Ia menyusun gugus bintang di langit selatan dengan lembut. Rigel, Crux, yang termahsyur Centaurus.... Semua dirajut dengan temata membentuk rangkaian wajah seorang manusia dengan untaian galaksi berderet bergandeng sebagai rantai senyumnya.
Bau tanah basah yang melepas petrichore mulai berdansa mengiringi tawa kecil di ladang gula kala senja itu melambaikan ayunan putih nan salju yang gemulai dan rahasia.
Baru saja ia selesai merangkai, ia segera meniupnya dengan kasar dan hilanglah untaian benda ekstraterestrial, rontok menuju titik nadir tanpa massa menjadi bintang pulsar yang membenci semesta raya. Gadis itu mulai gusar, mencabuti satu per satu batang rambutnya yang pirang kemerahan dan mulai merancang satu lagi rencana kematian.
Berat tubuhnya membayang. Angin sore tergelitik melihat pemandangan irasional yang menyublimkan segala perhitungan akal sehat dan mulai berdansa bebas. Peppermint, barley, dengan ale gandum berperisa stroberi benar-benar bukan khayalan, dan perlahan...
Ia melempar satu per satu botol obat dan mengacungkan pisau bedahnya ke arah jantung, lalu berpindah ke arah otak yang terpergok sedang akan kabur. Kepalanya yang kini pelontos menjadi titik rawan bagi akal sehat mana pun yang mencoba melarkan diri. Perlahan menepuk otaknya, merayunya kembali lalu dengan sangat mantap mulai menurunkan suhu tubuhnya. Bunga daisy yang dulu menjadi primadona mulai mengering.
Reptil mulai minta izin untuk bergegas pergi dengan kikuk meninggalkan dua insan yang mencinta. Perlahan...
Gunung dan lembah mulai terkeruk rata. Kepanikan jiwa di sekeliling tak dapat terhindarkan. Angin yang biasa bercumbu dengan bunga daisy mulai bosan; mengetuk jendela agar dibiarkan keluar. Bunga itu mulai rontok. Perlahan...
Perlahan...
Lidah kehilangan liurnya. Sang Maut mulai melamarnya untuk menjadi pinangannya. Bunga itu kini meneteskan zat hara terakhir dan xilem yang terkoyak oleh jahatnya Waktu. Perlahan...
Perlahan...
Dan tibalah ciuman itu.
Air lemon yang ia minum dua belas menit lalu di gubuk ladang bercampur dengan peppermint, barley, dan ale gandum berperisa stroberi. Rambut pirang kemerahannya memantulkan bara asmara, bergidik siapapun yang melihatnya, o terpujilah mereka! Berkaitan tanpa engsel, merekalah dua insan yang mencinta!
Dan merekalah dua insan yang mencinta.
Ciuman itu bukanlah angan, juga historis belaka. Ciuman itu ada, nyata rasanya dan sengaja bercampur dalam kumpulan sedatif dan kemoterapi. Sejenak semua mengheningkan cipta, membangkit gelora hidup yang ada, menemukan jiwa selain pada Maut.
Dan memulihkan segala hambatan hati yang ada, jiwa maupun raga, seperti bunga daisy yang rindu disapu angin musim semi.
Hai namaku intan. Aku suka baca blognya adis. Sampe belakang2. Sampe tengah malam. Sampe teler. Salam kenal :3
BalasHapus