To Love Someone is To Attend Their Thousand Births

I Will Be Here For You (Unsplash)


 To Love Someone is To Attend Their Thousand Births - Jamee Mae Kyson 

 Kutipan ini benar-benar kutipan yang indah sekali.

Manusia adalah makhluk yang unik -- kita akan terus berganti kulit, hari demi hari, jam demi jam, untuk mencapai perkembangan yang digerakkan oleh nurani maupun ilham.

Setiap kata yang diucapkan orang lain, setiap aksi yang dilontarkan, setiap pemikiran yang berbuah... Semua menjadi bahan bakar untuk memekarkan diri menjadi sosok yang lebih baik, entah menurut perspektif mana pun.

Dan saat kita mencintai seseorang, kita pun belajar untuk mencintai mereka as they are, not as they should.

Berpikir itu Sulit, Itu Sebabnya Banyak Orang Hanya Menilai

Saya baru saja membaca buku 'The Courage to Be Disliked' oleh Fumitake Koga dan Ichiro Kishimi. Buku ini mengajarkan filosofi Alfred Adler dalam kehidupan sehari-hari. Tapi ini bukan ulasan tentang buku itu.

Salah satu kutipan dari buku ini mengajarkan kita untuk menerima orang lain sebagaimana mereka semestinya, bukan seperti seharusnya.

Pun dalam berinteraksi, kita pasti masih sering merasa ketidakcocokan dan bertanya-tanya "Mengapa mereka seperti ini?" "Mengapa mereka tidak seperti ini?"

Sesekali, mengganti kata tanya dengan "Ya mereka memang begini." menjadi salah satu kekuatan luar biasa dalam penerimaan.

Tanda titik, bisa bermakna bahwa kamu masih bisa menerima dan tidak perlu mempertanyakannya lagi.

Namun meletakkan diri pada perspektif orang lain tentu membutuhkan kemampuan lebih yang disebut dengan empati.

Untuk apa susah-susah memahami mereka jika diri kita terancam?

Bisa Jadi Ancaman Itu Adalah Bentuk Reaksi Ketidaktahuan Kita Terhadap Sesuatu yang Asing

Dalam memulai sebuah interaksi, atau pun memulai pertemanan, atau lainnya, seringkali kita bertanya-tanya sejauh mana kecocokan kita terhadap orang lain.

Apakah orang ini cocok denganku? Apakah orang ini bermanfaat untukku?

Dan seringnya, (termasuk saya), kita akan segera melayangkan argumentasi kesanksian atas perilaku mereka jika kita tiba-tiba tidak nyaman.

Namun apakah kita memiliki ruang toleransi atau pun pemakluman terhadap sikap itu?

Apakah bukan seyognyanya kita belajar untuk mengenali reaksi orang lain dari sikap tersebut?

Saya pribadi baru kali ini bekerja secara luring setelah sekian lama daring atau pun hanya bertemu per klien.

Sehingga berhadapan dengan kemajemukan rekan kerja tentu membutuhkan skill yang handal bukan dalam hal pertemanan, tetapi memahami sejauh mana mereka bersikap.

They, are, themselves.

Saya tidak bisa menyimpulkan bahwa lingkungan ini tepat atau tidak jika kita bahkan belum bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Hal-hal yang berbeda dari value atau pun kebiasaan menjadi ancaman. Bagaimana bila saya tidak survive?

Pertemanan ini akan abadi dengan segala perubahannya (Unsplash)

Tetapi, Memang Nyatanya Kita Akan Selalu Berubah

Nyatanya, persahabatan saya yang dimulai dari sejak saya 3 tahun, 10 tahun, 15, 17, 18, 20, dan sebagainya juga toh terus berubah.

Sahabat yang pernah selengket nasi panas pun juga akhirnya akan mengalami konflik.

Orang yang selalu menyetujui setiap keputusan kita pada akhirnya akan menolak.

Namun satu hal yang sama: Kita adalah sahabat. Kita tetap orang yang ujung-ujungnya akan bertemu lagi dan tertawa.

Karena proses konflik berarti ada perubahan dan penyesuaian dari persona yang terus berkembang sepanjang waktu.

Ini bukan soal waktu. Ini soal komitmen.

Apakah perubahan itu akan mengancam komitmen atau pun melupakan seluruh hal-hal baik yang pernah kita lakukan bersama?

Apakah perubahan itu adalah akhir dari segalanya?

Memang, yang membedakan antara teman baru dan sahabat lama hanyalah di toleransinya, bukan?

Thank you, friends (UNsplash)

My Vow to My Best Friends

Entah kamu sudah bersamaku sejak lama atau tidak, kamu akan selalu berubah, dan aku menerimamu apapun dirimu.

To love someone is to attend their thousand births,

Dan saya akan selalu di sini untuk menjadi saksi perubahan dan perkembanganmu.

Dan tetap menjadi sahabatmu.


--

Terima kasih kepada seluruh sahabatku sejak kecil hingga dewasa.

YOU MIGHT ALSO LIKE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung. Sila untuk bertandang kembali bilamana saya membalas :)