Dear Saya 15 Tahun Lalu, Terima Kasih Sudah Jadi Keren

Jadi ceritanya, saya dan Bobby lagi napak tilas terkait blog-blog yang pernah kami lalui di masa lalu. Mulai dari ke warnet dan memesan 4 jam (plus bonus 1 jam), modifikasi template, hingga tertawa karena kami akhirnya menonton Avenged Sevenfold yang sudah menjadi impian kami dari 15 tahun lalu!

Menariknya, saya pun mulai menganalisis tulisan-tulisan konyol saya (yang sebenarnya jadi bagian dari blog ini, tapi saya arsipkan + tulisan blog lain). Saya menulis semua karya saya sejak usia 10 tahun, tetapi yang saya highlight adalah karya ketika saya memasuki usia 13-15 tahun.

Wow, siapa sangka 14 tahun kemudian bocah ini beneran bertemu idolanya?

Pertanyaannya: Apa yang terlintas di pikiran saya saat itu sampai saya bisa percaya diri menulis post sekeren ini?

PeDe, Unapologetic, dan Tentunya Tidak Peduli Orang Lain

Tiga unsur di atas sejatinya menjadi isu-isu yang sering saya tampilkan di blog saya. Tentu masa-masa remaja adalah masa angsty, dan menariknya saya beruntung bisa mengalokasikan emosi-emosi tersebut dalam bentuk yang sangat, sangat positif yaitu menulis.

Mulai dari:

  1. Marah karena teman bandku nyanyinya jelek
  2. Galau karena crush saya pacaran saya orang lain
  3. Kesel karena dianggap aneh
  4. Anak nyontek ujian saya
Saat itu, saya memuntahkannya dengan bahasa Inggris yang tidak peduli grammar-nya apa. Nggak ada yang ngecek juga kan? Rasanya segala ungkapan bisa saya muntahkan tanpa saya takut konsekuensinya apa.

Tak pernah ada social media police alias yang bakal screen capture dan ngeviralin. Tidak akan pernah ada yang menggumamkan hal itu ke orang lain.

Kok bisa, batin saya. Kok bisa sih dia gitu?!

And it seems like I’m seeing a different person than who I am now. Where is that girl go? The confidence and everything?

People might take me weird and annoying, but at least I’m confident! I’m allowed to be angry!

Saya Mengizinkan Diri Saya Jadi 'Otentik': Alias Marah-marah dan Galau Tanpa Perlu Takut Dinilai

Yup. Kuncinya di situ. Kayaknya poin pentingnya adalah karena saya boleh marah. Saya boleh sedih. Saya boleh ekspresikan apapun yang saya mau.

Mungkin sekarang saya merasa itu semua tidak berarti. Saya merasa setiap tulisanku harus representing. Harus bisa dipertanggungjawabkan.

Ah! Padahal saya rindu masa-masa ketika saya bisa bebas bercerita tanpa harus dinilai…

Saya waktu itu jelas-jelas mengemukakan kemarahan saya pada vokalis saya yang tidak bisa menyanyi. Kalau dibaca lagi: "Anjir, jahat banget kamu!"

Tapi tulisan itu tidak untuk dinilai. Tidak untuk dihakimi.

Tulisan ini mengalir, dan celotehan liar itulah yang sejatinya menelurkan buah-buah kreativitas seperti otak saya sekarang ini.

Tidak ada tekanan 'Kamu tidak boleh ngomong gitu!'

Mungkin karena blog bukanlah media sosial dimana orang bisa membaca dan juga mengonsumsi tulisan-tulisan yang sifatnya pendek dan tidak pakai nalar.

Ya sebenarnya juga tidak apa-apa kalau tidak pakai nalar, tapi maksud saya sistemnya akan sangat berbeda dengan menulis di Twitter atau Instagram.

Saya mau marah. Saya mau galau. Saya tidak peduli apakah tulisan saya representing saya entah jadi psikolog atau apa.

Sialnya, saya dulu percaya karena saya masih SMP, saya adalah Marine. Marine yang cuma Marine aja. Tidak ada label ini itu.

Saya otentik.

Bajingan juga, dia beruntung.

15 Tahun Yang Lalu, Saya Bukan Anak Keren Secara... de Jure?

Marine yang dulu tidak takut untuk menjadi aneh.

Karena apa? Karena memang dia aneh! Marine 15 tahun lalu percaya bahwa dia bukan aneh, tapi memang memiliki minat berbeda. Dia beda, dia edgy, dan dia tidak takut untuk menyukai berbagai hal yang mungkin tidak disukai teman-teman umumnya.

Tapi dia marah-marah saja di blog. Merasa kok teman-teman tidak paham. Tapi di satu sisi, dia juga mengapresiasi apa yang dia paham.

Senang. Sedih. Ah! Rasanya itu semua sah-sah saja untuk diceritakan dalam sebuah blog.

Tak ayal, saya juga berani untuk melatih kreativitas seperti mengubah nama-nama teman saya + menjadikannya sebuah cerita pendek.

Bukankah itu keren? Aneh iya, tapi menurut saya itu keren.

Kemana? Kemana anak itu sekarang?

Kemana Keberanian Itu Saat Ini?

Dulu banget, ada orang yang ketawa karena aku bikin ginian. Fuck lah.

Ketakutan untuk dinilai dan tidak diterima sepertinya mengakar dalam darah saya.

Saya menyadari dimanapun buah kepercayaan diri muncul, akan ada bandit-bandit tengik yang rupanya membicarakan saya di belakang.

Ada yang tertawa dengan foto saya. Ada yang menertawakan tulisan saya.

Hal-hal ini dimulai saat SMA, tepat saya sudah tidak lagi blogging di blog bahasa Inggris saya (yang penuh kepercayaan diri).

Pun berlanjut ketika akhirnya dewasa. Bahwa kebutuhan untuk belong itu begitu besar, kebutuhan untuk dicintai itu begitu dahsyat sampai-sampai saya mengorbankan diri saya untuk bisa menjadi sahabat semua orang.

Apakah Marine di masa lalu juga berpikir bahwa dirinya merupakan sahabat semua orang? Iya.

Apakah Marine di masa lalu pleasing people so much? Sejujurnya enggak, sebelum SMA!

Saya dulu gak peduli dan percaya diri saja. Saya dulu ga peduli dan cuek aja. Kemana ya dia sekarang?!

Saya mau mengizinkan diriku marah. Saya mau mengizinkan diriku percaya diri lagi. Saya mau mengizinkan saya BENCI sesuatu.

Saya terlalu lama memendam emosi-emosi yang dianggap tabu oleh masyarakat ini hanya demi menjadikan citra Marine yang baik dan juga sopan.

Tidak, saya adalah manusia. Saya memiliki tempat aman dimana saya bisa berekspresi menjadi manusia biasa tanpa harus dinilai sebagai seorang professional. 

Saya mau menulis tulisan ini di blog sebagai salah satu tulisan yang tidak akan menjadi tulisan dijual atau pun artikel pasaran.

Nope.

Saya ingin menunjukkan betapa saya masih kuat dan hebat. Saya ingin memulai sebuah langkah bahwa aku confident!

Tidak akan ada lagi istilah 'tulisanmu tidak menjual'. Oh man, that's part of me is my part as content writer.

Tapi saya sebagai Marine seutuhnya: Saya adalah pemilik blog ini, dan saya berhak untuk menjadi diri saya kembali.

I'm going to claim myself again by NOT thinking about how this would go well.

Saat menulis ini pun saya masih kepikiran 'ih tulisanku runtut gak ya?' NGGAK.

Saya mau menulis liar!

YOU MIGHT ALSO LIKE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung. Sila untuk bertandang kembali bilamana saya membalas :)