Bukan Clickbait: Lebih Hemat dengan Hidup Eco-Friendly

Kalau melihat judulnya, tampaknya cukup SJW tapi juga anak kos banget.

Pertanyaannya: emangnya mungkin ya?

Nggak bisa dipungkiri juga kalau memang gaya hidup eco-friendly yang digembor-gemborkan di media sosial justru bikin kamu minder karena dipenuhi oleh brand-brand necis yang wajib dimiliki. Biar sah jadi anak environmentalist, gitu deh!

Ngaku deh, kamu pasti pernah maju-mundur jadi enviromentalist dengan alasan nggak punya uang untuk beli barang-barang fancy.

Padahal kalau mengacu pada esensinya, gaya hidup eco-friendly atau ramah lingkungan adalah gaya hidup yang berusaha mengurangi pemakaian sumber daya alam, baik secara pribadi maupun kolektif.

Tujuannya jelas untuk menjaga bumi tetap lestari, tidak adanya kekurangan sumber daya alam, dan tidak tercemar.

Sebelum masuk ke sebuah fakta mengejutkan kenapa gaya hidup ramah lingkungan ini bisa membuat saya lebih HEMAT (sebuah kata yang sangat kamu sukai, tentunya), kita akan membahas dulu KENAPA-nya.

woman in white top standing near trees
(Foto oleh Khamkeo Vilaysing dari Unsplash)

Kenapa kita nggak pernah kepikiran bahwa hal buruk bisa saja terjadi?

Saya tinggal di salah satu kota besar di Jawa Timur dengan fasilitas yang mumpuni serta kualitas sumber daya yang masih bisa ditolerir. Air minum ada, transportasi ada, bahkan di tempat yang panasnya seperti trial neraka ini saja saya masih bisa tenang. Karena ada AC dan kipas angin.

Listrik jarang padam. Air mandi selalu bersih. Makanan pun bisa tinggal berjalan kaki saja.

Di kondisi yang serba aman, hampir tidak mungkin kita akan memikirkan risiko apa yang akan terjadi selanjutnya. Apalagi jika hal tersebut belum terjadi kepada kita.

Hal ini kurang lebih dapat dijelaskan dengan prinsip "fundamental attribution error".

Prinsip ini menjelaskan kecenderungan manusia untuk berpikir bahwa hal buruk yang terjadi di luar sana ya merupakan kesalahan orang-orang itu, sedangkan bila hal buruk terjadi pada dirinya, maka bisa jadi hal tersebut kiamat atau keapesan.

Terdengar familiar, nggak sih? Kalau orang lain ngalamin, dianggapnya dosa mereka. Tapi kalau terjadi di kita, eumm... mungkin sebuah 'musibah'?

Jelasnya, hal ini yang bikin kita lupa kalau di luar sana...

  • Banyak pulau terluar Indonesia yang terancam tenggelam karena kenaikan air laut
  • Di Riau, banyak petani gagal panen karena kekeringan yang tidak lazim
  • Ribuan warga di Nusa Tenggara Timur menjadi tuna wisma karena cuaca ekstrem topan Seroja
  • Dan baru-baru 2022, banyak hujan es yang menghancurkan rumah dan ternak warga

Tidak mengalami semuanya, beruntunglah. Tapi yang jelas, perubahan iklim itu nyata.

Instagram jadi ajang pamer 'Apa yang aku PUNYA untuk menyelamatkan bumi'

Kalian bisa baca sendiri kata yang saya kapital. 'PUNYA'.

Yap, para influencer di Instagram lagi-lagi menjadikan ajang eco-friendly sebagai sarana berjualan atau pun promosi material yang dimiliki.

Nggak usah jauh-jauh, kapan terakhir kali kamu menggunakan sedotan stainless kamu?

Saya masih ingat awal 2018, semua orang sepertinya gemar membeli sedotan stainless akibat dorongan pemerintah untuk menghapuskan sedotan. Terlebih lagi tas reusable karena kantung kresek berbayar.

Jangan merasa terpojok, saya juga ikutan.

Fast forward ke 2022, yaa... sepertinya gimmick saja, ya. Untungnya saya masih konsisten menggunakannya meski kadang-kadang lupa mencucinya.

Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa banyak kebutuhan eco-friendly harus terhambat finansial karena adanya dorongan untuk 'Punya! Punya! Punya!' Katanya, bukan pecinta bumi kalau misalnya belum punya menstrual cup! Atau belum jadi SJW kalau belum punya skincare set dari LUSH! Atau jadi vegan! Atau ini, atau itu.

Dan daftar yang tak pernah berakhir.

fragrance bottle lot
Emang harus ya punya semua ini?
(Foto: Trung do Bao dari Unsplash)

Kabar baiknya, hidup eco-friendly bisa lebih riil dan apa adanya

Saya pribadi awalnya merupakan satu dari jutaan orang yang tergila-gila dengan tren eco-friendly. Nggak ragu beli beberapa hal sekaligus, seperti reusable cup atau skincare alami beberapa brand besar.

Namun saat saya sendirian di kos saat pandemi, saya mulai berpikir, buat apa semua ini kalau tidak dipakai keluar? Kalau tidak dipamerkan?

Pandemi benar-benar menunjukkan sifat asli kita semua. Saat di titik terbawah, dan sendirian. Dari sini saya sadar, inilah titik untuk menentukan saya menjadi enviromentalist atau tidak. Tanpa memperhitungkan biaya.

Jadi saya mulai melakukan hal paling fundamental: mengurangi barang yang dibeli, membeli barang-barang lokal dan terdekat, membeli barang bekas, dan tentunya mengurangi konsumsi plastik.

Dan setelah 2 tahun berlalu, saya berhasil menciptakan sebuah kebiasaan yang menetap, menjadi gaya hidup.

Barang dan kegiatan eco friendly yang membuat saya hemat...

white ceramic mug on brown wooden table
(Foto oleh EcoPanda dari Unsplash)

Kapas reusable

Bagi kalian yang memedulikan kesehatan kulit wajah, tentu tidak asing dengan menghapus dosa-dosa di wajah dengan kapas setiap malam hari, bukan?

Kapas reusable menjadi salah satu game-changer alias bikin saya lebih hemat karena nggak perlu effort jalan kaki ke toko beli kapas malam-malam ketika baru sadar sudah habis.

Saya sudah 2 tahun tidak beli kapas lagi. Dulu saya beli 12.000-15.000 (yang bulat) setiap 3 minggu - 1 bulan sekali.

Saran: Minimal beli 10 + sabun alami untuk mencucinya, ya!

Pembalut kain

Bukan rahasia lagi jika pembalut yang BAGUS dan NYAMAN harganya mahal! Belum lagi jika kalian haid cukup banyak dan menghabiskan cuan untuk membeli jenis yang menyerap bagus.

Pembalut kain benar-benar mengubah hidup saya karena saya nggak perlu lagi berpikir "Kapan beli pembalut ya?" atau "Loh, habis!" dan akhirnya bertarung dengan kemageran.

Pembalut kain sangat mudah dibersihkan. Kalian bisa membawa drybag yang murah untuk dibawa kemana-mana beserta pembalut. Tujuannya agar pembalut yang kotor bisa dimasukkan ke dalam drybag dan aman, deh!

Saran: Belilah minimal 3 pada masing-masing tipe (regular dan heavy), sabun alami/stain remover, dan drybag! Jangan takut menyimpan pembalut biasa untuk jaga-jaga juga.

Botol hand sanitizer yang refillable

Awalnya saya beli ini supaya bisa dipersonalisasi dengan stiker dan memilih warna yang cantik. Namun baru sadar ketika saya membeli refill dan bisa mengisi ulang...

Saya nggak perlu pusing harus mengeluarkan Rp5.000-Rp10.000 untuk hand sanitizer yang akan habis dalam waktu 1-2 minggu kemudian.

Refill sangat murah dan terjangkau. Memang investasi nya cukup berat di botolnya, tetapi menurut saya sangat worth it!

Ditambah, membuatmu bergaya.

bag full of apples
(Foto oleh Priscilla Du Preez dari Unsplash)

Tas belanja reusable

Mungkin poin ini terkesan menggurui, namun memiliki tas belanja reusable sangat menyelamatkan kita saat hendak membeli barang penting atau sekadar lapar mata.

Ukuran tas belanja yang cenderung besar bisa membantu kita membeli benda dari yang kecil atau besar sekalipun.

Dan tentunya, hemat biaya kresek apalagi ketika kita makan di gerai fast food yang sudah jarang menyiapkan kantung plastik.

Karena percayalah, nggak ada yang suka ketika membawa cheeseburger, kentang, dan minuman ditambah soft ice cream sekaligus dengan kedua tangannya (pengalaman pribadi, tentu saja).

Mengumpulkan kotak, botol, kaleng bekas makanan atau minuman

Kalau ada yang mau bilang ini sebuah kebiasaan ibu-ibu, mungkin memang benar. Tapi hal ini bisa membantumu lebih hemat daripada membeli kotak makan dari sebuah MLM yang harganya meroket.

Meski bentuknya bisa jadi tidak fancy, tapi fungsionalnya tentu dapat. Kamu bisa menghiasnya atau pun menatanya dengan rapi agar tampak lebih baik.

Kamu tidak lagi perlu bingung bila hendak menyimpan sayur, daging, atau bahan makanan lain di kulkas tanpa harus menyiapkan tempat makan tambahan yang belum kamu beli. Ini membantu persiapan food preparation.

Secondhand clothing / thrift shop

Sebenarnya kebiasaan membeli pakaian bekas sudah menetap sejak 10 tahun silam. Selain karena harganya murah, saya juga bisa mendapatkan pakaian bermerk tanpa harus mengeluarkan harga lebih.

Seringkali pakaian thrift shop juga masih dalam kualitas bagus dan jarang ditemukan di toko aslinya!

Sejujurnya, kegiatan inilah yang selain eco-friendly, juga menyelamatkan dompet saya. Saya pribadi bukan tipe orang yang malu dengan membeli thrift shop. Selama pakaian itu pantas bahkan tampak cantik, mengapa tidak?

Tips: Cari di tempat yang bersih dan selalu cuci dahulu pakaian yang kamu beli!

Selain beberapa poin di atas, tentu masih banyak kegiatan dan barang yang membantu saya. Meskipun, generik, seperti:

  • Botol minum bagus untuk menghemat kebiasaan membeli minuman tambahan di cafe
  • Tempat makan kokoh dan alat makan yang bagus sehingga bisa terbiasa membawa bekal
  • Peralatan masak mumpuni benar-benar mengubah kebiasaan masak menjadi lebih praktis
  • Juaranya masih tetap stainless steel, yang sangat effortless tetapi bisa membantu kamu menyelamatkan dunia!
Nah dari kegiatan dan barang di atas, ada yang mau kamu tambahkan? Let's save the earth on effortless way!
woman in white shirt holding bottle
(Foto oleh Globelet Reusable dari Unsplash)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung. Sila untuk bertandang kembali bilamana saya membalas :)

Instagram