5 Hal yang Saya Pelajari Selama 3 Tahun di Startup Terbaik Indonesia

 Bisa dibilang, startup is the new lifestyle.

Ya, saya bilang lifestyle karena sejatinya startup itu bukan cuma sekadar tempat bekerja, tetapi juga belajar dan juga berkarya.

Selama 3 tahun saya habiskan di Riliv, startup kesehatan mental terbesar di Indonesia, ada banyak hal yang bisa saya petik sekaligus menjadi kenangan manis di kemudian hari.

Saya sangat menyarankan kamu untuk membaca artikel ini hingga akhir untuk mendapatkan gambaran sebenarnya apa saja sih yang bisa kamu dapatkan di startup. NB: Nggak cuma seneng, karena aku juga akan membahas sedih dan resikonya!

Ini cocok buat kamu yang masih galau, apakah kerja di startup itu keren atau nggak?

But first, let's talk how I got into this whole new world.

Penulis (Adismara Putri) di sebelah kiri dengan Riliv dan psikolog serta Petualangan Menuju Sesuatu dalam launching buku
Peluncuran Buku Panduan Petualang, sebuah buku self-help karya Riliv dan Petualangan Menuju Sesuatu

"Mas, aku bisa menulis dengan sangat bagus. Kamu nggak mau menarikku agar Riliv lebih berkembang?"

Itu adalah pertanyaan yang kuajukan ke Audy, CBO Riliv, saat saya diajak untuk berkolaborasi dalam peer counselling ke teman-teman SMA di Sidoarjo, Jawa Timur.

You read it right. Saya menawarkan diri saya sendiri tanpa filter. Karena saya ingin mencari pengalaman baru dan juga (ahem) butuh uang waktu itu.

Siapa sangka jika pertanyaan itulah yang akhirnya mendorong saya ke poin pertama dari artikel ini, yaitu:

1. Don't wait, throw a bait: Kamu tidak akan selamat jika 'menunggu' saja

Mungkin inilah pepatah yang diucapkan teman-teman di LinkedIn atau media sosial kamu sebelum bekerja. Tetapi kenyataannya, ini adalah primary rule di startup!

Ketika kamu masuk di startup, kamu akan dianggap mampu dan ahli dalam bidang yang sedang kamu kerjakan.

Kamu benar-benar 'terjun' secara harfiah dan sudah dihadapakna dengan KPI yang begitu banyak.

Bukan, kamu bukan sedang di-bully karena orang lain malas lalu dilimpahkan ke kamu. Di sini semua orang memiliki beban yang sama, tetapi memang sama-sama berat!

Kalau kamu tidak belajar sendiri, kamu dijamin tenggelam. Karena tidak ada yang namanya 'ditraining dulu 1 bulan lalu baru lanjut pelan-pelan'. NO!

Aku ingat yang capek dari bekerja di startup bukan 'aksi'-nya, tapi di balik layar seperti mencari referensi, analisis kompetitor, hingga belajarnya.

Kamu benar-benar harus mandiri dan mulai aktif bertanya. Bersyukurlah karena di startup, kamu dibolehkan bertanya dan menggali pengetahuan sebanyak-banyaknya. Sehingga muncul pada poin kedua, yaitu:

2. There's no stupid question because question everthing!

Salah satu mural yang da di Koridor Coworking Space, kantor Riliv di Surabaya, adalah 'Question Everything'. Inilah yang memupuk kepribadian saya bahkan hingga saya menempuh kuliah S2 saat ini.

Audy dan Maxi, co-founder Riliv, selalu mengulang kalimat ini. Bertanyalah, cari tahu, thirst for the knowledge. Karena nggak pernah ada yang namanya pertanyaan bodoh.

Everybody is allowed to question. But are you ready to ask the question?

Memang, jawaban dari pertanyaan tersebut belum tentu konkrit seperti "Kamu harus A B C". Tapi kamu bisa diarahkan untuk mencari referensi serta meminta inisiatif kamu di kemudian hari, seperti "COba kamu pelajari XYZ, besok kamu ketemu lagi lalu kita diskusikan insight yang ada."

Yap, balik lagi ke poin pertama: kamu harus belajar secara mandiri untuk menemukan pertanyaan dan jawabannya!

Audy, Maxi, Adis, dan Handy sebagai tim Riliv tahun 2018
Tim Riliv pada tahun 2018

3. Kamu bukan salah satu pekerja, tapi kamu salah satu penggerak!

Jika diibaratkan, startup adalah gurita. Gurita memiliki beberapa tangan, yaitu kamu. Jika kamu mengalami masalah atau kendala, maka hal ini akan menghambat seluruh pergerakan startup!

Yap, berbeda dengan big corporation yang mungkin kamu adalah 'salah satu karyawannya perusahaan X'. Tapi di sini, kamu adalah bagian langsung dari startup ini. 

Mungkin inilah kenapa beban pekerjaan startup cukup berat. Karena masing-masing orang memiliki peran mayor yang tidak bisa dilepaskan dari kemajuan startup itu sendiri.

So don't underestimate yourself. Kamu benar-benar seberharga itu, lho!

4. Tapi gaji dan jenjang karir bukan segalanya

Yep, bekerja di startup itu keren. Kamu akan tampak sebagai millennials yang peduli dengan pekerjaan yang lebih impactful dengan gaya bekerja yang lebih nyaman!

Tetapi semua itu akan mengorbankan gaji dan jenjang karir yang tidak stabil.

Saat saya bergabung dengan Riliv di tahun 2017, kami masih benar-benar memulai segalanya dengan 0. Saya tidak digaji selama setahun, tetapi hal itu bukan hal yang saya sesalkan karena semua orang memang tidak digaji!

Saat Riliv berhasil merangkak dan mulai mendapatkan prestasi serta posisi penting di Indonesia, semuanya berubah termasuk gaji yang pantas. Tetapi ada satu hal yang sama: saya tetap seorang Lead Content!

Ini bukan karena saya tidak pandai atau tidak produktif. Tetapi karena saya memang ahli di bidang content, sehingga saya memang diarahkan untuk fokus dan berkembang di bidang tersebut.

Meskipun saya adalah first employee di Riliv, tetap ada atasanku yaitu Lead Marketing. Tapi apakah artinya saya lebih bodoh dari Lead Marketing? Tentu tidak! Hanya saja kami memang memiliki keahlian berbeda.

Inilah kenapa jika kamu menginginkan jenjang karir bagus dan gaji melimpah, maaf, jangan mencoba startup.

5. Tetapi semua terbayarkan dengan hal lain yang tidak akan kamu lupakan

3 buku atas nama saya dan teman-teman, 10 kali mengisi acara, hingga bertemu Menteri Komunikasi 2014-2019 Bapak Rudiantara. Semua itu tidak bisa digantikan dengan uang yang mungkin saya sudah menjadi kaya jika bekerja selama itu!

Tetapi sebagai gantinya, saya mendapatkan reputasi dan track record yang luar biasa. Saya bisa mendapatkan pekerjaan hanya dalam 1 kali wawancara serta kumpulan freelance bahkan direkomendasikan untuk menjadi mentor!

Itulah harga yang harus dibayar di balik semua 'Tidak digaji selama 1 tahun'.

Jika kamu merasa kamu adalah orang yang tepat untuk posisi ini, segeralah mendaftar di startup terdekatmu.

Asalkan kamu juga yakin, bahkan kamu adalah orang yang mau belajar dan tidak mau mencari enaknya saja.

Sampaikan pendapat kamu di kolom komentar, ya! Kalau kamu seorang pekerja atau ex pekerja startup, ceritain pengalaman suka duka kamu juga, dong!

2 komentar:

  1. selamat malam mas. saya menemukan artikel ini setelah melihat bahwa saya masuk daftar terpilih untuk salah satu job di riliv. saat ini saya juga masih sebagai pegawai kontrak di suatu instansi tapi entah mengapa rasa pengen nyemplung pada ranah psikologi saya makin besar mungkin krn saya juga lulusan jurusan tersebut. setelah membaca artikel ini, wawasan saya bertambah tentang start up dulunya saya pernah jadi content writer di salah satu start up tapi tidak berlanjut hanya 3 bulan saja, mungkin karena saya yang belum paham bagaimana budaya organisasi disana. jadi, terimakasih ya mas atas pencerahannya. smoga terus menebar kebaikan dan sehat selalu~ aaamiin

    BalasHapus
  2. Hallo, kak Adiza, I like your simple blog and how the way you telling the story even it just daily experience. From your words, Saya tahu kakak orang yang ekspresif ^_^
    Please keep writing !

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung. Sila untuk bertandang kembali bilamana saya membalas :)

Instagram