Walk Off The Earth : Coban Putri

Setelah ribuan jam menatap kumpulan soal dan menanti ujian nasional, akhirnya saya LULUS!


Tinggal nunggu penentuan SNMPTN untuk masuk universitas yang dipilih hehe. Rencananya sih mau meneruskan ke Universitas Indonesia mohon dukungan serta doanya :)

Anyway, sembari menunggu pengumuman kelulusan dan mencari celah di antara kebosanan bimbingan belajar, tiba-tiba saya menemukan ide untuk kembali trekking! Ya, sebuah kegiatan menyatu dengan alam yang memuaskan dahaga terliar dalam diriku! Dan target kali ini adalah sebuah coban (air terjun) yang masih perawan bernama Coban Putri.

Si bocah alam



Pertama-tama, akan dijelaskan morfologi (ciyeh) Coban Putri. Coban Putri terletak di desa Junrejo, Batu, Jawa Timur. Siapa sih yang tidak mengenal kota Batu, kota dengan budidaya apel dan tawaran alam yang sangat menggiurkan. Tidak mengherankan lagi jika kota Batu merupakan salah satu pusat kumpulan coban-coban karena lokasinya yang berada di kaki gunung Panderman, Banyak, dan Butak.

Nah, untuk Coban Putri ini kasus yang unik, karena lokasi coban ini belum diketahui khalayak umum. Jujur saya saja baru mengetahui tempat ini melalui papan nama yang tertulis di depan sebuah jalan kecil dekat Rumah Sakit Baptis Batu yang bertuliskan WISATA COBAN PUTRI. Wah, kalau sampai sudah diberi papan petunjuk seharusnya ramai dong? Sayangnya tidak demikian.

Saya berangkat ke coban dengan adik saya, Dean. Kami berangkat dari Malang sekitar pukul 9 pagi dan memilih rute Oro Oro Ombo sebagai jalan pintas juga karena lokasinya memang berada di rute jalan ini. Oh ya, selain itu kami memilih jalan ini karena jalan utamanya dikerumuni polisi yang lagi hobi ngasih tilang hihihi

Kami pun masuk melalui jalan kecil yang bertuliskan papan welcome dan bergerak menyusuri jalan ke arah coban yang beralaskan tanah dan kerikil. Setelah sekitar satu kilometer tiba-tiba jalan bercabang menjadi perempatan. Dengan ilmu kirologi kami pun nekat untuk terus naik ke atas, atas, atas, dan

KOK GAK NYAMPE-NYAMPE SIH?!

Jalanan sudah sangat berkelok dan sangat menanjak, kami pun akhirnya memutuskan untuk menanyakan jalan setelah sekitar 2 kilometer mendaki semi-gunung ini. Dan katanya,

"Lho ya jauh di bawah, Mbak."

Oke...
Kami pun mematikan mesin dan meluncur turun ke bawah akibat kemirigan lereng yang curam dan memutuskan untuk menanyakan arah ketika tiba di perempatan yang sudah saya sebut tadi.
Dan ketika kami bertanya di perempatan tadi:

"Lho ya masih ke atas terus, Mbak."

ENOUGH.

Sangat BT dengan perjalanan kami pun naik sedikit, lalu di daerah yang penuh dengan perumahan warga kami pun menanyakan jalan ke arah Coban Putri. Dan inilah yang menjadi alasan mengapa coban ini sangat amat langka pengunjungnya: lokasi coban terletak di balik ladang dan bukit yang ditanami budidaya sayuran oleh warga sehingga untuk mengakses coban tersebut harus melalui jalan setapak yang ada di balik kandang ayam. Jalan tersebut sangat amat kecil dan sama sekali tidak noticeable jadi mau bagaimanapun harus tanya ke penduduk sekitar. Berhubung jalan yang dilalui sangat kecil, kami berdua menitipkan kendaraan di rumah penduduk, lalu mulai beraksi.

Tralala, trilili, senangnya Coban Putri



Sepanjang jalan setapak di balik kandang ayam tersimpan ribuan pinus dan conifer lainnya sehingga perjalanan tidak terlalu panas. Sekitar sepuluh menit berjalan, mendung mulai menggantung dan kami khawatir akan hujan jadi kami mempercepat perjalanan kami. Tetapi untungnya mendun tersebut hanya lewat sepintas dan kami bisa bersuka cita lagi meneruskan perjalanan.

Ohya, berhubung jalan ke coban bercabang-cabang (lagi) diharapkan untuk selalu mengikuti arah jalan yang semakin turun ya!

Menemukan aliran sungai kecil yang super segar! Lumayan untuk mendinginkan kaki. Di sini sering terlihat capung berwarna warni mulai dari biru safir sampai shocking pink kayak stand mic-nya Raisa.

Ada sebuah lubang genangan kecil yang heboh dengan suara letupan gas terkena air.
Dan akhirnya setelah 25 menit perjalanan berlangsung suara grujugan air pun menggema dari kejauhan.


Kami pun akhirnya sampai!

Coban Putri ini tingginya sekitar 10 meter dan memiliki kolam kecil yang sangat bening. Di sekellingnya terdapat tebing dengan batuan granit yang dipahat alamiah yang menciptakan kesan eksotis. Dibandingkan coban-coban yang lain, coban ini termasuk kecil namun batu pahat alaminya ini menciptakan kesan khusus yang tidak dapat dinikmati di coban lainnya.
Oh ya, coban ini dinamakan demikian karena (katanya, jangan tuntut saya kalau salah) aliran air dari coban ini menyerupai rambut seorang gadis.


Wajah kelelahan (?)







Menarik bukan? Coban ini adalah salah satu tempat wisata alam yang masih tersembunyi dan belum diketahui masyarakat banyak. Saya kebanyakan bertemu dengan wisatawan yang berasal dari kota Batu saja dan terkejut mengetahui saya dari Malang. Memang ukurannya yang kecil menjadikan pamornya kalah dari coban-coban lain seperti Coban Rondo maupun Coban Rais, tetapi bagaimanapun juga potensi wisata tetap ada dan alangkah baiknya jika pemerintah menindaklanjuti wisata ini.

Omong-omong, kalau nitipin sepeda ke rumah warga jangan lupa kasih tip ya hihi. Kebetulan rumah yang saya tumpangi waktu saya mau pulang orangnya menghilang entah kemana akhirnya tip saya selipkan di bawah pintu beserta "surat ucapan terima kasih" hihi

Sampai jumpa di Walk Off The Earth selanjutnya!


2 komentar:

  1. OMG disss!! ah naksir sama view serba hijaunya! unfortunately jauh bgt dr bekasi huhu :(((( nice post anyway! <3

    BalasHapus
  2. Thank you my darl Afi <333
    Iyaa huhu wish you could visit here!

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung. Sila untuk bertandang kembali bilamana saya membalas :)