"Kamu seharusnya berhenti mencintai dia."
"Kenapa?"
"Karena cinta itu seharusnya membebaskanmu, bukan membelenggumu."
"Lantas?"
"Aku bisa melihat betapa tercekiknya kamu karena cinta. Betapa peluh dan lantunan harapanmu yang membumbung ke angkasa, bersama emosi yang meringis tragis... Semua, kau korbankan demi cinta. Aku tak ingin kau seperti itu."
"Jadi menurutmu, aku tak boleh berkorban sebegitu beratnya untuk cinta?"
"Well, bisa dibilang begitu. Kau harusnya bahagia dengan cinta, bukan tersauk sauk olehnya."
"Kalau begitu Nelson Mandella bisa mengalahkan genosida semudah membalikkan tangan dong."
"Apa maksudmu? Aku membicarakan rasialisme bukan cinta, hal yang berbeda."
"Kau bilang cinta adalah kemerdekaan, membuat siapapun yang menerimanya merasa kebebasan. Kau bilang siapapun tidak perlu berjuang untuk menerimanya. Lantas bagaimana kelanjutannya? Terkatung-katung dalam imajinasi yang tak kunjung tiba? Justru aku memperjuangkan cinta itu, sayang. Memanjatkan doa setiap hari untuk mendapatkan cinta, yang mengalirkan kebebasan setiap kali aku menghirupnya."
About Me

Marine.
Penulis paruh waktu.
Pecinta gerimis pagi hari serta penggemar teh dan air putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung. Sila untuk bertandang kembali bilamana saya membalas :)