Mentari pagi, ku siapkan diri
Menyongsong hari, tuk menggapai mimpi
Melangkah maju, dengan semangat baru
Semua asa, tingginya cita-cita
Lagu yang cukup familiar itu berdengung di telingaku. Tidak salah lagi, di sini tempatnya. Lagipula siapa yang berani menyetel lagu eargasm yang catchy berbau institusi di rumah biasa, persis di belakang stasiun Lawang?!
Setelah memarkir motor, saya mengajak putri sahabat saya, Yaya, untuk masuk ke dalam sebuah rumah berhalaman luas dan dipayungi pohon rindang bernama
Oase di Tengah Adiksi Gawai, Omahe Mbak Fifi Menawarkan Permainan Sensori-motori Anak Hingga 12 Tahun
"Halo Yaya, namaku Mbak Fifi! Ayo sini ke Omahe Mbak Fifi!" sapa seorang wanita berjilbab abu-abu dengan senyum khas yang selalu saya temui selama setahun terakhir.
Fifi, atau dalam hal ini kita sebut dengan nama panggung "Mbak Fifi", adalah rekan kerja saya di sekolah dan baru saja melanjutkan perjalanan kariernya secara independen. Bermodalkan pengalaman dengan anak-anak serta perkembangannya, Mbak Fifi menawarkan Yaya dan anak-anak dari 2 tahun hingga 12 tahun untuk bermain di rumahnya di daerah Lawang.
Yaya segera berlari ke baskom dengan tumpukan bola-bola air (water beads) berkilauan biru laut. Di sana, Mbak Fifi menabur miniatur hewan laut transparan yang dengan cerdik bersembunyi di balik gumpalan menyerupai laut itu.
"Ayo cari!" ujar Mbak Fifi. Yaya pun mengangguk dan tertantang.
Tidak puas membasahi tangan dengan permainan ketangkasan sensori, Yaya juga menjajal wahana lain seperti memancing magnet, mencapit bola untuk dimasukkan ke vas yang sesuai, serta merakit paper cup menjadi helikopter yang lengkap dengan pemusing baling-balingnya!
Saya garuk-garuk kepala; bahkan saya menggunting bundar saja jadi kotak!
Kenapa "Omahe"? Bukan House of Apalagi Casa de...
Mbak Fifi termenung sejenak sebelum menyinggungkan senyum; yang terlalu familiar dan senantiasa memberi kenyamanan
"Aku ingin orang-orang bisa merasa relate. Justru power dari Omahe Mbak Fifi adalah karena down to earth. Semua orang bisa datang," jawabnya sembari menyiapkan mainan-mainan yang baru saja diutak-atik oleh jemari kecil Yaya.
Omahe (Omah + imbuhan -e) dalam bahasa Jawa bermakna "Rumahnya". Pun tidak berhenti di situ; Mbak Fifi menggunakan slogan "Nggawe bareng, sinau bareng, dolen bareng" yang berarti "Membuat bersama, belajar bersama, bermain bersama."
Lagi dan lagi, sangat kental dengan konsep ulayat yang tidak ndakik-ndakik; sesederhana senyum Yaya saat menunjukkan helikopternya dengan bangga kepada saya.
Memperkenalkan Konsep Komunal Pada Anak Usia Dini
Tidak lama berselang saat Yaya sibuk menyiapkan kapal-kapalan dari tutup botol -- ide daur ulang yang jenius -- datang seorang bocah yang lebih muda dibandingkan putri kawan saya tersebut.
Tanpa ba-bi-bu, Yaya menyapa Lala yang berusia 2 tahun. Yaya segera mengajak Lala untuk bermain bersama : membuat bendera sederhana serta mengapungkan kapal-tutup-botol dengan bereksperimen seberapa banyak pasir yang bisa dituang sebelum kapal karam.
Yaya dan Lala tidak lama sendiri -- selanjutnya ada 4 anak lain yang datang dengan wajah berbinar. Menyapa dari jauh, "KAK FIFIIII!" mereka berlari untuk bersua dengan mainan-mainan yang sudah dinanti.
Mbak Fifi pun terkekeh melihat perilaku mereka. Ternyata, 2 dari mereka adalah anggota baru. Dua lainnya adalah 'pelanggan tetap'.
"Mereka berdua paling suka kalau baca buku. Belum bisa baca, tapi suka banget dibacain," ujar Mbak Fifi sembari menyiapkan jam pasir sebagai pengganti timer digital.
Kini, Omahe Mbak Fifi tidak berperan sebagai museum tempat bermain. Tim dibagikan. Halang rintang dipasang. Keenam anak dengan usia yang berbeda harus bisa bekerja sama untuk mencapai tujuan utama: memasukkan bola ke dalam kotak yang meski sederhana, sulit sekali untuk cetak gol!
Saya senyam-senyum sendiri. Setiap hari di sekolah mengajar murid, ironis ketika saya tahu pemandangan kerjasama ini hampir tidak ada di ingatan saya selama ini.
Tanpa Istilah Catchy, Omahe Mbak Fifi Sudah Memupuk Child Development Sejak Dini
Jika ditanya "Apa sih Omahe Mbak Fifi itu?" sebenarnya linear dengan pertanyaan dari ibunya Yaya saat saya jemput di rumahnya.
"Itu belajar Montessori kah?"
Saya mengernyit. Terminologi-terminologi baru semakin menjamur hingga saya kesulitan untuk mengikuti. Baru lulus dari S2 tahun lalu saja rasanya seperti tertinggal jauh. Saya mengangkat bahu -- agaknya belum berani menentukan apakah itu istilah yang dimaksud.
Dan saya rasa tindakan itu benar -- Omahe Mbak Fifi tidak perlu kategorisasi untuk bisa disebut pelopor perkembangan anak.
Seyogyanya, perkembangan motorik dan kognitif anak bisa tumbuh dengan baik bila diizinkan bermain dan berinteraksi dengan mainan-mainan tanpa adanya batas "Takut kotor", "Takut rusak", dan "Takut-takut" lainnya.
Refleksi lagi, dulu saya suka main masak-masakan meski jatuhnya bikin bubur lempung.
Sekarang, mungkin mereka sudah terpenjara dalam gawai berukuran 6 inci yang terangnya melebihi lampu sorot stadium.
"Anak-anak sini, khususnya perempuan, sulit cari aktivitas," cerita Mbak Fifi di saat menjelaskan pilihannya membuka Omahe Mbak Fifi. "Mereka yang melihat hape terus. Bingung, sebenarnya mereka mau kok bermain seperti ini. Tapi karena mereka tidak punya opsi, ya jadinya hanya hapean. Syukurlah Omahe Mbak Fifi bisa menjadi alternatif."
Lagi dan lagi; tanpa istilah catchy atau flashy, Omahe Mbak Fifi menjelma menjadi ladang berkarya dan eksplorasi anak-anak.
Toh anak-anak bukanlah manusia dewasa mini -- mereka adalah kurcaci yang belajar dari bermain dan berkembang sesuai tahapan mereka. Omahe Mbak Fifi memfaslitasi kebutuhan itu tanpa harus menjelmakan diri sesuai dengan harapan orang tua.
Komunitas Harus Menjangkau dan Terjangkau
Omahe Mbak Fifi hadir sebagai pendobrak pakem-pakem layanan perkembangan anak yang sudah ada.
Tidak menggunakan slogan berbahasa asing, Mbak Fifi berani bertaruh mengedepankan kesederhanaan sebagai nilai kedekatan yang berusaha digapai.
Tentu kita tidak bisa menghindari nilai jual dari Omahe Mbak Fifi: Harga yang terjangkau. Mulai dari layanan les hingga bermain tematik, Anda bisa merogoh kocek mulai dari Rp5.000 saja.
Mbak Fifi berfokus untuk mengembangkan komunitas ini sebagai wadah berkembangnya anak-anak. Omahe Mbak Fifi bukanlah sebuah hub untuk playdate atau pun mencari koneksi bisnis sembari anak-anak bermain di sebuah ruangan luas dengan membayar biaya yang, seringkali, dianggap 'wajar' di tengah perkotaan.
Ya, Anda mungkin tidak mendapatkan AC, kecuali angin cepoi-cepoi. Anda mungkin tidak bisa duduk di kursi sofa dengan kain oscar berwarna pastel, tetapi ada ruang baca yang nyaman untuk menunggu anak bermain atau bahkan ikut berpartisipasi. Tidak ada stewardess yang akan membersihkan tumpahan air di bib putra-putri Anda, tetapi mereka akan belajar bertanggungjawab dengan membereskan mainan secara rapi dan tentunya mendapat kepuasan yang lebih daripada sekadar nongkrong cantik bersama balita-balita lainnya.
Karena itulah saya kagum, terkejut, namun mengamini ketika Mbak Fifi berkata, "Teman-teman yang Yaya main bareng tadi bukan orang yang kukenal. Mereka penasaran ada apa ini dari poster depan rumahku. Lalu mereka masuk. Dan mereka akhirnya menjadi bagian dari Omahe Mbak Fifi, bahkan mengajak teman-teman lainnya. Menariknya: Aku bahkan gatau mereka anak mana!"
Tawa Mbak Fifi mengafirmasi pertanyaan saya -- Omahe Mbak Fifi adalah komunitas organik dari warga, untuk warga, dan juga oleh warga. Dari 2 anak yang penasaran dan mau untuk berproses bersama menimba ilmu, kini Omahe Mbak Fifi menjadi wadah untuk berkumpul dan berkomunitas.
Akomodasi "Omahe Mbak Fifi"
"Omahe Mbak Fifi" diampu oleh Mbak Fifi, magister psikologi dengan pengalaman mengajar di sekolah Internasional. Aktivitas yang ada adalah "Dolen Bareng/Berman Bersama" (Minggu, 08.00-12.00), "Nggawe Bareng Usia 2-5 Tahun" yakni merakit dan berkreasi (Selasa & Kamis, tema berbeda setiap minggu), "Sinau Bareng/Belajar Bersama" yakni layanan les (Setiap hari, 14.00-19.00), dan "Moco Bareng/Baca bersama" setiap hari.
Dari stasiun Lawang, Kabupaten Malang, Anda bisa berjalan kaki ke selatan dan menemui jalan menyebrang rel kereta api. Masuk dan belok kiri. Ikuti jalan hingga menemui gang dengan gapura di kanan jalan. Omahe Mbak Fifi ada di sebelah kiri gang tersebut.
Terima kasih sudah menjadi bagian pagi saat saya membuka mata dan membaca jurnal ini.
BalasHapus