Stimulasi Perubahan

Sepertinya tiada hari tanpa debat ya, fellow? Mari, topik debat hari ini dibuka dengan sekelebat introduksi mengenai Atheisme (yang saya benar-benar menggilainya) , sarkasme, lanjut ke Family Guy. Apa hubungannya?

"Heh nif, nyadar gak kamu?"
"Kenopo dis?"
"Ngrasa gak sih Family Guy itu humor sarkas yang diterima seluruh orang? I mean, seluruh orang tanpa ada yang protes nama baiknya dijelekkan?"
"Yeah, lantas kenapa?"
"Apa yang membuat masyarakat Amerika menerima paradoks kehidupannya yang dilakui namun ditertawakan, sementara di negara kita sebuah eksploitasi realitas yang disajikan dalam rangka humor adalah sebuah tindakan ofensif?"
"Well, karena pers di sana dan di sini berbeda?"
"Kenapa? Padahal kita juga punya embel-embel kebebasan pers, nif...."


"Dis, kamu tahu tahapan manusia hidup di dunia gak?"
"Tahu.. Kenapa?"
"Sebutin coba."
"Mbrojol, nangis, ngempeng..."
"Dipersingkat -_-"
"Bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa..."
"Nah, Amerika merdeka tahun berapa?"
"1800-an?"
"Indonesia?"
"1945?"
"Gampangnya, negara kita masih balita. Sedang mereka udah pro. Mereka jelas lebih mengerti aliran pers mana yang sesuai dengan kepribadian bangsa mereka. Sedangkan kita? Kita masih dalam tahap imitasi, meniru yang sudah ada, mencoba. Belum tentu pas kan? Ditambah heterogenitasan kepribadian bangsa, menambah rumitnya menentukan aliran pers mana yang harus di anut."
"Intinya, kebebasan pers yang kita tirukan ternyata tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita? Tapi nyatanya kita berdua bisa menerima sarkasme seperti itu!"
"Kita berdua, dibanding dua ratus juta orang di Indonesia, dis. Organisasi pun takkan bisa bergerak jika hanya dimulai dari satu orang yang menghendaki revolusi instan. Nyatanya, revolusi pun butuh tahapan. Dari Sumpah Pemuda hingga kemerdekaan memakan waktu 17 tahun, dis. Dan kesadaran untuk menemukan revolusi itu sendiri butuh... 350 kurangi 17... 333 tahun untuk menumbuhkan keinginan revolusi."


"Ya ampun perjalanan kita masih panjang untuk mengubah mindset seluruh penduduk Indonesia..."
"Ya, dan ada satu hal yang harus kukoreksi dari pernyataanmu."
"Hmm?"
"Manusia takkan pernah bisa mengubah mindset manusia lain. Kita hanya memberi stimulasi dan biarkan ia memilih, mengikuti stimulasi itu atau tetap diam. Atau bahkan kabur dari stimulan melalui jalan lain."