Langit Runtuh di Bulan Mei

Kelabu senja bulan Mei yang terus membelai manja
Di ujung ruang mengendap dengan khidmat
Menyaksikan
Redupnya landasan sebuah penantian

'Ajari aku mengusap langit',
Kau berseru
Katamu, langit punya sejuta bianglala
Bersudut lurus
Meneriak tawa dalam jengkal lintasan

Kuraih tangannya, kasar
Terbang
Hingga awan adalah pijakan
Termosfer melintas dalam kilatan lima inci
Merendah, melangkah
Mengarungi arus gemilang
Perlahan mengusap langit

Lebih dari cakrawala menyeruak
Bianglala tak perlu tiba
Karena langit telah runtuh
Meniti sebuah metafora
Karena bianglala adalah insan berdua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung. Sila untuk bertandang kembali bilamana saya membalas :)