Japan: School Visit

Di hari keempat saya selama di Jepang, para peserta Kizuna akan mengadakan school trip ke sebuah SD di Oshima yang namanya... er... SD Oshima.

Oh ya, sebelum berangkat kami diberi waktu senggang setelah sarapan untuk berganti baju dan mandi tetapi karena saya memang jarang mandi kedinginan saya memutuskan tidak mandi dan instead pergi ke backyard untuk menikmati salju di hutan. Udaranya benar-benar fresh! Rasanya seperti di gunung tapi jauh lebih dingin. Bahkan pakaian saya ada empat lapis hehe. Tapi begitu masuk hotel saya kerepotan karena petugas hotel tidak mengizinkan satu kotoran salju di sepatu saya dan mengawasi saya waktu menggosokkan sepatu di keset

Fresh Sunrise!
Kami berangkat sekitar pukul delapan waktu Jepang dan setibanya di sekolahnya:
LUAS BANGET





Patung Kinjiro-san, tokoh Ki Hajar Dewantara-nya Jepang!



Dan itu adalah sebuah SD. Dan itu sama dengan luas sekolah SMA saya, lebih tepatnya, 3 SMA digabung di kota saya. Saya merasa gagal dalam hidup.


Setelah berjalan-jalan di halaman depan, rombongan kami pun berjalan memasuki aula. Oh ya ada informasi penting, yaitu di seluruh bagian manapun di Jepang, ketika memasuki ruangan, Anda akan diwajibkan mengganti sepatu anda dengan selop rumah atau slipper. Ini berlaku entah di dalam rumah, kamar hotel, bahkan sekolah.

Dan jujur ketika saya memasuki aula SD tersebut saya juga merasa gagal dalam hidup. Aulanya terdiri dari lapangan basket, tempat menari balet, dan auditorium. Menjadi satu. Kesimpulan: sangat luas. Bahkan dibilang luasnya sekitar setengah dari rata-rata bangunan sekolah SMA negeri di Indonesia (yang berarti seperempat dari bangunan sekolah saya...)

Setelah mengadakan pembukaan dan blablabla, kami pun diarahkan untuk menuju kelas masing-masing sesuai kelompok. Kebetulan kelompok kami mendapat jatah siswa-siswi kelas 6 SD. Dan rupanya sistem SD di sana sudah moving class dan kami mendapat ruang paling istimewa: ruang musik! 
Tentu saja banyak sekali alat musik dan kebetulan kami juga menampilkan tarian kontemporer dan choir ngawur ala Kizuna Delta Force menyanyikan Apuse di-rap kan dan beatbox. Selain itu kami juga diajak berinteraksi dengan melipat origami dimana kami dan mereka tidak bisa berkomunikasi selain dengan bahasa tubuh karena mereka tidak bisa bahasa Inggris and we cannot speak Japanese, either -_-


Ini dia Buddy kami, saya lupa namanya, kalau tidak salah Asuka.
Pamer dulu ah

Saat-saat paling awkward: tidak tahu harus berbicara apa karena di semua kalimat di kamus sudah dicoba.
Setelah School-visit, kami pun melanjutkan perjalanan ke sebuah gedung tempat berkumpulnya para nelayan pulau Oshima. Kami diajari untuk membuat bindama, sebuah gelas kaca yang berfungsi untuk membuat pelampun jala. Ini juga merupakan salah satu oleh-oleh dari Oshima yang terkenal lho! Jadi setelah kami membuatnya kami pun langsung membawanya pulang.

Setelah membuat Bindama, membuatnya butuh sekitar satu jam!

Membuat sebuah surat berisi dukungan Indonesia kepada Jepang
Saya belajar mengenai keteguhan hati manusia setelah ditimpa musibah, betapa kuat solidaritas dan juga betapa tangguh mental mereka. Dari informasi yang saya dapat semua warga di pulau ini mendapat kontak langsung dengan bencana: gempa bumi dan tsunami. Beberapa bahkan pernah merasakan terseret tsunami dan beruntung mereka bisa kembali. Semuanya menyimpan trauma. Namun ketika bertemu dengan kami, mereka bahkan memasang senyum yang sangat lebar yang menyembunyikan ketakutan mereka dengan sangat baik. Karena mereka berpegang teguh dengan prinsip 'Terus maju, lanjutkan pembaharuan.' Ini merupakan pandangan baru bagi saya dan sangat berharga untuk kehidupan.


Terima kasih, Oshima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung. Sila untuk bertandang kembali bilamana saya membalas :)