Gemuruh suara religi dari radio trebel melahap suara kami kala menawarkan totebag dan bros berwarna warni kepada pengunjung yang lewat. Sesekali menoleh, memperhatikan laju gerak kami yang terbatas karena dihadang kios. Adapula yang melirik namun membuang wajah saat kontak mata terjadi. Anak kecil terdiam dan memajukan bibir sambil mengumam "ooo".
Kami tak menyerah, kamu terus berteriak
"KAMI DARI SAGHARA ELMO MENAWARKAN TOTEBAG DAN BROS UNTUK MEMBANTU PENDIDIKAN DI MADURA!! AYO SILAHKAN BELI!!"
Pagi ini saya dan rekan-rekan magang dari Pusat Krisis dan Pengembangan Komunitas Unair membantu komunitas Saghara Elmo berjualan TP Pagi alias Tugu Pahlawan Pagi (that's right, bukan Tunjungan Plasa lol).
Komunitas Saghara Elmo adalah komunitas yang berbasis sosial pendidikan dengan tujuan meningkatkan kualitas dan akses pendidikan di Madura. Salah satu kegiatannya yaitu Kidspreneurship yang membekali adik-adik di dusun Planggaran, Branta Tinggi, Pamekasan dengan ketrampilan kewirausahaan salah satunya dengan melukis totebag dan bros. Selanjutnya hasil karya mereka oleh Saghara Elmo akan dijual di Surabaya.
Dengan pengetahuan yang minim akan TP Pagi ini, kami berangkat pukul 5.30 dan ketika tiba kami tidak menemukan spot tempat! Kami sempat panik namun sebuah celah kecil di antara penjual jam tangan dan celana seolah terpapar oleh sinar suci, menggoda kami untuk menempatinya. Menggelar spanduk untuk tempat tanda tangan, meletakkan X-Banner profil komunitas, menata kursi sedemikian rupa karena dari PKPK akan mempersembahkan penampilan musik untuk atraksi, lalu selanjutnya apa?
Selanjutnya adalah kami diusir.
Tidak diusir sepenuhnya, namun rupanya salah satu kios menyuruh kami (dengan sentakan dan mengibaskan sesuatu di kaki kami) untuk bergeser menjauh dari kiosnya agar tidak menutupi kiosnya. Mindsetku adalah "say whattt bapak dan ibu, kami bahkan tidak menutupi! Kami mau berdiri di mana dong?? Masa iya kami cuma berdiri di SAMPING kios Anda sudah disuruh minggir aduhai " tapi apapun gerutu saya, kami tetaplah anak ingusan dalam dunia per-TP PAGI-an sehingga kami bergeser sedikit.
Kami pun mulai berteriak menawarkan barang dengan menitikberatkan pada 'membantu pendidikan' dan 'kegiatan sosial'. Tapi orang-orang tak sekalipun tersenyum bahkan membuang muka. Sudah berkeliling pun tak ada yang mau melirik. Sapaan kami dalam irama gitar dan alunan vokal kalah oleh radio pecah di kios seberang. Bahkan suara lantang saya yang fals-nya mengundang perhatian hanya dilirik lalu tidak peduli. Sampai pada akhirnya Ira dari PKPK berkesimpulan bahwa tempat ini bukan untuk komunitas seperti ini.
Menurut pengamatan saya dan beberapa kawan yang tadi datang, segmen TP Pagi umumnya menengah ke bawah yang mencari barang semurah-murahnya dan kurang peduli terhadap kegiatan komunitas seperti ini.
Tanpa membuang waktu kami mengemas barang dan bergegas menuju spot yang lebih profitabel: Danau Kampus C Unair. Matahari belum terlalu terik dan kebetulan ada acara di rektorat yang tentu menambah pengunjung potensial sebagai konsumen!
Konsep pun diubah menjadi berkeliling dan menjajakan langsung kepada target. Kami tidak sia-sia. Saat teman-teman PKPK (selain saya) kembali, bros yang menumpuk menjadi beberapa biji dan tas ludes dalam waktu singkat.
TIPS: Jadi saat kami menjajakan barang, ada seorang pembeli yang memberi saran bahwa dalam menjual produk hasil pemberdayaan sebaiknya mengincar segmen yang mampu memahami tujuan dari kegiatan. Jelaskan pula bahwa kalian adalah mahasiswa agar orang lebih bisa menerima kegiatan tersebut.
Ketika matahari mulai terik, kami berpindah ke tempat yang teduh dan mulai menarik perhatian pengunjung untuk membubuhkan tanda tangan sebagai bentuk partisipasi mendukung pendidikan anak di Madura. Di sini kami mulai memainkan musik lagi sembari saya yang tidak bisa menyanyi mencoba rap gaya baru dengan lirik company profile Saghara Elmo. Tidak sia-sia; beberapa pengunjung tertarik dan menanyakan program juga membubuhkan tanda tangan. Suara saya rupanya berfaedah.
![]() |
"Mbak minta tolong fotoin." kata Yoga ke orang-orang lewat. |
Partisipasi telah digalang. Dana telah dikumpulkan. Sambil menyeka keringat, kami mengakhiri kegiatan dengan evaluasi dan tentu saja, dokumentasi. Founder Saghara Elmo, Iim, mengajak kami selfie. Kami kira hanya selfie biasa, tapi ternyata selfie itu akan dikirimkan secara live ke adik-adik di Madura untuk menunjukkan antusias kami dalam membatu pendidikan di sana. Semoga apa yang kami lakukan hari ini bisa berkah!
Penasaran mengenai Saghara Elmo? Saghara Elmo adalah komunitas berbasis sosial pendidikan dalam meningkatkan akses dan kualitas pendidikan serta pemberdayaan pemuda Madura. Programnya yaitu Minggu Berlayar di dusun Planggaran, Branta Tinggi, kec. Tlanakan, kab. Pamekasan dan mendirikan taman baca di desa Manding Laok, kec. Manding, kab. Sumenep. Silahkan follow instagram: saghara.elmo untuk mengikuti kegiatan mereka.
Pusat Krisis dan Pengembangan Komunitas Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, dikenal juga sebagai PKPK Unair, adalah unit terapan yang bergerak di bidang psikologi sosial dan komunitas. PKPK berfokus pada isu-isu mengenai pengembangan perilaku sehat berbasis komunitas dan kesehatan mental komunitas. Selain itu PKPK juga menawarkan edukasi masyarakat dan mendorong masyarakat agar berdaya dalam menyelesaikan persoalannya sendiri, baik kalangan akademis maupun awam. Kunjungi website kami di PKPK Psikologi Unair untuk informasi dan kontak lebih lanjut.
Keren tulisannya! Semoga menginspirasi :-)
BalasHapusTerima kasih Iim :) Sukses selalu :)
HapusThank you very much :)
BalasHapusYou are very welcome, mbak Icha :) Semoha ke depannya bisa terus berkarya :)
HapusThank you very much :)
BalasHapus