuajukan ke Audy, CBO Riliv, saat saya diajak untuk berkolaborasi dalam <i>peer counselling </i>ke teman-teman SMA di Sidoarjo, Jawa Timur.</p><p style="text-align: left;">You read it right. Saya menawarkan diri saya sendiri tanpa filter. Karena saya ingin mencari pengalaman baru dan juga (ahem) butuh uang waktu itu.</p><p style="text-align: left;">Siapa sangka jika pertanyaan itulah yang akhirnya mendorong saya ke poin pertama dari artikel ini, yaitu:</p><h3 style="text-align: left;">1. Don't wait, throw a bait: Kamu tidak akan selamat jika 'menunggu' saja</h3><p style="text-align: left;">Mungkin inilah pepatah yang diucapkan teman-teman di LinkedIn atau media sosial kamu sebelum bekerja. Tetapi kenyataannya, <u>ini adalah primary rule di startup!</u></p><p style="text-align: left;">Ketika kamu masuk di startup, kamu akan dianggap <b>mampu </b>dan <b>ahli</b> dalam bidang yang sedang kamu kerjakan.</p><p style="text-align: left;">Kamu benar-benar 'terjun' secara harfiah dan sudah dihadapakna dengan KPI yang begitu banyak.</p><p style="text-align: left;">Bukan, kamu bukan sedang di-bully karena orang lain malas lalu dilimpahkan ke kamu. Di sini semua orang memiliki beban yang sama, tetapi memang sama-sama berat!</p><p style="text-align: left;">Kalau kamu tidak belajar sendiri, kamu dijamin tenggelam. Karena tidak ada yang namanya 'ditraining dulu 1 bulan lalu baru lanjut pelan-pelan'. NO!</p><p style="text-align: left;">Aku ingat yang capek dari bekerja di startup bukan 'aksi'-nya, tapi di balik layar seperti mencari referensi, analisis kompetitor, hingga belajarnya.</p><p style="text-align: left;">Kamu benar-benar harus mandiri dan mulai <b>aktif bertanya</b>. Bersyukurlah karena di startup, kamu <b>dibolehkan bertanya </b>dan menggali pengetahuan sebanyak-banyaknya. Sehingga muncul pada poin kedua, yaitu:</p><h3 style="text-align: left;">2. There's no stupid question because question everthing!</h3><p style="text-align: left;">Salah satu mural yang da di Koridor Coworking Space, kantor Riliv di Surabaya, adalah 'Question Everything'. Inilah yang memupuk kepribadian saya bahkan hingga saya menempuh kuliah S2 saat ini.</p><p style="text-align: left;">Audy dan Maxi, co-founder Riliv, selalu mengulang kalimat ini. Bertanyalah, cari tahu, <i>thirst for the knowledge</i>. Karena nggak pernah ada yang namanya pertanyaan bodoh.</p><p style="text-align: left;">Everybody is allowed to question. But are you ready to ask the question?</p><p style="text-align: left;">Memang, jawaban dari pertanyaan tersebut belum tentu konkrit seperti "Kamu harus A B C". Tapi kamu bisa diarahkan untuk mencari referensi serta meminta inisiatif kamu di kemudian hari, seperti "COba kamu pelajari XYZ, besok kamu ketemu lagi lalu kita diskusikan <i>insight </i>yang ada."</p><p style="text-align: left;">Yap, balik lagi ke poin pertama: kamu harus belajar secara mandiri untuk menemukan pertanyaan dan jawabannya!</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://cdn-2.tstatic.net/surabaya/foto/bank/images/curhat-online_20180902_215740.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Audy, Maxi, Adis, dan Handy sebagai tim Riliv tahun 2018" border="0" data-original-height="393" data-original-width="700" src="https://cdn-2.tstatic.net/surabaya/foto/bank/images/curhat-online_20180902_215740.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tim Riliv pada tahun 2018</td></tr></tbody></table><h3 style="text-align: left;">3. Kamu bukan salah satu pekerja, tapi kamu salah satu penggerak!</h3><p style="text-align: left;">Jika diibaratkan, startup adalah gurita. Gurita memiliki beberapa tangan, yaitu kamu. Jika kamu mengalami masalah atau kendala, maka hal ini akan menghambat seluruh pergerakan startup!</p><p style="text-align: left;">Yap, berbeda dengan <i>big corporation </i>yang mungkin kamu adalah 'salah satu karyawannya perusahaan X'. Tapi di sini, kamu adalah bagian langsung dari startup ini. <br /></p><p style="text-align: left;">Mungkin inilah kenapa beban pekerjaan startup cukup berat. Karena masing-masing orang memiliki peran mayor yang tidak bisa dilepaskan dari kemajuan startup itu sendiri.</p><p style="text-align: left;">So don't underestimate yourself. Kamu benar-benar seberharga itu, lho!</p><h3 style="text-align: left;">4. Tapi gaji dan jenjang karir bukan segalanya</h3><p style="text-align: left;">Yep, bekerja di startup itu keren. Kamu akan tampak sebagai millennials yang peduli dengan pekerjaan yang lebih <i>impactful </i>dengan gaya bekerja yang lebih nyaman!</p><p style="text-align: left;">Tetapi semua itu akan mengorbankan gaji dan jenjang karir yang tidak stabil.</p><p style="text-align: left;">Saat saya bergabung dengan Riliv di tahun 2017, kami masih benar-benar memulai segalanya dengan 0. Saya tidak digaji selama setahun, tetapi hal itu bukan hal yang saya sesalkan karena semua orang memang tidak digaji!</p><p style="text-align: left;">Saat Riliv berhasil merangkak dan mulai mendapatkan prestasi serta posisi penting di Indonesia, semuanya berubah termasuk gaji yang pantas. Tetapi ada satu hal yang sama: saya tetap seorang Lead Content!</p><p style="text-align: left;">Ini bukan karena saya tidak pandai atau tidak produktif. Tetapi karena saya memang ahli di bidang content, sehingga saya memang diarahkan untuk fokus dan berkembang di bidang tersebut.</p><p style="text-align: left;">Meskipun saya adalah first employee di Riliv, tetap ada atasanku yaitu Lead Marketing. Tapi apakah artinya saya lebih bodoh dari Lead Marketing? Tentu tidak! Hanya saja kami memang memiliki keahlian berbeda.</p><p style="text-align: left;">Inilah kenapa jika kamu menginginkan jenjang karir bagus dan gaji melimpah, maaf, jangan mencoba startup.</p><p style="text-align: center;"><span id="docs-internal-guid-7161fe79-7fff-3681-191d-e6356a9a828a"><img height="375" src="https://lh4.googleusercontent.com/y7azvUtvecIqeLyTrUW115xVG7tHv45SYSy_UGPQ3P-vrMbNheCCe01fI5rKRyzXv_eOq16ZtXKpjt6EtZmT4VaC3h05Qr7FU0Sbwp7uhw2vLd6yBGrIGyYjF58uvJvaERxfFHHxaFc=w282-h375" width="282" /></span></p><h3 style="text-align: left;">5. Tetapi semua terbayarkan dengan hal lain yang tidak akan kamu lupakan</h3><p style="text-align: left;">3 buku atas nama saya dan teman-teman, 10 kali mengisi acara, hingga bertemu Menteri Komunikasi 2014-2019 Bapak Rudiantara. Semua itu tidak bisa digantikan dengan uang yang mungkin saya sudah menjadi kaya jika bekerja selama itu!</p><p style="text-align: left;">Tetapi sebagai gantinya, saya mendapatkan reputasi dan <i>track record </i>yang luar biasa. Saya bisa mendapatkan pekerjaan hanya dalam 1 kali wawancara serta kumpulan <i>freelance </i>bahkan direkomendasikan untuk menjadi mentor!</p><p style="text-align: left;">Itulah harga yang harus dibayar di balik semua 'Tidak digaji selama 1 tahun'.</p><p style="text-align: left;">Jika kamu merasa kamu adalah orang yang tepat untuk posisi ini, segeralah mendaftar di startup terdekatmu.</p><p style="text-align: left;">Asalkan kamu juga yakin, bahkan kamu adalah orang yang <b>mau belajar </b>dan tidak mau mencari enaknya saja.</p><p style="text-align: left;">Sampaikan pendapat kamu di kolom komentar, ya! Kalau kamu seorang pekerja atau ex pekerja startup, ceritain pengalaman suka duka kamu juga, dong!</p>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-62265615185648732152020-07-24T19:39:00.000+07:002020-07-24T19:39:00.362+07:00Ketika Remote Worker 'Dipaksa' Work From Home...Ketika tulisan ini ditulis, sudah 4 bulan sejak saya bekerja <i>full </i>#dirumahaja.<br />
<br />
Artinya, saya <b>melakukan rutinitas </b>yang seharusnya dimana-mana jadi di rumah saja. Termasuk makan, meeting, mengerjakan tugas, dan sebagainya.<br />
<br />
Saat ini, saya mengelola 2 pekerjaan part time, 1 freelance, dan puluhan pekerjaan kecil seperti jasa edit skripsi ataupun jasa verbatim. Bisa dibilang, saya bekerja <b>SENIN sampai MINGGU </b>tanpa henti, wow!<br />
<br />
Bayangkan melakukan pekerjaan Senin - Minggu di rumah saja dengan kondisi yang sama, melihat pemandangan yang sama, dan tentunya rayuan manis pulau kapuk alias tempat tidur kamar kos yang sangat, sangat nyaman.<br />
<b><br /></b>
<br />
<h3 style="text-align: center;">
<b>Lucunya, ini seolah menjadi 'jawaban' dari permintaan saya berbulan-bulan yang lalu</b></h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1586991359975-54500b7d8a86?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=750&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="750" height="426" src="https://images.unsplash.com/photo-1586991359975-54500b7d8a86?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=750&q=80" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Work from home adalah kondisi ideal saya untuk bekerja... Setidaknya sampai bulan lalu. Foto dari <a href="https://unsplash.com/photos/9X1P46Y2KJo" target="_blank">Unsplash</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<i>I have to admit, </i>saya harus mengakui bahwa saya tidak suka bekerja di kantor. Saya benci rutinitas. Hasil tes psikologi saya menunjukkan saya memang mudah tertekan dengan hal yang monoton.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Inilah mengapa sekitar setahun lalu, saya mengajukan kepada <b><a href="https://riliv.co/" target="_blank">Riliv</a> </b>bahwa saya minta 1 hari <i>remote working </i>alias bekerja di luar.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kesehatan mental saya sangat, sangat berubah menjadi lebih baik. Karir saya meroket. Produktivitas saya melonjak naik.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sedari 2019, saya selalu berpikir <b>"Bagaimana bila semua pekerjaan dikerjakan di rumah tanpa harus ke kantor? Rasanya tentu membahagiakan!"</b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
Bisa dibilang, saya adalah <b>remote worker sejati! </b>Saya nggak butuh kantor! Saya bisa kerja dimana saja tanpa harus kekantor! <i>Work from office is so yesteryear!</i></div>
<div>
<br /></div>
<h3 style="text-align: center;">
<b>Memangnya apa pikiran saya dulu tentang remote worker?</b></h3>
<div>
Selain tes psikologi dari psikolog profesional, saya juga menyadari bahwa saya memang kurang cocok dalam hal rutinitas seperti pergi ke kantor.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Selama menjalani partial remote working, seperti di <b><a href="https://riliv.co/rilivstory" target="_blank">Riliv</a></b> atau di pekerjaan part time sekarang di <b><a href="https://mebiso.com/" target="_blank">Mebiso</a>, </b>saya merasa bebas. Saya tidak bosan dan saya bisa lebih fokus bekerja setelah meeting terus menerus.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Saya kira ini adalah gaya bekerja terbaik yang bisa saya adaptasikan, tentu saja.</div>
<div>
<br /></div>
<h3 style="text-align: center;">
<b>Namun pandemi benar-benar membuat saya harus mempertimbangkan keputusan tersebut!</b></h3>
<div>
Awal mulanya, saya rasa ini adalah saatnya para <i>remote worker </i>untuk bangkit! Tentu saja saya berpikir bahwa jiwa <i>remote worker </i>saya akan membantu saya mengatasi kesulitan pandemi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bulan pertama, saya bisa menghasilkan pekerjaan lebih cepat dari biasanya. Saya bisa memasak makan siang dan memasak teh, tentunya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Siapa yang tidak suka mengerjakan artikel sambil mengenakan baju tidur dan ngemil cireng di atas tempat tidur?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Di saat semua orang menangis karena tidak bisa bertemu teman kerjanya, saya memasang headset dan mendengarkan lagu dangdut sambil menyelesaikan 5 artikel dalam waktu singkat.</div>
<h3 style="text-align: center;">
Namun memasuki bulan kedua, <b>semua terasa kelam</b></h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1586699024673-eb0c0e85528e?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1081&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="513" data-original-width="800" height="410" src="https://images.unsplash.com/photo-1586699024673-eb0c0e85528e?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1081&q=80" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jenuh, jenuh, jenuh! Foto dari <a href="https://unsplash.com/photos/H9LS95WL8tM" target="_blank">Unsplash</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
Saya sempat stres, bahkan menangis-nangis.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tanpa disadari, saya <b>bukan merasa bebas, tapi justru merasa terperangkap.</b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
Bekerja di rumah sudah menjadi rutinitas, tak beda dengan bekerja di kantor seperti yang dulu saya sempat benci.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lebih parahnya, saya terikat di rumah. Kasus COVID-19 masih sangat tinggi, saya masih parno, takut. Saya di rumah. Saya tidak bisa bertemu pacar. Saya tidak bisa bertemu rekan kerja untuk diskusi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Belum lagi dengan meeting yang sudah mulai banyak karena keluwesan penggunaan Zoom. Pengajaran yang awalnya diliburkan, kini sudah mulai aktif dengan menjadi digital seluruhnya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kini <i>new normal </i>benar-benar mematahkan anggapanku tentang <i>work from home</i>!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Saya kemudian menyadari satu hal...</div>
<div>
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
Bukan soal tempatnya, tapi kebiasaan. Yang jadi musuhku adalah rutinitas dan kebosanan. Dan ketika hal baru menjadi hal biasa, tentu tidak berbeda dengan kejenuhan lainnya.</blockquote>
<br />
Apalagi saya tidak bisa keluar rumah, seperti saat saya <b>remote working</b> biasanya.<br />
<br />
Dulu, Hari Kamis adalah hari yang saya tunggu. Saya bisa pergi ke <b><a href="https://c2o-library.net/" target="_blank">C2O Library & Collabtive</a> </b>atau ke <b>Starbucks </b>bertemu Pak Budiono untuk belajar dan remote working.<br />
<br />
Sekarang, saya harus di rumah, diam, tidak boleh keluar. Justru ironis, karena <i>work from home </i>menghilangkan <b>kebebasan untuk tidak ke kantor.</b><br />
<h3 style="text-align: center;">
Mengapa rumah bisa menjadi distraksi paling serius?</h3>
<div>
Di kantor, distraksi paling utama adalah:<br />
<br />
<ol>
<li>Ajakan meeting mendadak</li>
<li>Ajakan untuk jajan</li>
<li>Jawilan seorang teman dan berkata, "Bro, tahu nggak..."</li>
</ol>
<div>
Inilah alasan kenapa saya benar-benar butuh remote working 1-2 hari! Supaya target dalam seminggu tercapai!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Namun ternyata selama 4 bulan di rumah, saya justru bisa merangkum distraksinya <b>jauh lebih banyak </b>karena:</div>
<div>
<ol>
<li>Ketika di rumah, kamu harus berhadapan dengan suara "Pakeet."</li>
<li>Kamu harus bersiap berbeanja gas atau beras jika habis.</li>
<li>Kamu tidak boleh ke Chatime atau Starbucks atau kopi-kopi galau untuk mencari AC dan wi-fi murah sambil berganti suasana.</li>
<li>Kamu <b>nggak boleh </b>keluar!</li>
</ol>
</div>
</div>
<div>
Ya, kebebasan itulah yang hilang! Padahal itu adalah <b>esensi </b>dari remote working itu sendiri.</div>
<div>
<br />
Apalagi rumah selalu diasosiasikan dengan kondisi <b>istirahat </b>sehingga tentu saja kau tidak bisa secara ideal bekerja layaknya di kantor, bukan?<br />
<br />
Jadi ketika kamu bekerja di rumah dan tiba-tiba ada notifikasi <b>Netflix</b>, kamu nggak bisa disalahkan jika tiba-tiba semangatmu menurun drastis.</div>
<div style="text-align: center;">
<br />
--</div>
<b><br /></b>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>Bagaimana denganmu? Apakah kamu menikmati work form home, atau lebih memilih work from office? Yuk bagikan ceritamu!</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8dVHgtoNRYRKmDnteLmF9UeUp5SSTRLxMjt5j71vVhlswez3bX2q9kUdaLttTJ85x42DMCUoAkU5QzPkonX9mRtyGrotWqeMLlJxG1JsMK6dsqmJ59tR1TRFbhMo09hna9D1XLNdHNZ0/s1600/photo-1503945438517-f65904a52ce6.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="700" data-original-width="1050" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8dVHgtoNRYRKmDnteLmF9UeUp5SSTRLxMjt5j71vVhlswez3bX2q9kUdaLttTJ85x42DMCUoAkU5QzPkonX9mRtyGrotWqeMLlJxG1JsMK6dsqmJ59tR1TRFbhMo09hna9D1XLNdHNZ0/s640/photo-1503945438517-f65904a52ce6.jpeg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto dari <a href="https://unsplash.com/photos/H9LS95WL8tM" target="_blank">Unsplash</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-67160505265504877982020-07-23T19:10:00.002+07:002020-07-23T19:49:09.400+07:00Review Buku: Na Willa, Menjelajahi Kisah Dewasa dari Mata Kanak-kanakSelama ini kita selalu berpikir bahwa dunia kanak-kanak adalah dunia yang berbeda dengan dunia dewasa.<br />
<br />
Tanpa sadar, kamu mungkin mengatakan hal ini:<br />
<br />
<blockquote>
Anak kecil nggak perlu tahu</blockquote>
<br />
atau<br />
<br />
<blockquote>
Ah, nanti saja kalau sudah dewasa kamu kan tahu sendiri</blockquote>
<br />
Padahal, fenomena yang terjadi tidak memandang usia!<br />
<br />
Kamu tidak bisa mengatakan kalimat di atas, jika seorang anak kecil melihat perampokan di depan matanya.<br />
<br />
Yang bisa kamu lakukan adalah <b>menjelaskan dengan cara yang bisa dipahami</b>, termasuk pesan moralnya.<br />
<br />
<h3 style="text-align: center;">
Itulah yang kutemukan di buku Na Willa, karangan Reda Gaudiamo</h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7pQHy9BHhj95_U6Waq0U6auCjHovrgizPvrt3CPBImSB02GavOdFU5Sw63I2agVZCkBEJmMs3ibawOJMDQFgIjPTbs_AFbbQE4IJZKn9HplLiciOfdpJHqj_Et4-MLgh3Trb50EEFXhg/s1600/1*IpG2PEZ9iWwJ2rNkHRoeCw.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="715" data-original-width="647" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7pQHy9BHhj95_U6Waq0U6auCjHovrgizPvrt3CPBImSB02GavOdFU5Sw63I2agVZCkBEJmMs3ibawOJMDQFgIjPTbs_AFbbQE4IJZKn9HplLiciOfdpJHqj_Et4-MLgh3Trb50EEFXhg/s400/1*IpG2PEZ9iWwJ2rNkHRoeCw.jpeg" width="361" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Buku Na Willa milik saya, menyenangkan!</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<br /></div>
Berlatar di kampung utara Surabaya, kisah ini menyorot Na Willa sebagai seorang Tionghoa di lingkungan yang beragam.<br />
<br />
Tidak sepenuhnya, tetapi kita akan belajar bagaimana kompleksitas kehidupan 'dewasa' bahkan ada di dunia kanak-kanak.<br />
<br />
Buku Na Willa menceritakan kehidupan dari sudut pandang Willa, yang masih akan duduk di bangku taman kanak-kanak dan interaksinya dengan lingkungan sosialnya.<br />
<br />
Masih ingat perasaanmu saat bermain kelereng dengan teman, atau mengejar layangan sore hari?<br />
<br />
Na Willa membawakannya dengan sudut pandang orang pertama yang lugu, apa adanya, dan ndablek alias nakal.<br />
<br />
Ekspresi Willa saat menginginkan anak ayam yang dijual di pasar sambil menangis membuat saya gemas. Mak, alias ibu Willa, adalah tokoh kedua yang sering berinteraksi.<br />
<br />
Aku bersimpati kepada Mak.<br />
<h3 style="text-align: center;">
Perkenalan indah kepada teman-teman Willa menyadarkanku betapa beragamnya dunia ini!</h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://miro.medium.com/max/700/0*EMYHhAneKgOUrO90" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="466" data-original-width="700" height="426" src="https://miro.medium.com/max/700/0*EMYHhAneKgOUrO90" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Anak-anak, sebuah dunia sendiri yang ajaib! Foto dari <a href="https://unsplash.com/@larm?utm_source=medium&utm_medium=referral" target="_blank">Unsplash</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<br /></div>
Kamu akan berkenalan dengan Bud, Ida, Dul, dan teman-teman lain yang tidak sempurna.<br />
<br />
Ya, aku bilang tidak sempurna karena rasanya selalu ada kebaikan disambung dengan kesedihan yang menyertai sepanjang cerita mereka.<br />
<br />
Bud yang ingusan takut pada Mak. Dul mengalami musibah, tetapi masih tersenyum. Dan Ida… Mungkin Ida tidak tahu apa yang menanti saat dewasa, tapi biarlah menjadi perspektif dewasa.<br />
<br />
Namun ketiganya seolah 'normal' karena Willa menyayangi mereka, masih bermain masak-masakan, gundu, dan memanjat pohon.<br />
Hal yang sering kita keluhkan, seperti "Kamu ingusan!" seolah bukan sebuah masalah bagi Willa dkk.<br />
<br />
Aku tertampar: <b>masih bisakah aku menyayangi dan menerima teman-temanku seperti saat aku kecil dulu?</b><br />
<h3 style="text-align: center;">
Seberapa keras usaha kita menjauhkan diri dari hal negatif, tetap saja ada yang tertangkap dari sepasang bola mata mungil</h3>
<blockquote>
Sekelas tertawa ketika melihat Na Willa. Bu Guru juga. Kenapa mereka semua tidak menyukaiku?</blockquote>
<br />
Na Willa, usia masih akan bersekolah, ditertawakan karena dirinya berbeda secara ras.<br />
Sayangnya, Bu Guru sebagai teladan tidak melakukan apapun, bahkan menunjukkan sisi opresif sebagai tenaga pengajar.<br />
<br />
Apa yang Na Willa dan Mak lakukan?<br />
<br />
Marilah kita menjelajahi dunia Na Willa dan bagaimana dia menghadapi situasi dengan cara yang mungkin menggelitik dan membuat kita berkata, "Mungkin aku juga akan melakukannya!"<br />
<h3 style="text-align: center;">
Akhir kata, aku bisa bilang buku ini ringan, dan menyegarkan pikiran yang terlampau sibuk dibebani kedewasaan</h3>
Karena seringkali, kita lupa caranya untuk bahagia barang sederhana saja.<br />
Lupa beristirahat, lupa tertawa.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>Selamat membaca Na Willa!</b></div>
<b><br />
</b> <b>...</b><br />
<br />
<i>Sudah pernah dipublikasikan di <a href="https://medium.com/@adizmarine/review-buku-na-willa-menjelajahi-kisah-dewasa-dari-mata-kanak-kanak-5b0eac6a2562" target="_blank">Medium</a> dengan judul sama.</i>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-82247195543288022472020-07-20T13:58:00.000+07:002020-07-23T20:11:45.065+07:00Power Interview: 7 Tips Jitu Saat InterviewBeberapa bulan yang lalu, saya kesal sekali. Saking kesalnya, saya menghitung 1-100 sambil mendengarkan orang di depan saya bercerita seputar kota masa kecilnya. Saya sedikit mengingat: mulai dari siapa orangtuanya, nama ayah ibunya, kemudian kegiatannya sejak SD hingga kuliah. Apa yang terjadi ketika angka 100 tercapai?<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<b>"Cerita yang bagus! Saya mengapresiasi cerita Anda. Terima kasih sudah mendaftar, kami akan mengabari Anda dalam waktu 3 hari dari sekarang untuk kelanjutannya."</b></blockquote>
Saya <i>mengusirnya.</i><br />
<i><br /></i>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1521791136064-7986c2920216?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="534" data-original-width="800" height="426" src="https://images.unsplash.com/photo-1521791136064-7986c2920216?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Interview, ketika dua orang berkenalan. Foto dari <a href="https://unsplash.com/@cytonn_photography" target="_blank">Unsplash</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<h3 style="text-align: center;">
Menariknya, dia merupakan salah satu kandidat dengan nilai tertinggi di seleksi CV</h3>
<div>
Sebagai Lead Content, saya sudah meletakkan harapan cukup besar kepada kandidat ini untuk menjadi bagian dari kami. CV yang menarik serta pengalaman unik tentu menarik perhatian saya!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sayangnya, kandidat ini gagal dalam memberikan impresi profesional dan berkualitas saat interview kandidat.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Apa yang membuat dia gagal?</div>
<div>
<ol>
<li>Kandidat ini <b>tidak percaya diri</b>.</li>
<li>Kandidat ini <b>menjawab seadanya, tanpa ada kemauan elaborasi yang impresif terhadap suatu kasus</b></li>
<li>Kandidat ini <b>menjawab kehidupan masa kecilnya bahkan nama orangtuanya ketika ditanya "Ceritakan tentang dirimu"</b></li>
<li>Kandidat ini <b>tidak bisa menjual dirinya dan menjawab "Biar Anda yang menilai kebaikan saya"</b></li>
<li>Namun di sisi lain, kandidat ini <b>justru menjawab cukup banyak di bagian "Apa kelemahan Anda?"</b></li>
</ol>
<div>
5 faktor besar yang membuat saya harus bersabar dengan <b>menghitung 1-100 agar tidak mengusir dia </b>dari kantor saya. Tentu itu membuat saya jadi si antagonis dalam cerita ini, bukan?</div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Namun saya mendegarkan ceritanya sampai habis (dan beberapa tambahan jawaban sebelum akhirnya saya mencapai angka 100) dan mengapresiasi kehadirannya (saya melakukan interview di siang hari yang tentunya panas). Seharusnya ada beberapa pertanyaan lagi, namun saya rasa saya sudah mendengar cukup.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dulu saat belajar kuliah psikologi, saya sadar bahwa interview dengan pihak perusahaan lebih berpengaruh daripada psikotes maupun seleksi CV. Setelah bekerja menjadi Lead Content selama 3 tahun lebih, saya menyadari bahwa perbedaannya bisa <b>begitu jauh.</b></div>
<h3 style="text-align: center;">
Tanpa disadari, mungkin ANDA pernah menjadi seperti kandidat tersebut!</h3>
<div>
Well, <i>we all are starting somewhere</i>. Bukan hal buruk jika Anda pernah melakukan kesalahan di atas, atau bahkan kesalahan-kesalahan lain yang belum saya sebutkan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Namun pertanyaannya: <b>will you learn?</b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
Bersama ilmu psikologi yang saya pelajari selama kuliah plus pengalaman saya sebagai user, saya mau membagikan <b>7 tips jitu interview kerja </b>yang bisa membantu Anda untuk <i style="font-weight: bold;">OWN THE SITUATION </i>agar lebih maknyus! Paling tidak Anda bisa tampil meyakinkan dan menjual diri Anda lebih baik, tentunya!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td><a href="https://images.unsplash.com/photo-1557180491-4c2f503222d9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1489&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" height="360" src="https://images.unsplash.com/photo-1557180491-4c2f503222d9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1489&q=80" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 12.800000190734863px;">Coba yuk berlatih berdiskusi. Foto dari <a href="https://unsplash.com/@daoud_absml" target="_blank">Unsplash</a>.</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<h4>
1. Berpikir seperti diskusi, bukan olimpiade cerdas cermat</h4>
<div>
Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, salah satu kesalahan terbesar kandidat saya interview adalah mereka berpikir ini seputar cerdas cermat! Ada yang jawabannya patah-patah dan terlalu kaku.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Padahal, saya mencari kandidat yang bisa diajak berdiskusi untuk membahas seputar isu-isu yang berkaitan dengan bidang pekerjaan yang akan kandidat hadapi. Begitu pula dengan pengalaman-pengalaman menarik yang bisa menjadi nilai tambah dari kandidat.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Akan tetapi, justru yang sering terjadi adalah mereka menjawab apa adanya dan menunggu saya untuk bertanya!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Inilah mengapa keluwesan Anda untuk berbicara menjadi penting, termasuk mengelaborasi atau memperpanjang jawaban Anda tanpa terkesan bertele-tele.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Apa bedanya bertele-tele dan elaboratif? Bertele-tele tidak bisa dijadikan kesimpulan, sedangkan elaboratif bisa membantu interviewer mengambil poin-poin penting dalam diskusi Anda.</div>
<h4>
2. Beri kesan bahwa kamu tertarik pada interviewer dan perusahaannya</h4>
<div>
Siapa yang tidak mau didengarkan? Tentu rasanya semua orang, ya! Ketika mereka menjadi pusat perhatian dan didengarkan, tentu menambah kepercayaan diri mereka. Begitu pula dengan para interviewer dan perusahaan yang Anda tuju.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Beri kesan bahwa Anda tertarik pada penjelasan mereka. Beri tanda-tanda non verbal seperti mengangguk, menatap mata, menggumam "O, ya, baik, benar". Mereka akan memandang bahwa Anda menyimak dan memahami penjelasan mereka.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Plus, Anda juga bisa mendapatkan informasi-informasi yang bisa membantu Anda untuk menawarkan solusi untuk perusahaan tersebut seperti di poin 5.</div>
<h4>
3. Jangan ragu untuk bertanya balik!</h4>
<div>
Selalu ada pertanyaan dari interviewer di akhir,</div>
<div>
"Apakah ada yang ingin ditanyakan?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ini <b>bukan jebakan</b>. Tapi murni untuk memberikan kesempatan bagi Anda untuk bertanya. Namun Anda bisa memanfaatkan momen emas ini untuk menarik perhatian interviewer dengan pertanyaan berbobot, seperti "Apakah memiliki asuransi kesehatan?" "Apa goal dari marketing nanti?" "Bagaimana gaya kerja di perusahaan?" dan lain sebagainya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ini menunjukkan Anda memiliki visi dan fokus berkontribusi pada perusahaan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Anda juga boleh bertanya dan menggali data untuk merumuskan solusi atau pun membantu perusahaan mengetahui ide-ide untuk mengembangkan bidang pekerjaan Anda ketika sudah bergabung dengan perusahaan tersebut.</div>
<div>
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1583812140784-2cc89fff7097?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="426" src="https://images.unsplash.com/photo-1583812140784-2cc89fff7097?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ceritakan dirimu dengan profesional. Foto dari <a href="https://unsplash.com/@reimond_21" target="_blank">Unsplash</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<h4>
4. Ceritakan dirimu secara profesional</h4>
<div>
Cerita di atas adalah NYATA! Saya hanya bertanya "Ceritakan tentang kamu..." dan kandidat saya berakhir menceritakan kehidupan, nama panjang, nama orang tua, tempat tinggal, dan biodata standar lain yang tentu bisa saya baca di CV.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Anda perlu menjelaskan diri Anda secara <b>profesional</b>. Apa keahlian Anda? Apa pengalaman Anda sebelumnya yang sekiranya bisa bermanfaat dan berhubungan dengan profesi yang Anda ingin dapatkan? Kenapa Anda mau mendaftar di sini?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jadi tolong, Anda tidak perlu lagi menjelaskan siapa Anda dan tempat lahir Anda.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1527264935190-1401c51b5bbc?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="426" src="https://images.unsplash.com/photo-1527264935190-1401c51b5bbc?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tawarkan solusi dengan gaya bahwa jika mereka tidak hire kamu, mereka kehilangan solusi terbaik. Foto dari <a href="https://unsplash.com/photos/pPzQP35zh4o" target="_blank">Unsplash</a>.</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<h4>
5. Tawarkan solusi untuk masalah yang kamu hadapi</h4>
<div>
Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya, interview adalah sebuah diskusi untuk menentukan kualitas Anda sebagai calon pegawai. Maka sudah pasti ketika Anda bergabung di dalam perusahaan, tentu mereka mau bahwa sumber daya yang direkrut memang berdampak kepada kemajuan perusahaan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Buat mereka paham bahwa Anda pantas masuk dengan menawarkan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi perusahaan. Jika Anda memiliki sertifikasi dalam menjadi teknisi, maka Anda bisa menyebutkannya kepada interviewer dan apa manfaatnya terhadap perusahaan. Jika Anda memiliki koneksi-koneksi yang penting, Anda juga bisa memberi kabar bahwa mereka bisa menghubunginya juga jika Anda tergabung.</div>
<h4>
6. Kenali kelemahan dan kelebihanmu, tapi...</h4>
<div>
Tolong, <b>TOLONG </b>jangan sekali-kali Anda bilang bahwa Anda tidak mengetahui kekuatan Anda. <b>JANGAN</b>. Ini PR Anda sebelum menghadiri suatu wawancara. Bagaimana bisa perusahaan merekrut orang yang bahkan tidak tahu kemampuannya? Tentu mereka malah rugi!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ironisnya, Anda mungkin justru bisa lancar menyebutkan kelemahan Anda. Bukankah itu hal yang bisa dibanggakan di Indonesia, ketika kamu merendahkan dirimu? Kenyataannya, semakin kamu merendahkan dirimu, perusahaan bisa-bisa <i>ilfil </i>dan enggan merekrut.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kamu bisa menyebutkan kelemahanmu secara jujur dan yang berkaitan dengan pekerjaan, seperti cenderung terlambat hadir atau tidak bisa dihubungi saat weekend. Namun Anda juga perlu menyertakan solusi alternatif yang bisa membantu 'menjamin' mereka untuk memandang bahwa Anda tidak akan merugikan mereka.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan <b>jangan bilang "Biarkan Anda yang menilai saya."</b></div>
<h4>
7. Last but not least, OWN IT!</h4>
<div>
Interviewer akan bisa melihat kandidat terbaik dari cara dia memperlakukan sesuatu. Mulai dari datang, bersalaman, berbicara dengan interviewer, dan menjawab dengan mereka. Interviewer justru senang jika kandidatnya seolah-olah menguasai keadaan dan tidak kagok tanpa menyinggung interviewer.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ciri-ciri kandidat yang menguasai keadaan adalah tidak gagap saat bicara, jika ragu maka dia akan bilang 'Menurut saya', dan tidak kaku bahkan luwes bertanya seperti "Begitu menurut saya, bagaimana menurut Bapak/Ibu?"</div>
<div>
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1452697620382-f6543ead73b5?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="426" src="https://images.unsplash.com/photo-1452697620382-f6543ead73b5?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">You're the winner! Foto dari <a href="https://unsplash.com/@lephunghia" target="_blank">Unsplash</a>.</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<br /></div>
<h3 style="text-align: center;">
Please, JUAL DIRIMU lebih mahal!</h3>
<div>
Interview adalah saat perusahaan melihat apakah Anda sepadan untuk direkrut atau tidak. Jangan harap perusahaan akan merekrut Anda karena kasihan atau karena mereka butuh, ya! Namun perusahaan akan merekrut Anda jika Anda memang sepadan dan justru melancarkan bisnis mereka.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Caranya? Ya melihat apakah Anda memang memiliki benefit yang dicari perusahaan melalui hasil interview yang percaya diri dan penuh dengan solusi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Coba ikutin yuk tips di atas dan bagi pengalaman interview kamu di bawah atau di Instagram <b><a href="https://www.instagram.com/adizmarine/" target="_blank">@adizmarine</a></b>!</div>
Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-33748286633732837772020-07-05T20:06:00.001+07:002020-07-05T20:06:23.765+07:00When The Color Pops Into Hundred Shades<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<i>a collab with <b><a href="http://thelovk.tumblr.com/" target="_blank">Kal</a></b>.</i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://images.unsplash.com/photo-1542194627-35fb6de8a829?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=675&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="600" height="400" src="https://images.unsplash.com/photo-1542194627-35fb6de8a829?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=675&q=80" width="300" /></a></div>
<br />
<br />
It was a winter night when the magic happens. The sky was an old auld lang syne before everything else vanished into a scarlet blue.<br />
<br />
Dandelion was standing there, he seems like a mad man- with a cigarette in his lip, and a ferret wrapped in the other. It was the tenth night, and I still couldn’t figure out why- why would he visit a grave when no ones is buried inside of it.<br />
<br />
The snow fell, heaved outside. Dandelion sipped another puff of cigarette - like its the last but never yet to come to an end. He stared, and stared - standing still like a Roman Statue in the middle of winter night. He sighed, crouched, and touched the gravestone tenderly.<br />
<br />
With brow furrowed, hands oddly become tender while feet remain as a stone. "Gaaaahh<i>"</i> he screams, a pout showed up next. "Whatever, I’m going home!<i>"</i> He then walked away, stomping, loudly, irritadely, yet annoyingly cute (which is weird for a tall mid-age guy like him, very unfitting). A crow flew by and around, become a fitting sound for that winter night. There’s a glow on its wing, and a name on its mind. Who could it be? What does this one resemble to?<br />
<br />
Absent-minded, Dandelion followed where the crow went. It felt like old nostalgia, archaic feeling you get similar to when you smell the old building where memories remain. This could be it. When he walked, you could see he’s limping. His left leg was not on its fittest condition, but he walked anyway. Strangely, the crow as if was willing to be tracked. It flew significantly low, like floating 1 metre above the ground, so Dandelion could easiliy went after. What’s next?<br />
<br />
There’s a trace of magic that the crow left behind, it glows but if you wait for too long then it’ll disappear. Dandelion’s eyes slowly glow, a marks blinking in his arms. Even when the cold start to reduce his life slowly, he insist to figure this one problem out. <i>‘what a weird crow’</i> he mumbled.<br />
<br />
Long before Dandelion, no, the town happened, there used to be an urban legend called ‘Soulmate’. When someone, or something, draws or marks their skin with something, their soulmate will have the same mark. It glows, like the crow’s and Dandelion’s. But it’s a legend, a myth, nobody could say it’s real, like?<br />
<br />
<i>‘But seriously, a crow!? No way’</i> he thought, not out loud- he didn’t want the crow to find out. Few steps ahead and few flaps away; they arrive at this magical tree in one of the oldest building with a bunch of weird carvings there. The crow landed on of its branch, landed… and then one with the tree, it light up so bright. Do you know who they’ve become?<br />
<br />
<i>‘You’</i>, Dandelion said, stuttered. He remembered a long way before, no, <i>it was a dream…</i> A dream where a hand was touching his gently, interlocking to his fingers. <i>A safe place</i>, while he was misunderstood in this world full of hypocrites, <i>but the hand offered a warmth he did not know he needed it</i>. He couldn’t see whose the hand belongs, but he knew when he see one. At least that’s what Dandelion thought when he saw what the crow has become.<br />
<br />
A priest, with a gown and swirling light around it. A constant being, always exist as if time has been gone-forgotten, a space. Sometimes thing doesn’t add up, sometimes things didn’t come true, and yet this one. Dandelion asked this being in front of him, whose its feet barely touch the ground, "What’s your name? What should I call you? What… what are you?"<br />
<br />
The priest did not answer but hushed, they put their finger on their lips. The eyes, o the glory of long forgotten summer! Hair was a winter morning, shady and crestfalling. While the body, elegantly sleek in the shape of perfect shadows, bless them. Dandelion confused, but as we already agreed, sometimes things did not add up it could literally blow your head away, even with a gracefullness. So Dandelion only raised his brows to their response.<br />
<br />
A gentleness, like a breath of a blooming flower in early spring, they smile. <i>‘Does it matter, love? Don’t worry, every question will have its own answer, in its own way. Don’t worry, okay?’</i> they said to him, with head tilted to side and warmth caressing Dandelion’s cheeck- soothing his heart, his chest. They’re seeping some warmth into his cold heart, a heart that was tightened- dead cold. <i>‘How did you know? that this is what I needed? some warmth</i>’ he whisper in his heart. ‘<i>I always know, Dandelion</i>’ they reply, without any sound coming out of their mouth- yet he can hear those words.<br />
<br />
<i>/I am old, Dandelion/</i><br />
<i>/Although, it doesn’t really matter/</i><br />
<i>/You will always find me/</i><br />
<i>/Whether I exist or not/</i><br />
<i>/I always live/</i><br />
<i>/just as the tree and grass the ground/</i><br />
<i>/as the clouds and stars on the sky/</i><br />
<i>/as the waves crashing by the cliff/</i><br />
<i>/I exist, whether you’re aware of it or not/</i><br />
<i>/Love, will live,/</i><br />
<i>/There’s no time and space that could bind both of us/</i><br />
<i><br /></i>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://images.unsplash.com/photo-1576186698637-ba72a9e6f618?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="425" src="https://images.unsplash.com/photo-1576186698637-ba72a9e6f618?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" width="640" /></a></div>
<i><br /></i>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-44749892352752198592020-06-21T09:55:00.002+07:002020-06-21T09:55:51.107+07:00Menggenggam Awan<span style="font-family: inherit;">"Nduk sayang, lagi liatin apa?"</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Ucapan Ibu membuyarkan lamunanku. Aku menoleh ke arah beliau yang sedang menguleg sambel untuk dijual ke tetangga. Di masa Ramadhan, sambal menjadi primadona yang dicari semua org.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Melihat awan, Bu." kataku pelan. Aku berhalan ke arah ibu dan mengambil cobek yang lebih kecil untuk membantu. Ibu tiba2 menariknya dan menyuruhku duduk saja.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Lebih baik kamu temani ibu." Aku pun mengangguk.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Nduk, tahu nggak, ada lho yang disebut Putri Awan." ucap Ibu sambil menuangkan garam dan gula. Sambal Ibu sangat nikmat, paduan kesegarannya sangat tepat.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Putri Awan? Ceritain dong Bu!"</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Boleh, tapi tolong ambilkan 3 toples sambal ya Nduk, yang tutupnya hijau. Lalu dilap dulu."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Aku bergegas melakukan apa yang Ibu minta. Mendengarkan dongeng dari Ibu selalu menyenangkan.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Maturnuwun Nduk. Nah sekarang duduk yang tenang ya."</span><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1501608607047-86552dbaccaa?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=750&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="750" height="266" src="https://images.unsplash.com/photo-1501608607047-86552dbaccaa?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=750&q=80" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/@drjay93?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">SHAH Shah</a> on <a href="https://www.blogger.com/s/photos/rain?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: inherit;">Beberapa tahun lalu, ah nggak, beberapa puluh tahun lalu, hiduplah seorang gadis desa yang merupakan anak dari Abdi Dalem. Gadis itu sebut saja namanya Eka. Eka memiliki paras yang sangat cantik, dengan kulit putih, rambut hitam, dan sifatnya ramah sekali.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Ayah Eka tidak pernah berada di rumah, beliau selalu mengabdi pada Keraton. Ibu Eka sudah meninggal. Sehingga tidak jarang Eka merasa kesepian.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Saat itu, Abdi Dalem dianggap memiliki kekuatan dan status berbeda dari orang kebanyakan. Makanya, banyak yang tidak mau berteman dengan Eka.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Sudah pasti Eka jadi semakin kesepian, kan?</span><br />
<span style="font-family: inherit;">.</span><br />
<span style="font-family: inherit;">Suatu hari, Eka bermain di halaman rumahnya yang istimewa. Tidak semua rumah seperti rumah Eka. Pohon mangga dan jambu tumbuh subur di tanah tersebut. Sehingga Eka sering mengumpulkan dan membagikan buah buahan ke tetangga. Tapi ya begitulah, tetangga hanya menerima tanpa menjawab. Eka tetap kesepian.</span><br />
<br />
<span style="font-family: inherit;">Eka cuma berdoa dan berteriak sambil menatap langit, "Aku ingin mengisi kekosonganku." Lalu dia pun kembali ke rumah.</span><br />
<br />
<span style="font-family: inherit;">Siang itu, hujan turun dengan derasnya disertai petir yang menyambar cepat. Eka menyelesaikan sholat Dhuhur dan bergegas memasak nasi. Tapi...</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">DUAR! Suara menggelegar datang dari halaman rumahnya. Eka bersumpah dia melihat petir di depan matamya menyambar pohon jambu. Dan benar saja...</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Pohon jambu terbelah menjadi dua! Eka menggelengkan kepala, baru saja pohon itu berbuah!</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Namun anehnya, salah satu batang pohon itu melandai dan mengarah ke atas, seolah membentuk sebuah tangga menuju ke langit. Di atas batang itu ada kumpulan awan yang, anehnya, tidak bergerak meski cuaca tidak bersahabat.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka tidak mengambil pusing, tapi dia akan mencoba memanjatnya nanti.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1502082553048-f009c37129b9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=750&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="750" height="266" src="https://images.unsplash.com/photo-1502082553048-f009c37129b9?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=750&q=80" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/@niko_photos?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">niko photos</a> on <a href="https://www.blogger.com/s/photos/tree?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: inherit;">Cuaca semakin membaik, nasi sudah matang. Saat Bapak kembali, beliau sudah bisa makan malam sambil nonton TV dan mengaji sampai malam seperti biasa. Dan Eka punya waktu untuk mencoba memanjat pohon itu sebelum beliau tiba.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">--</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Satu, dua, hap! Eka sudah berada di atas batang kayu yang menjalar ke atas. Perlahan dia meniti langkah hingga ke atas, atas, dan tunggu dulu... kok batangnya tidak berakhir ya? Hingga dia menyadari sudah sangat tinggi di atas langit!</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka sangat ketakutan. Bagaimana bila dia jatuh? Tapi Eka terus melaju karena dia sudah sampai sejauh ini. Dia terus naik, naik, hingga akhirnya tampak ujung dari batang dan dia mendapati dirinya di tengah lautan awan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: inherit;">Eka mengusap mata. Ini sungguh terjadi, katanya! Dan di sampingnya berdirilah seorang laki2 seumurannya mengenakan pakaian putih.</span><br />
<br />
<span style="font-family: inherit;">"Eka?" tanya anak itu. Eka mengangguk, tidak tahu harus menjawab apa karena dia sangat ketakutan! Apakah ini surga?</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Selamat datang di Kerajaan Awan. Kamu adalah satu2nya manusia Bumi yang mendapat keistimewaan bersama kami. Namaku Ar."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Ar. Itulah yang Eka dengar. Nama yang sangat asing.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Mari, ikutlah denganku. Awan ini aman, kok." ujarnya pelan sambil tersenyum. Eka pun mencoba melangkah di atas awan yang sangat menggemaskan, berwarna merah jambu dengan aroma permen. Awan itu padat, dan tidak membuatnya terjatuh!</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Sepanjang perjalanan, Ar bercerita tentang Kerajaan Awan. Tentang sejarahnya yang sudah berdiri lebih lama daripada kota Eka, tentang struktur kerajaan, dan Eka mendapati bahwa dia bicara dengan Pangeran Awan, Ar.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Kamu tau kenapa kamu diundang oleh kami?"</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka menggeleng.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Karena kami tahu kamu orang baik yang disalahpahami. Begitu pula dengan kami. Manusia Bumi begitu sombong, mereka menganggap sesuatu yang 'di atas' adalah musuh. Padahal tanpa disadari, mereka hanya ketakutan jika dianggap 'di bawah' kami. Itu sama sekali tidak ada hubungannya."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Dan setelah itu Ar mengajak Eka untuk bermain di Kerajaan Awan. Makan siang dengan lahap, bertemu makhluk Kerajaan Awan, dan berkeliling melihat Bumi dari berbagai tempat berbeda, hanya dalam 1 langkah.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka tidak pernah sebahagia itu dalam hidupnya, meskipun dia tidak bicara banyak. Faktanya, dia hampir tidak pernah bicara banyak, mengingat tidak ada yang mengajaknya bicara.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Sudah larut," ujar Ar.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka mengernyit. "Tapi ini baru jam 5 sore."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Kami Kerajaan Awan harus berpindah tempat dan zona waktu saat daerah mu malam. Kami tidak bisa menawarkan tempat tinggal, dan kamu harus turun. Maaf."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka mengerti. Ar tidak mengusirnya. Namun saat akan turun, Eka meneteskan air mata. "Aku akan sendiri lagi ya?"</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Ar terdiam. Kemudian tersenyum. "Besok kita main lagi?"</span><br />
<br />
--<br />
<br />
<span style="font-family: inherit;">Begitulah, Eka dan Ar terus bermain setiap hari selama cuaca cerah sebelum Abdi Dalem kembali pulang. Eka dan Ar tumbuh menjadi sepasang remaja yang melengkapi satu sama lain. Eka dengan rasa penasarannya, dan Ar dengan pengetahuan seluas samudra di Bumi.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka tidak pernah mendapatkan sosok ini dalam hidupnya. Seolah ada relung yang kosong, namun dia tak pernah tahu itu ada hingga Ar mengisinya.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Hingga mereka sadar, mereka jatuh cinta. Eka merasa sudah penuh, ia tahu ia tidak merasa kurang suatu apa.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Namin sanggupkah ia menggenggam awan yang mustahil untuk digapai?</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Ar begitu tinggi, dia begitu rendah.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Namun suatu ketika, dia berkata "Aku tahu apa yang kau pikirkan. Kumohon jangan."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka terdiam.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Jangan berpikir kamu lebih rendah dariku. Kamu adalah orang yang kucintai. Kita sama. Ayo menikah besok."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Hari itu juga, Eka menyadari bahwa pernikahan Kerajaan Awan dan Manusia Bumi bisa terjadi. Hanya saja, Manusia Awan tidak akan bisa tinggal di Bumi, dan begitulah kebalikannya.</span><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1574740601012-f6f25029b347?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="266" src="https://images.unsplash.com/photo-1574740601012-f6f25029b347?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=1050&q=80" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/@priscilladupreez?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Priscilla Du Preez</a> on <a href="https://www.blogger.com/s/photos/holding-hands?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: inherit;"><br />Eka mengira, hal itu tidak akan pernah menjadi masalah. Semua berjalan layaknya normal. Hingga Eka tahu ia tak lagi sendirian.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Ia tengah mengandung buah hatinya bersama Ar. Dan Eka tersadar, tidak ada satu orang pun, bahkan Abdi Dalem yang mengetahui hal ini.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Dalam sekejap saja, sebelum Eka bisa menyampaikan hal ini kepada Ar, Abdi Dalem mengetahui hal ini dan berita menyebar begitu cepat. Abdi Dalem sangat kecewa, Eka bisa melihat tangisan terbendung di pelupuknya.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Siang itu, Eka harusnya pergi menuju Kerajaan Awan.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Namun siang itu juga, Eka segera dinikahkan oleh seorang pria, putra dari Abdi Dalem lain yang bahkan Eka tak mengenal namanya.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Mereka berdua tinggal cukup jauh dari rumah Eka, jauh dari pohon jambu, jauh dari Kerajaan Awan.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">6 bulan kemudian, Eka melahirkan seorang gadis cantik dengan paras indah seperti ibunya. Baunya seperti permen, dan matanya cerah layaknya awan putih di langit biru.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Suami Eka hanya mendampingi tanpa bicara sepatah kata pun. Dan pergi tanpa kembali seminggu setelahnya.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Lucunya, Eka sama sekali tidak terganggu akan hal itu. Dia justru kembali ke rumah asalnya tepat ketika putrinya berusia 10 bulan. Dan di saat itu dia memberanikan diri memanjat kembali pohon jambu yang masih utuh, kini menggendong putrinya ke atas.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Dan Ar masih menunggunya.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Kemana saja kamu?" Tanyanya lembut. Matanya kemudian berpindah kepada bayi mungil di tangan Eka. "Ini..."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Maaf." Ujar Eka. "Maaf..."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Ar terdiam. "Sudahkah kau beri nama?"</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka menggeleng, belum.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Ini putri kita?" Ar melunak, wajahnya tersenyum dan memeluk bayi itu dengan penuh kasih sayang.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka mengangguk. Namun kesedihan berkilat di matanya. Ar tampak mengetahuinya.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Aku tahu, Sayang." ujar Ar. Eka menoleh. "Dan kamu tidak salah. Jangan salahkan dirimu."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka terdiam. Kemudian memeluk Ar yg masih menggendong bayi itu. Ia menangis, mengeluarkan semua bebannya, rasa letih, jengkel, dan semua hal yang ia dulu bisa lakukan namun kini tidak. Ia merindukan Ar. Ia mencintai Ar. Dan berada di pelukannya adalah momen terbaik hingga...</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Ar menjauh, memberikan bayi itu, dan mengambil beberapa langkah mundur.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Aku tidak bisa." Kata Ar.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka menganga. "Kenapa?"</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Masyarakat Awan tidak bisa menerima poligami, poliandri, atau apapun itu. Kami mengikat janji dengan 1 org hingga mati. Karena itu..."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka terkejut melihat tubuh Ar mulai menghitam. "Ar, apa yang..."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Kita sudah menghabiskan 7 tahun bersama... dan itu menyenangkan. Tapi maaf... aku tidak bisa hadir untukmu, di saat saat sulit. Pun kamu tak bisa selamanya hadir untukku, dimana hal itu tentu tidak akan pernah menemukan solusinya. Dan seperti yang sudah kubilang..."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Kami mengikat janji dengan 1 org hingga mati...</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Dan kini Ar maupun Eka sudah tidak mengikat janji apapun...</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka menangis, menyerbu Ar yang menghitam, dan mulai basah. Tubuhnya ringan, dan dia berbau sejuk... layaknya...</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Aku tidak akan melupakanmu, Putri Awan." Ujar Ar, suaranya parau, dan menyerupai gemuruh.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka menangis. "Tolong, jangan tinggalkan aku. Maafkan aku."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Ar menggeleng. "Mungkin kita tidak bisa bersama selamanya. Namun aku tau satu hal..."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"...aku mungkin hanya 7 tahun hidupmu, namun kamu adalah selamanya untukku..."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Eka menangis, menjerit, begitu pula dengan bayi yang ada di tangannya.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Ar meledak, menghilang, ada jeritan terakhir seperti kata 'Aku menyayangimu.'</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Dan hal terakhir yang Eka ingat adalah guyuran hujan yang membasahi seluruh tubuh Eka, hingga tertidur.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Saat Eka membuka mata, ia terbangun di atas kasur rumahnya. Hujan badai mengetuk atap rumahnya dengan kasar, dan sesaat Eka merasa sedang bangun dari tidur panjang.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Namun tangisan bayi perempuan di sampingnya menyadarkannya bahwa ini bukan mimpi. Lengannya basah, lengan yang baru saja ia memeluk cinta sejatinya, menggenggam awan yang akhirnya menjadi hujan dan lenyap.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Namun Eka mengingat satu hal dari Ar saat mereka belajar geologi. Bahwa hujan akan mengalir, dan menjadi awan kembali, meskipun butuh waktu panjang.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Meskipun Ar tiada, tapi jiwanya ada, jiwa yang menyatu bersama jiwanya, dalam buntalan selimut, dalam jiwa putri kesayangannya.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Bayi itu bernama Hujan, dan Eka selamanya adalah Putri Awan.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">--</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Ibu, itu ceritanya bagus sekali!" Ujarku sambil bertepuk tangan. Ibu cuma tersenyum sambil memasukkan sambal ke toples terakhir. Nah sudah! Tinggal diberi label dan siap dijual.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"Nah, sudah selesai kan? Sekarang giliranmu ya Nduk untuk mengantarkan sambal ini ke orang sebelah. Ingat, meskipun mereka judes, kamu harus tetap bahagia."</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Itulah nasehat yang Ibu selalu sampaikan ke aku. Sampai bosan. Tapi aku tak pernah bosan, karena Ibu memang begitulah adanya. Aku mengambl label, menempelkannya, dan siap dikirim.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Ah, aku jadi berpikir, apakah cerita ibu sungguh ada. Ketika langit bergetar, dan menemukan cinta sejati, meskipun tidak selamanya. Tapi tetap sejati.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Bagaimanapun, aku masih kelas 6 SD. Belum waktunya berkata cinta2an. Saat aku mengeluarkan sepeda, aku menoleh ke arah barat. Pohon jambu yang terbelah dua, denga batang mengarah ke angkasa. Tunggu, kenapa aku tidak menyadarinya? Aku memperhatikan lagi, sungguh2 sesuai dengan deskripsi Ibu, meskipun tidak ada awan di atasnya.</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Ah mungkinkah? Atau itu cuma cerita dimirip2kan saja?</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">Yang jelas, aku terkejut mendengar akhir cerita Ibu karena...</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;">"HUJAAAAN, SAMBALNYA KETINGGALAN!"</span><br />
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1516368694098-47836cebec97?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=346&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="501" data-original-width="346" height="400" src="https://images.unsplash.com/photo-1516368694098-47836cebec97?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=346&q=80" width="275" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/@alinedenadai?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Aline de Nadai</a> on <a href="https://www.blogger.com/s/photos/rain?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></td></tr>
</tbody></table>
Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-18747017843580282952020-06-21T09:34:00.000+07:002020-06-21T09:34:01.208+07:00Dia Dalam 6 Kata<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jantungku hampir lepas ketika aku merasakan sentuhan kasar di punggungku. Keras dan berat! Aku melonjak dan menatap ke belakang.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Oh, ya ampun.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku lupa aku sudah menikah dengan pria yang bahkan tidak pernah mengucapkan satu kata romantis pun kepadaku.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menyesal? Tidak, bagaimana mungkin aku bisa menyesali pernikahanku dengan pria yang sudah mengenalku selama 13 tahun--tahun ini ke 14--dan membawakanku roti mahal yang membuat semua ibu-ibu pengajian di rumah memonyongkan mulut dan tersipu malu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">'Beruntungnya, Bu!'</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Yup, sangat beruntung.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kecuali aku tahu aku tidak pernah suka roti itu, dan tidak tahu mengapa dia tetap meletakkannya di atas meja makan pada pukul 7 malam dan beranjak menonton sepakbola Jerman.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">'Hon, aku tidak suka kau memukulku dalam tidurmu lagi.' protesku sambil menata bantal. Sinar matahari perlahan masuk ke celah jendela, menandakan hari baru dan aku harus menyiapkan sarapan sebelum aku pergi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Iya, dia tidak akan pernah tau aku pergi atau tidak. Dia tidak akan pernah bertanya pergi kemana, sedang apa, dan kapan pulang.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dia hanyalah dia yang tidak akan pernah berubah. Aku mencintainya, tapi, ah sudahlah. Terkadang kamu harus merasakan pahitnya permen kayu putih sebelum mendapati kehangatannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dia hanya mendengkur pelan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku menjalani hari layaknya biasanya. Menyiapkan sarapan: telur dengan bacon sapi crispy yang lezat, tentu dengan kentang kesukaan suamiku--dia tidak makan nasi--dan satu mangkuk sup makaroni tanpa garam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah itu, aku keluar dan pergi ke kantor. Aku berpapasan dengan salah satu rekan kerjaku di depan parkiran mobil. Sebelum kusentuh, dia menoleh dan berkata 'Hai, apa kabar? Hari ini cerah, dan kamu akan duduk di samping Pak Ageng yang mendapat promosi. Cepatlah masuk karena Bu Mita mungkin menunggumu.'</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku tersenyum dan cuma berkata 'Okay...'</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bagaimana dia bisa sedetil itu? Oh well, bukan masalah!</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lalu aku duduk di samping Pak Ageng yang tampak sibuk dengan komputernya. Aku mencoba mengingat untuk memberinya ucapan selamat nanti.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bu Mita sudah menunggu. Wajahnya tampak datar dan menjelaskan tugas apa yang akan kukerjakan hari ini. Tunggu, kenapa berbeda dengan hari kemarin. Aku sedang meneliti jaringan insulin pada babi dan mencoba mencari pengganti halal nya, tapi beliau memintaku hal lain. Bukan hal yg sulit, aku melakukannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan hari berjalan sempurna. Pak Ageng pulang duluan tanpa menyapaku. Huft, aku tidak ingat jika dia secuek itu. Bagaimana pun aku pulang dan...</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mendapati sebuah kantung kresek berisi Tous les Jour di meja makanku. Suamiku? Dia bahkan tidak mengucapkan apapun selain bermain FIFA di PS4 yang baru dibelinya 3 hari lalu. Tunggu, itu game baru? Aghhh, padahal kamu baru saja membeli game baru!</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku muak. Aku mengangkat keresek itu dan melangkah ke arahnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">'Aku muak dengan kuemu.'</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suamiku menoleh ke arahku, lalu kembali ke gamenya. 'Kenapa?'</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">'Aku lebih menginginkanmu bicara padaku daripada kamu memberikanku roti yang bahkan aku tidak menyukainya! Aku sangat benci padamu yang diam, bahkan hey! Saat aku bicara kau sudah bermain lagi dengan game... itu game baru kan? Kamu baru saja beli 3 hari lalu!'</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suamiku terdiam. Lalu meletakkan stiknya di meja dan menghadap ke arahku.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">'Sayang, selamat anniversary ke 20.' Dia tersenyum.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tunggu, apa? 20? Kita baru anniv ke 14 tahun ini. Apa dia gila?</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">'Ada 6 kata yang menggambarkan dirimu.'</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku mengernyit, apaan sih? Kok mengubah topik?</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">'Tous Les Jour, I love you.' Dia tersenyum pelan. 'It rhymes, ya nggak sih, Hon?'</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku bingung. Kenapa tiba2 jadi begini? 'Ke 20 apanya? Sekarang bukan anniv kita, dan kita baru anniv ke 14!'</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suamiku tersenyum, dan tiba2 tenggorokannya tampak kaku. Kukira dia akan mati tersedak karena merasa bersalah, tapi tidak. Justru dia menangis. Air matanya membendung di kelopaknya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">'Kamu masih belum ingat ya?'</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">'Ingat apa?'</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">'Sayang, kecelakaan itu sudah 6 tahun lalu. Kenapa kamu nggak inget-inget sih...'</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku terdiam beberapa saat. Kecelakaan apa? Kenapa? Siapa? Dan tanpa sadar aku menangis dalam keheningan, berlomba irama dengan isak suamiku. Apa yang dia maksudkan?</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di sela tangisnya, dia mengeluarkan berbagai kata yang perlu kurangkai dengan berat hati.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bahwa dia dulu tidak pernah bersikap romantis, dia menyesalinya, dan dia hanya membawakan Tous Les Jours karena dia ingin mengucapkan 6 kata tersebut, tp tidak pernah ada kesempatan karena dia begitu lebih memilih bermain game dan teman2nya dibanding aku,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">dan saat aku muak, aku sebal, aku membuang roti itu dan lari ke jalan, hendak bertemu temanku, hingga sebuah mobil Ferrari yang dikendarai remaja sialan melesat kencang,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menabrak paha dan pinggangku serta melemparku ke aspal dengan kepala setengah retak, namun nafas masih berdetak.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan ini adalah 2140 kalinya suamiku mengatakan hal ini. Setiap malam. Setiap pulang kerja. Setiap Bu Mita menjelaskan tugas berbeda dan teman yang kutemui di parkiran menjelaskan Pak Ageng duduk di sebelahku meskipun dia sudah berpindah sejak 3 tahun lalu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bahwa suamiku ingin aku tahu sebelum aku tidur, bahwa ia sangat mencintaiku, menyesali semua kesalahannya, dan mengucapkan '<i><b>Tous Les Jour, I love You</b></i>' meskipun ia tahu, saat kami berdua tertidur lelap, mimpi merampas semua kalimatnya, dan membiarkannya mengapung di udara.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan membiarkanku bangun, kembali ke 6 tahun silam.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1547211374-f44a1cfce7aa?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=675&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="600" height="320" src="https://images.unsplash.com/photo-1547211374-f44a1cfce7aa?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=675&q=80" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo by <a href="https://unsplash.com/@jontyson?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Jon Tyson</a> on <a href="https://www.blogger.com/s/photos/bed?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-9117923057428183122020-05-05T19:01:00.000+07:002020-05-05T19:01:33.228+07:00Mitos Kebun Binatang Surabaya: Beneran Bikin Putus?Kebun Binatang Surabaya? Ya ampun, menurut saya tempat wisata di Surabaya itu sungguh <i>vintage</i> dan <i>old-school</i>! Terakhir saya bersenang-senang di sana sekitar kelas 1 SMA. Itu pun cuma 'ngemong' keponakan yang masih kecil.<br />
<br />
Yang saya tahu, yang ke Kebun Binatang Surabaya itu adalah yang<br />
<br />
<ol>
<li>Belum pernah ke sana</li>
<li>Punya anak kecil yang belum pernah</li>
</ol>
<br />
Tapi semakin ke kuliah, bahkan lulus, kok makin banyak teman-teman se-kohort yang pingin jalan-jalan ke Kebun Binatang Surabaya alias Bonbin, ya? Mungkin pengaruh pergaulan yang semakin <i>back to 90's </i>alias <i>hunting </i>foto dengan pernak-pernik <i>vintage</i> ala Bonbin.<br />
<br />
Tiba-tiba Mas Pacar waktu main <i>Pokemon Go </i>berujar, "Ke Bonbin yuuuuuk..."<br />
<br />
<h2>
<b>Mitos Kebun Binatang Surabaya, kenapa sih?</b></h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjX3D2oKm2KlYGmZwQqh7mqMtQ-yZgjtc891SIjvOxh4NVf3PiI6J0xD3XSTdpmvM63ezG6AcnP3gZ608-0mochCpjnMwPXnBbEAsSTmumLJcfHhD6fYu6F38evvrwPo1h-w8RiZUFnTRs/s1600/_MG_8520.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="mitos kebun binatang Surabaya" border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjX3D2oKm2KlYGmZwQqh7mqMtQ-yZgjtc891SIjvOxh4NVf3PiI6J0xD3XSTdpmvM63ezG6AcnP3gZ608-0mochCpjnMwPXnBbEAsSTmumLJcfHhD6fYu6F38evvrwPo1h-w8RiZUFnTRs/s400/_MG_8520.JPG" title="" width="400" /></a></div>
<div>
<b><br /></b></div>
"Ayo, ayo!" kataku mengiyakan. Sebenarnya saya memang kepingin jalan-jalan saja sama Mas Pacar, kemana pun itu. Tapi Mas Pacar punya tujuan lain: di Bonbin banyak <i>Pokestop </i>alias spot buat main <i>Pokemon Go </i>dengan bebas.<br />
<br />
"Eh tapi ntar kena mitos." ujarnya sambil mengangkat bahu.<br />
<br />
"Hah mitos apaan?"<br />
<br />
Saya tidak pernah dengar tentang mitos Bonbin. Daripada mitos, saya lebih takut rumor. Ya, rumornya Bonbin sudah sangat tidak terawat dan semua hewannya terancam mati. Sungguh, saya lebih takut itu!<br />
<br />
"Katanya kalau ke Bonbin, nanti putus." ujar Mas sambil masih menatap layar <i>handphone</i>, sedang menangkap <i>shiny Ralts</i> yang baru saja ditemui.<br />
<br />
"..."<br />
<br />
"Yaa, aku nggak ke Bonbin sama si mantan aja putus, sih. Jadi nggak ada kaitannya." Dia ketawa sambil menatap saya yang penuh keheranan. "Intinya, mitos bonbin cuma mitos. Makanya dia namanya mitos, bukan himbauan, kan."<br />
<br />
Saya ikutan ketawa. Pikiran saya tiba-tiba melambung jauh ke berbagai mitos yang ada di dunia, khususnya Zamrud Khatulistiwa ini.<br />
<blockquote class="tr_bq">
Pilihannya 2: kalau nggak jadian, ya putus. Sepertinya memang yang bikin mitos dendam atau kesal dengan pasangannya, deh!</blockquote>
<h3>
<b><i>Speak of the devil</i>, beberapa minggu selanjutnya sahabat kuliah mengancam saya</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgICb1WrSiyCjpaDm2aYQsWScPEOJgGiPkX3DDbF187lKdeRQGnlwFmqOD1YvgnYsgLbbLHNOpGDRVgn7FsTjz_ASweU2DVMbByRoW3aq7dBUhIvecJ4lltQylWfEmOXknQh2sLmceqF_k/s1600/IMG_20190929_092726.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgICb1WrSiyCjpaDm2aYQsWScPEOJgGiPkX3DDbF187lKdeRQGnlwFmqOD1YvgnYsgLbbLHNOpGDRVgn7FsTjz_ASweU2DVMbByRoW3aq7dBUhIvecJ4lltQylWfEmOXknQh2sLmceqF_k/s400/IMG_20190929_092726.jpg" width="300" /></a></div>
<div>
<b><br /></b></div>
"Besok bangun pagi." ujar Bukos, sahabat saya saat kuliah, di seberang telefon.<br />
<br />
"Umm, okay?" ujar saya ragu. Bukos <i style="font-weight: bold;">paling tahu </i>kalau saya nggak pernah bangun pagi. Setidaknya kalau tidak ada pemberitahuan dahulu.<br />
<br />
"Udahlah, ikutin aja. Pokoknya bangun pagi, oke? Kita jalan-jalan ke Bonbin! Kamu kubelikan tiket dulu."<br />
<br />
Akhirnya saya pun berhasil bangun pagi dan berangkat ke Bonbin. Saya izin Mas Pacar 'mendahului' ke Bonbin. Sesampainya di sana, Bukos dan Nina sudah menunggu saya. Rupanya mereka baru saja dari acara Puskesmas.<br />
<h4>
<b>Kesan pertama saya: Bonbin masih ramai!</b></h4>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwVoKm4pkJRWSQpSTUQuIW00YONDuZnqEnxpf7PSYDzWStWUYjDk7SxFxk1gtbz9twMg3TgbhwNsyIwLVfcyULY92tS6OIqdyaubhvjrHfCBj_dvz1UVIffY1GWr00LLViCEHvBbs2EFo/s1600/IMG_20190929_110902.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwVoKm4pkJRWSQpSTUQuIW00YONDuZnqEnxpf7PSYDzWStWUYjDk7SxFxk1gtbz9twMg3TgbhwNsyIwLVfcyULY92tS6OIqdyaubhvjrHfCBj_dvz1UVIffY1GWr00LLViCEHvBbs2EFo/s400/IMG_20190929_110902.jpg" width="300" /></a></div>
<div>
<b><br /></b></div>
Tapi masih dengan premis awal saya, kalau nggak 'belum pernah', ya 'ngajak yang belum pernah'.<br />
<br />
Kebanyakan yang datang adalah <b>keluarga yang menghabiskan akhir pekan bersama anak-anak kecil</b>. Sedangkan di kasus saya, Nina belum pernah ke Bonbin. Sesuai bukan dengan premisnya?<br />
<br />
Sekarang sudah lebih gaul sih, masuknya dengan gelang tiket. Harganya <b>Rp15.000 </b>pada weekend (tahun 2019).<br />
<br />
Pertama kali masuk, saya agak bingung. Tidak ada <i style="font-weight: bold;">rute yang jelas</i>. Atau memang desainnya tidak ada rutenya, ya? Tentu berbeda dengan taman hiburan terbaru yang lebih menyedot pengunjung. Kamu bisa tahu arah kemana dan sekarang dimana.<br />
<br />
Kami memutuskan untuk <b>pergi ke arah kiri dulu. </b>Kami menyapa seekor <i>otter </i>dan juga burung pelikan. Di sini kami menemui banyak yang <i>literally </i>berpiknik alias menggelar tikar di tengah taman dan bersantai. Memang kawasan kiri adalah tempat untuk bersantai. Ada <i>mini-zoo</i>. Tapi waktu sama Nina dan Bukos, saya belum ke sana.<br />
<br />
Dari arah ini kami pergi ke tengah-tengah, dimana terdapat lapangan luas yang dipenuhi stand makanan. Nggak, kami memilih buat makan masakan saya sendiri yang <i>alhamdulillahnya</i> orang-orang suka! Hehehehe<br />
<br />
Nina ingin lihat gajah, entah kenapa. Jadi kami pun segera <i>skip </i>daerah mamalia buas dan fokus melihat gajah. Lucu banget! Ada induk gajah dan anak yang sangat mesra. Ada pula gajah alfa yang kekar dan besar.<br />
<br />
Karena teman-teman tidak begitu suka melihat hewan yang aneh-aneh, kami pun segera pulang dan mencari kegiatan lain<br />
<h3>
<b>Tapi beberapa minggu kemudian, Mas mengajak saya untuk ke Bonbin</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyHmtYm7GHvFi3CPh4x9XF-a8UeNDFcj8MjbLWeRh_OeSran_LkdTliCwAHCzPzLanWJ7rEeaMNcTzi3yTPfeTJWrl4y4j3kbG4hXTBXMnpFS9I9x1mMKhW1Yt6FrTaXQG4Jj0_5FENPI/s1600/x_MG_8560.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyHmtYm7GHvFi3CPh4x9XF-a8UeNDFcj8MjbLWeRh_OeSran_LkdTliCwAHCzPzLanWJ7rEeaMNcTzi3yTPfeTJWrl4y4j3kbG4hXTBXMnpFS9I9x1mMKhW1Yt6FrTaXQG4Jj0_5FENPI/s400/x_MG_8560.jpg" width="400" /></a></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<br />
Pinginnya sambil ajak keponakan saya, tapi ternyata tidak bisa. Ya sudah berangkat berdua deh.<br />
<br />
Waktu ke sana sudah cukup terik, Mas pun protes. "Kok nggak bawa makan?"<br />
<br />
Wah, saya langsung diam dan bingung. Tidak biasanya saya tidak bawa makan, karena setiap kali jalan-jalan saya selalu semangat untuk makan. Mungkin karena saya tujuannya bukan piknik, tapi pingin jalan-jalan saja.<br />
<br />
Bagaimana pun, akhirnya kami segera membeli logistik dari supermarket di luar Bonbin, tepat di dekat Surabaya Town Square. Kenapa ramai sekali ya dengan mobil-mobil? Bahkan kami kesulitan masuk ke supermarket, lho! Mas pun mendapati wajah saya yang keheranan dan menjawab, "Itu parkiran Bonbin."<br />
<br />
Yang benar saja! Saya tidak percaya. Tapi saya pun segera mengamini ketika melihat tanda "Parkir KBS" di samping supermarket. Wow, jauh sekali! Saya tidak menyangka akan ramai.<br />
<h3>
<b>Nah, kami berusaha mematahkan mitos Kebun Binatang Surabaya kali ini</b></h3>
Berhubung kemarin saya nggak sempet kemana-mana karena Nina pingin lihat gajah, kali ini Mas minta waktunya ngga usah cepat-cepat. Dinikmati saja. Saya juga membawa DSLR, sudah lama tidak memotret hewan!<br />
<br />
Tujuan pertama kami? <b>Mini Zoo!</b><br />
<h4>
<b>Mini zoo menawarkan pengalaman lucu memeluk hewan, terutama kucing!</b></h4>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7dN1s4xaKU4Scm47hWI4lifFSxachK9AlUzz-8QYqQheMVz37mCCLxFmckRXh2gQe_xvpW9ldB_1NVYNE01OIyqumlhIwKrLUEP6FULariZrCKaCTxjSMLAIa6nY6iPaCd_I_HOWDw8Q/s1600/_MG_8513.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7dN1s4xaKU4Scm47hWI4lifFSxachK9AlUzz-8QYqQheMVz37mCCLxFmckRXh2gQe_xvpW9ldB_1NVYNE01OIyqumlhIwKrLUEP6FULariZrCKaCTxjSMLAIa6nY6iPaCd_I_HOWDw8Q/s400/_MG_8513.JPG" width="400" /></a></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<br />
Di Mini Zoo ini kamu harus membayar lagi sekitar Rp 10.000 per orang plus makanan untuk hewan. Nah karena saya sangat suka dengan kucing, ternyata saya boleh masuk ke kandang penuh kucing. Ya ampun, lucu sekali!<br />
<br />
Di sini kamu bisa berfoto dengan hewan atau mengelus mereka. Istilahnya ini Bonbin untuk hewan peliharaan hehehe. Puas sih, sekaligus sebagai tempat istirahat.<br />
<h4>
<b>Who lives in the pineapple under the sea? Ummm... Who?</b></h4>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbG2uL2BjFGYRnWPy1fMvYuHG3QjWULPf3sITWqL7tEUJU1aZ9uch1mvokbNTfEy2poVRKZ9J_yNLAU6FfT01MQnIN4DY5Y4HZ0luAVK9DDQlj2Eqbgp8d8QPYSZu2BYbh0HJ3_XmN-Js/s1600/_MG_8543.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbG2uL2BjFGYRnWPy1fMvYuHG3QjWULPf3sITWqL7tEUJU1aZ9uch1mvokbNTfEy2poVRKZ9J_yNLAU6FfT01MQnIN4DY5Y4HZ0luAVK9DDQlj2Eqbgp8d8QPYSZu2BYbh0HJ3_XmN-Js/s400/_MG_8543.JPG" width="400" /></a></div>
<div>
<b><br /></b></div>
Selanjutnya saya masuk ke daerah fauna air. Tidak hanya ikan laut dan tawar, tapi juga buaya dan kura-kura! Wah seru sekali saat melihat para buaya yang benar-benar berdekatan dengan kami.<br />
<br />
Ada pula pertunjukkan 'Memancing Buaya' dengan daging rusa! Peserta diminta naik ke atas dan memancing buaya hohoho. Seru banget, saya sampai naik pagar supaya bisa melihatnya.<br />
<br />
Di dalam akuarium, kamu bisa menikmati berbagai ikan dan fakta unik baik tawar maupun darat. Saya baru tahu ada ikan pari di perairan darat!<br />
<h4>
<b>Sisanya tidak berubah, dan beruntungnya rumor yang saya takutkan salah</b></h4>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwTCpDXPAx03YF1EeMciByps7hPUkwN4fNSsgW4oseh2U0JXMhBywM8z63vHebz3MQ9yYThOhnU6IVziwC_ti1fZLYocTJDbEKLSnAccsnrf3en5vBExbC4o-BMFNZXv7vq3IQJLh_Q4I/s1600/_MG_8523.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwTCpDXPAx03YF1EeMciByps7hPUkwN4fNSsgW4oseh2U0JXMhBywM8z63vHebz3MQ9yYThOhnU6IVziwC_ti1fZLYocTJDbEKLSnAccsnrf3en5vBExbC4o-BMFNZXv7vq3IQJLh_Q4I/s400/_MG_8523.JPG" width="400" /></a></div>
<div>
<b><br /></b></div>
Tidak banyak yang berubah dari Bonbin Surabaya. Saya menyaksikan kandang gajah yang dibangun saat ayah saya menjabat sebagai kepala proyek di Bonbin, tetap sama saat saya masih bocah dulu. Begitu pula singa dan harimau.<br />
<br />
Rumor bahwa hewan tidak dirawat tidaklah sepenuhnya benar. Setidaknya saat saya ke sana. Bonbin tampak lebih rapi dari bayangan saya dan lebih rindang. Meskipun masih banyak pengunjung yang membuang sampah atau memberi makan hewan, ugh saya membencinya. Tapi lokasinya lebih tertata sekarang.<br />
<h3>
<b>Bagaimana dengan mitosnya?</b></h3>
Alhamdulillah kami masih bersama kok sekarang! Semoga mitosnya tetap mitos, ya! Yang penting adalah kami bisa menikmati waktu bersama. Dan terbukti kunjungan kami tetap menjadi salah satu agenda menarik di hubungan kami.<br />
<br />
Jadi jangan takut mitos Kebun Binatang Surabaya, ya!<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjysWYYLryFcpab_vWBAXvjcQsL-be5fGU_SL0VayBbpCEOof_ShTcXIftC7SnU51PSiWoNDGY4PyyDy_lesyoqRaMCyShOFU8GFd8HGXeVa3MOSElenOgU0wL2onzxZpa-da1oDrHNnE8/s1600/_MG_8516.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjysWYYLryFcpab_vWBAXvjcQsL-be5fGU_SL0VayBbpCEOof_ShTcXIftC7SnU51PSiWoNDGY4PyyDy_lesyoqRaMCyShOFU8GFd8HGXeVa3MOSElenOgU0wL2onzxZpa-da1oDrHNnE8/s400/_MG_8516.JPG" width="400" /></a></div>
<br />Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-32205662023274438382019-09-14T23:27:00.001+07:002019-09-14T23:29:50.867+07:00Pintu Itu Bukan Menuju Keluar, Melainkan ke Ruangan Lain dalam Rumah Ini<span style="font-family: inherit;">Siang itu aku mengantuk, melihat jam, berharap bahwa jika aku tertidur di meja kantorku, saat bangun semua sudah petang.</span><br />
<div>
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: inherit;">Seseorang menelponku, membangunkanku yang sialnya hanya 1 menit berlalu sejak aku terpejam.</span></div>
<div>
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: inherit;">"Aku sudah membaca blogmu," ujar seseorang di luar sana. Terdengar keriuhan di latar. Sungguh aneh, harusnya dia masih di kantor saat ini.</span></div>
<div>
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: inherit;">"Ada yang ingin kusampaikan, menanggapi tulisanmu, dan kuharap juga berguna bagi banyak orang."</span></div>
<div>
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-family: inherit;">--</span></div>
<div>
<h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #222222;">Pintu itu bukan menuju keluar, melainkan ke ruangan lain dalam rumah ini.</span></span></h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1520033906782-1684d0e7498e?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=667&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="667" height="478" src="https://images.unsplash.com/photo-1520033906782-1684d0e7498e?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=667&q=80" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Unsplash</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: inherit;">Aku bukan orang yang pandai menulis,</span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #222222;">Aku hanya sekedar mengutarakan hal yang pernah kualami. Berharap agar setiap dari kalian yang membaca ini tidak mengulangi kesalahanku dan mendapatkan keberanian baru.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Awalnya, selalu menyenangkan dan penuh antusiasme... tapi mungkin juga tidak. Aku ingat ketika pertama kali aku melangkah masuk, perasaan senang, khawatir, takut, dan antusias berlomba-lomba mengungguli satu sama lain.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;"><i><b>Awalnya berat, tapi lama-lama aku merasa nyaman.</b></i></span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Aku kini berada dalam comfort zone-ku.</span></span><br />
<h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #222222;">Sialnya, ternyata ini adalah sebuah siklus.</span></span></h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #222222;">Konflik A - Z menggiringku pada ketidaknyamanan, pada asumsi bahwa kesehatan mentalku mulai terganggu.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Tempat ini sudah tidak baik untukku.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Aku sungguh tidak percaya bahwa yang selama ini aku anggap <b>comfort zone justru bisa membuat kesehatan mentalku terganggu!</b></span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Aku tidak menyalahkan siapapun, tidak semesta, tidak mereka bahkan tidak diriku sendiri.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Kemudian aku merasionalkan pikiranku, ini cukup "lumrah" terjadi.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Bukan karena mereka terlalu bodoh dalam mengatur hal di dalam sini tapi mungkin ketika mereka bergerak, tanpa disadari justru gerakan itu menghancurkan sekitarnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Sudahlah, fokusku kini pada diriku saja. Bagaimana mentalku bisa sehat kembali.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Lalu apa yang akan aku lakukan?</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Saat gambaran buram yang hanya bisa kulihat, ada seseorang yang mengejutkanku dengan pertanyaannya!</span></span><br />
<h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #222222;"><b>"Mau sampai kapan kamu disitu?"</b></span></span></h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1455368109333-ebc686ad6c58?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=755&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="755" height="422" src="https://images.unsplash.com/photo-1455368109333-ebc686ad6c58?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=755&q=80" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Unsplash</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #222222;"><b><br /></b></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #222222;">Ibaratkan saja dunia ini sebagai sebuah rumah yang memiliki 3 pintu :</span></span><br />
<ol><span style="font-family: inherit;">
<li><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #222222;"><b>Pintu pertama : comfort zone; </b>Inilah ruangan yang aku tinggali sekian lama</span></span></li>
<li><b>Pintu kedua : risk zone; </b>Pintu ini tidak jauh denganku dan terlihat menarik tapi aku tidak tahu apakah menyenangkan atau menyedihkan dibaliknya</li>
<li><b>Pintu ketiga : dangerous zone</b>; Ini adalah pintu keluar dari rumah dan aku sama sekali tidak tahu apa yang ada di luar rumah</li>
</span></ol>
<span style="font-family: inherit;">
<span style="background-color: white; color: #222222;">Kamu baru berada dalam satu ruangan padahal masih banyak ruangan lain dalam rumah ini. <b>Yakin tidak mau mengeksplor ruangan lain?</b></span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Aku terhentak.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Dari ketiga pintu itu, kira-kira mana yang akan aku pilih?</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Memutar otak kembali dan mencoba mengingat tujuan hidup, itu yang kulakukan.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Aku ingat bahwa aku ingin mencoba dan mengenal banyak hal baru di dunia ini, aku ingin BISA dan BERHASIL.</span></span></div>
<div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #222222;">Aku ingin orang-orang terkasih melihat dengan bangga ke arahku, karena aku tidak peduli jika itu orang lain.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Dan dengan yakin aku memutuskan ....</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Inilah saatnya membuka pintu kedua itu, memasuki <b>risk zone</b> yang akan <b>kuubah menjadi comfort zone ku yang baru.</b></span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Bagi sebagian orang, berada di comfort zone saja sudah cukup. Namun tidak bagiku.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Aku tidak ingin comfort zone yang itu saja, aku ingin comfort zone yang lebih luas maka akan aku <b>ubah risk zone itu menjadi comfort zoneku yang baru.</b></span></span><br />
<h3>
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #222222;">Kenapa tidak sekalian saja ke dangerous zone?</span></span></h3>
</div>
<div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #222222;">Rasanya aku masih cukup waras saja untuk tidak keluar rumah tanpa belajar cara bertahan hidup lebih dulu, bisa-bisa kemungkinan hidupku diluar sana kurang dari 10% atau bahkan 0%.</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">Sekali lagi kuyakinkan diri bahwa </span><span style="background-color: white; color: #222222;">aku tidak pergi dari ruangan ini. Aku hanya membuka pintu yang lain sehingga tempat bermainku menjadi lebih luas.</span></span><br />
<h3>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: inherit;">Selamat datang di pintu kedua dalam rumah ini :)</span></h3>
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1560265036-021b3652b490?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=890&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" height="360" src="https://images.unsplash.com/photo-1560265036-021b3652b490?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=890&q=80" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Unsplash</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: inherit;">Semoga aku bisa membuka pintu yang lain sehingga di bagian manapun aku berada dalam rumah ini, aku selalu bisa menyebutnya</span></div>
<div>
<span style="font-family: inherit;"><br style="background-color: white; color: #222222;" /><b><span style="background-color: white; color: #222222;">"Comfort zoneku"</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">"Rumahku"</span><br style="background-color: white; color: #222222;" /><span style="background-color: white; color: #222222;">"Duniaku"</span></b></span><br />
<div style="background-color: white; color: #222222;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #222222;">
--</div>
</div>
<div style="background-color: white; color: #222222;">
"Sudah dulu ya", ujarnya sambil tergesa-gesa. Aku masih terpukau.</div>
<div style="background-color: white; color: #222222;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #222222;">
"Kau terburu-buru", kataku sambil tersenyum, terhenyak dalam diam karena sanubariku ditampar oleh kenyataan.</div>
<div style="background-color: white; color: #222222;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #222222;">
"Kau takkan pernah tahu rasanya bagaimana teleponmu disadap oleh atasanmu." ujarnya, tertawa kecil. Aku tahu, tawa yang dia berusaha sangkal.</div>
<div style="background-color: white; color: #222222;">
--</div>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #222222;">
<i style="font-weight: bold;">Perluaslah, comfort zonemu</i>.<br />
- Fay.</blockquote>
Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3400569460713312181.post-19662363312178637082019-09-10T16:34:00.000+07:002019-09-14T23:29:46.808+07:00Pintu Keluar Itu Ada, Tapi Kamu...<h3>
Aku yang dulu mungkin akan berkata "Stop, jangan. Aku takut. Jangan."</h3>
<div>
Dan menyalahkan Semesta, atau menunggu Semesta bertindak, atau kembali menyalahkan Semesta saat hal yang kuharapkan tidak segera ditindaklanjuti.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Banyak sekali hal yang membuatku tidak nyaman, tapi aku tetap diam. Seolah ingin dihantam, memberikan diri pada Ketidaknyamanan meskipun aku tahu <i>it killed me slowly</i>.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bukan, bukan ketidaknyamanan yang kamu tahu akan berbuah manis.</div>
<div>
Tapi ketidaknyamanan yang kamu tahu, <i>bahkan buahnya pun masih ragu-ragu.</i></div>
<div>
<i><br /></i></div>
<div>
Aku hanya diam. Aku takut. Aku tahu, aku harus apa. Tapi aku enggan karena <i>berubah, berarti mulai dari 0. </i></div>
<div>
<i><br /></i></div>
<div>
Dan mulai dari 0, berarti ada kemungkinan kamu tidak akan mencapai posisi yang sebelumnya kamu sudah miliki.</div>
<div>
<br /></div>
<h3>
Aku bertanya-tanya, apakah "Syukuri apa yang ada" adalah sebuah justifikasi untuk tidak maju dan diam untuk diremukkan?</h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.pexels.com/photos/2860381/pexels-photo-2860381.jpeg?auto=compress&cs=tinysrgb&dpr=2&h=650&w=940" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="425" src="https://images.pexels.com/photos/2860381/pexels-photo-2860381.jpeg?auto=compress&cs=tinysrgb&dpr=2&h=650&w=940" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Unsplash</td></tr>
</tbody></table>
<div>
Selama 2 tahun terakhir di masa SMA, aku termasuk salah satu anak <i>populer </i>yang <i>di-bully</i>. Entah karena populer, lalu aku dibully. Atau karena aku dibully, makanya aku populer. Aku pribadi sih menganggap yang pertama.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ada satu anak yang membuatku kesal. Dia mempersuasi satu kelas untuk mengucilkanku. Sebenarnya, aku berteman baik dengan <b>semua teman</b> <i>(catatan: satu kelas minus dia)</i> tapi setiap kali dia muncul dan bertingkah, seolah dunia menjadi jungkir balik.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pertanyaannya: Apa yang kulakukan saat aku presentasi dan dia tiba-tiba <i>mesuh </i>atau mengumpat sambil menunjuk ke arahku?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Diam. Menangis.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan kembali menyalahkan Semesta, kenapa <i>kesabaranku</i> tidak terbalas dengan kehancuran sosoknya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Saat aku bertanya kepada ayahku, beliau hanya berkata "Syukuri apa yang ada!"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mengapa jika aku bersyukur, tapi aku masih remuk redam?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mengapa jika aku bersyukur, aku harusnya tersenyum, tetapi kenapa aku menangis?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku mulai memikirkan kata-kata itu hingga ayahku datang dengan kalimat selanjutnya, <b>"Atau kau hajar saja dia."</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Wow, kenapa nggak terpikirkan?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kenapa aku selalu berpikir untuk diam, defensif, dan berharap Semesta untuk menolongku?</div>
<div>
<br /></div>
Nyatanya, aku memilih untuk 'bersyukur' karena 'menghajar' berkorelasi negatif dengan segala hal di dunia ini.<br />
<br />
<div>
Keputusan yang buruk, karena aku tidak bersyukur atas semua hal yang kualami selama SMA. Aku bersumpah tidak akan membiarkan diriku remuk redam lagi.</div>
<div>
<br /></div>
<h3>
Pengalaman itu mengajariku, bahwa jika kamu menghadapi suatu masalah, sebenarnya pintu keluarnya ada di sana.</h3>
<div>
Namun, apakah pintu keluar itu aman?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Belum tentu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kembali ke masa lalu. Jika aku saat SMA memilih untuk menghajar anak itu...</div>
<div>
<ul>
<li>Aku menunjukkan eksistensi bahwa aku tidak pantas dibully</li>
<li>Semua orang memahami bahwa aku kuat</li>
<li>Dia, entah akan meminta maaf, atau tidak membully lagi, atau apapun yang tidak melukaiku</li>
</ul>
<div>
Kabar buruknya, hal itu mungkin akan diikuti dengan...</div>
</div>
<div>
<ul>
<li>Aku akan dianggap nggak asyik, gitu aja kok dihajar</li>
<li>Pertemanan dengan teman sekelas yang sudah terengah-engah, jadi putus tengah jalan</li>
<li>Teman-temanku menganggapku sebagai psikopat</li>
</ul>
<div>
Okay, itu cukup riskan ternyata. Bagaimana pun, aku tetap tidak puas dengan keputusan yang kuambil saat SMA.</div>
</div>
<h3>
Dan saat dewasa ini, rupanya polanya tidak banyak berubah.</h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.pexels.com/photos/1252869/pexels-photo-1252869.jpeg?auto=compress&cs=tinysrgb&dpr=2&h=650&w=940" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="534" data-original-width="800" height="426" src="https://images.pexels.com/photos/1252869/pexels-photo-1252869.jpeg?auto=compress&cs=tinysrgb&dpr=2&h=650&w=940" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Unsplash</td></tr>
</tbody></table>
<div>
Suatu malam saat saya dan Dear menaiki sepeda layang wisata di Batu yang dinginnya tidak tahu malu, dia tiba-tiba berkata,</div>
<div>
"Aku tidak menyesal untuk membuang semuanya."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku menoleh ke arahnya. "Membuang apa?" Karena jelas dia masih berpegangan dengan erat pada setang sepeda layang dengan gemetar.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Membuang semua hal yang sudah kubangun dengan mantanku, keluarganya. Untuk memulai kembali bersamamu. Menakutkan, karena aku <i><b>tidak tahu apa yang terjadi</b></i>. Tapi yang jelas, aku mau melakukannya karena kita akan menjalaninya <i style="font-weight: bold;">bersama</i>." Dia tersenyum. "Dan ternyata aku tidak salah."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pandangannya masih lurus ke arah gemerlap kota Malang di kejauhan (karena dia mungkin takut melihat ke bawah). Aku menatapnya lekat.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kira-kira, begitulah yang aku rasakan saat memilih dia. Aku takut untuk memulai hubungan baru. Ketika aku sudah <i>stuck </i>dan merasa bahwa hidupku sudah hampa, ada sebuah pintu baru. Pintu keluar itu nyata adanya. Dan aku mulai bertanya-tanya, "Apakah pintu keluar ini benar?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tapi yang aku ingat, bahwa perasaan ini menyenangkan. Aku tidak akan menyesal. Aku akan menjalaninya dengan sepenuh hati. <i>Roller coaster </i>apapun akan aku hadapi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hingga detik ini aku menulis, tidak terbesit rasa menyesal atau pun menyadari bahwa itu semua hanyalah tipuan awal kencan kami. Tidak. Rasa bangga dan bahagia itu masih ada.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bahagia karena memilih "Pintu Keluar" yang kamu tidak tahu apakah aman atau tidak, tapi kamu mau membukanya. Dan kebahagiaan itu muncul bukan karena pintu keluar itu benar. Tapi lebih kepada kemauanku untuk membuka pintu itu.</div>
<div>
<br /></div>
<h3>
Pintu Keluar itu masih ada, di sampingku saat ini, yang sedang tertekan oleh sebuah tenaga tak kasat mata bernama...</h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://images.unsplash.com/photo-1508935620299-047e0e35fbe3?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=750&q=80" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="750" height="426" src="https://images.unsplash.com/photo-1508935620299-047e0e35fbe3?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=750&q=80" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Unsplash</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<br /></div>
<div>
Pekerjaan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sudah 2,5 tahun aku menjalani pekerjaan ini. <i>Well</i>, bisa dibilang, ini adalah pekerjaan paling menyenangkan. Membuat konten, menjadi <i>public speaker</i>, dan menanggapi seluruh komentar.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tapi lama kelamaan, kebahagiaan itu pupus. Digantikan oleh gerakan robotik yang terlaksana secara otonom tanpa adanya perasaan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ada banyak hal yang tidak bisa kusampaikan, namun bisa kugambarkan. Rasanya seperti zombie yang hidup dari hari ke hari, mendengarkan ocehan yang tidak penting, dan berusaha untuk menguatkan diri sendiri juga butuh tenaga!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tidak nyaman. Rasanya remuk redam.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i>Seperti saat 2 tahun terakhir di SMA.</i></div>
<div>
<i><br /></i></div>
<div>
Perbedaannya, resiko yang muncul untuk membuka pintu itu semakin besar.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Bagaimana keluargaku? Bagaimana kehidupanku? Bagaimana dengan banyak hal lain?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sejujurnya, hal itu tidak kupedulikan. Kalau bisa.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku sudah fokus pada diriku sendiri. Aku ingin mencoba hal baru. Hal yang aku tahu, akan menakutkan, tapi aku akan serius menjalaninya.</div>
<div>
<br /></div>
<h3>
Pintu Keluar itu nyata, namun tertutup oleh tirai kelam. Kamu tidak tahu isinya apa.</h3>
<div>
Kamu bisa menebak, tapi saat kamu masuk, kamu takkan bisa kembali.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kamu takkan bisa mengulang masuk ke pintu yang sama.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kamu akan keluar menanggalkan semua yang sudah kamu kenakan.</div>
<div>
<br /></div>
<h3>
Pertanyaannya, beranikah dirimu memprioritaskan kesehatan mentalmu dengan keputusan yang kamu ambil?</h3>
<div>
Aku yakin, aku tidak akan menyesalinya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Namun aku belum tahu apakah aku siap.</div>
Marinehttp://www.blogger.com/profile/03910110126745528191noreply@blogger.com0