Walk Off The Earth: Menyapa Keramahan Warna Warni di Kampung Wisata Jodipan dan Tridi

Siang itu cukup terik. Jalanan berdebu dan motor berdesakan untuk masuk ke gang kecil yang dikelilingi pepohonan; membuat pengendara tertarik untuk berkunjung di bawahnya menikmati semilir angin yang melegakan. Oh, tidak hanya itu. Rupanya mereka berlomba-lomba untuk mendapat parkir yang pas karena mereka akan berkunjung ke Kampung Tridi, Ksatrian, Malang.

Kampung Tridi adalah sebuah pemukiman di bantaran sungai Brantas yang disulap oleh pemerintah menjadi tujuan wisata baru di Kota Malang. Kawasan ini dibuka pada pertengahan tahun lalu bersama dengan Kampung Wisata Jodipan yang terletak tepat di seberang sungai. Sesuai dengan namanya, dinding rumah di pemukiman ini dihiasi dengan aneka rupa lukisan yang seolah-olah 'keluar' layaknya efek tiga dimensi (Tridi = Three D). Gambar-gambar tersebut merupakan buah karya dari warga setempat yang memiliki keahlian dalam melukis dengan cat tembok. Masing-masing rumah juga memiliki warna yang berbeda sehingga terkesan warna-warni.





Kesan pertama saat memasuki kawasan ini adalah urban. Berbeda dengan tempat wisata lain, objek dari apresiasi adalah rumah yang ditinggali oleh penghuninya. Anda akan menikmati panorama pemukiman yang dikemas atraktif bersanding dengan naik turun tangga dan melewati kicauan burung di kandang yang tergantung. Sesekali Anda berpapasan dengan warga yang menyapa dengan senyum sembari menuntun sepeda motor keluar. Tidak jarang beberapa bocah lokal berkeliaran tatkala Anda berusaha mengabadikan diri melalui fotograf.

Saya dan partner saya, Bobby, segera menuruni anak tangga pertama dan menemui sebuah gang yang dipenuhi sangkar burung beserta warung yang menjajakan minuman. Tiga bocah perempuan dan satu laki-laki tampak asyik saling mengejar satu sama lain, sedangkan seorang figur kakak tertawa dan mengingatkan untuk hati-hati. Di belakangnya, sebuah rumah yang mereka tinggali telah disulap menjadi kanvas lukisan bertemakan cowboy dan wild west.





Melaju lebih jauh, saya terhenti ketika menemukan kandang ayam di ujung jalan yang juga tidak luput untuk dihias. Sebuah terpal memayungi sepanjang jalan sehingga panas matahari tidak mengganggu eksplorasi. Rupanya gang ini saling terhubung dengan gang lain yang lokasinya semakin turun, hingga akhirnya kami tiba di pesisir sungai yang juga tidak luput dari kreativitas warga.

Anda dapat bersantai sejenak dan menikmati hembusan angin yang cukup sejuk di bawah 'gazebo' yang telah disediakan. Kampung Wisata Jodipan tampak jelas sehingga Anda dapat mengamati gerak gerik wisatawan yang berkunjung di seberang sungai. Salah satu warga mengatakan bahwa walikota akan membangun jembatan kaca yang menghubungkan Kampung Tridi dengan Kampung Wisata Jodipan sehingga memudahkan mobilisasi pengunjung.

Kampung Wisata Jodipan ditinjau dari sisi Kampung Tridi

Bocah wisatawan berpose di samping lukisan yang terpasang di dinding belakang rumah warga



Puas menyusuri tepi sungai, kami naik lagi dan berkeliling. Kampung Tridi memiliki satu gang utama yang menjadi poros dari gang-gang kecil seperti yang telah saya lalui tadi. Uniknya, di setiap gang penghubung antara gang utama dengan gang kecil terdapat deretan lukisan yang cocok untuk dinikmati di bawah redupnya dinding bangunan. Rasa-rasanya hampir tidak ada satu lokasi pun yang luput dari kreativitas apik tangan warganya.



Seorang ibu rumah tangga menyapa saya sembari membersihkan kasur. Keseharian tidak berubah; hanya saja kini mereka melakukannya di atas tembok yang dihias apik seperti kolam ikan ini
 



Setelah yakin tidak ada satu celah yang terlewat, kami bertolak ke Kampung Wisata Jodipan. Kami harus bersabar sebelum jembatan kaca yang dijanjikan selesai karena harus melewati tanjakan dan jembatan di bawah matahari terik untuk mencapai seberang sungai. Sesampainya di gerbang, Anda akan disapa oleh puluhan payung warna-warni yang seolah hadir menyejukkan tubuh Anda sebagai hadiah.

Berbeda dengan sebelumnya, Kampung Wisata Jodipan menyajikan atraksi warna dalam kreativitas yang tidak terbatas: tatanan payung yang mebentang hampir di seluruh gang, tembok warna-warni yang lebih bervariatif, susunan rak buku perpustakaan umum yang beraneka warna sebagai usaha meningkatkan minat baca, serta dekorasi daur ulang yang dikemas sangat menarik salah satunya papan nama Kampung Wisata Jodipan yang tersusun dari botol bekas.




Seperti sebelumnya, terdapat gang utama yang berujung pada tepi sungai Brantas diikuti gang-gang kecil. Bedanya, area Kampung Wisata Jodipan yang lebih kecil menyebabkan gang sekunder yang lebih sedikit sehingga jalur wisatawan terpusat di gang utama. Pemukiman juga tidak sepadat Kampung Tridi, sehingga Kampung Wisata Jodipan tampak lebih cerah dan lengang. Di area ini terdapat beberapa kios dan tempat makan dengan gaya lesehan, sedangkan saya hanya menemukan kios yang menjajakan minuman segar atau makanan kecil ketika di Kampung Tridi.

Tepi sungai sisi Kampung Wisata Jodipan memiliki lapangan yang disulap menjadi pujasera serta temboknya dihiasi lukisan-lukisan masa kini seperti sayap agar pengunjung dapat berswakaptur ria. Beberapa warga menyambung hidup dengan menjual aneka kudapan yang dapat disantap di bawah meja berpayung yang disiapkan di tepi lapangan.







Terlepas dari keunikan dan inovasi yang dicanangkan pemerintah hingga menjadikannya destinasi wisata tiada duanya, Kampung Wisata Jodipan dan Kampung Tridi mampu menawarkan perjalanan baru nan unik bagi para pengunjung dengan suasana urbannya. Memasuki wilayah pemukiman khas tepi kota serta kepolosannya seolah terselubung dalam atmosfer keramahan perkampungan. Semua dikemas apa adanya, memfasilitasi pengunjung melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kehidupan warga yang masih tetap sederhana dan bersahaja seolah tidak ada yang berubah di tempat mereka. Mereka tetap bermain, menjaga toko, bersenandung di ujung gang dengan menghilangkan dahaga dengan es degan yang dapat Anda beli di kios terdekat. Jauh dari kesan eksklusif yang Anda biasa temui ketika berwisata ke taman hiburan. Namun buang jauh-jauh kesan menakutkan memasuki lingkungan yang Anda tidak kenal; Kampung Tridi dan Kampung Wisata Jodipan yang telah dipoles membuka tangan dan menaburkan rasa aman karena warganya terbuka dan mau diajak berkenalan.

Mungkin realita sosial adalah hiburan khas yang perlu kita tandangi beberapa waktu sekali sehingga kita bisa menunduk sejenak dan berkontemplasi betapa bahagia hidup dalam kesederhanaan. Terutama bila kesederhanaan itu mampu membawa masyarakat luas bahagia. Ya, sesederhana goresan kuas yang mampu mengajak penikmatnya seolah terbawa ke sisi lain kehidupan mereka yang tanpa disadari telah ada sejak dahulu. Kampung Tridi dan Kampung Wisata Jodipan telah menjadi pionir untuk itu.

Kampung Tridi terletak di daerah Ksatrian, Malang, Jawa Timur; sedangkan Kampung Wisata Jodipan tepat sekitar 200 meter ke arah timur hanya dipisahkan Sungai Brantas. Akomodasi: Dari Terminal Arjosari mengendarai kendaraan umum AMG/H (Arjosari-Mergosono-Gadang/Hamid Rusdi) langsung turun di depan gerbang. Dengan kendaraan pribadi, berkendaralah ke arah Lapangan Rampal dan di perempatan ambil lurus ke arah timur. Tidak jauh Anda akan menemui rel kereta gantung. Kampung Tridi berada tepat sebelah kiri jalan setelah rel. Untuk motor diharapkan parkir masuk ke dalam gerbang. Biaya: Saya dan Bobby mengendarai sepeda motor dikenakan tarif 5000 sekaligus parkir untuk Kampung Tridi dan 4000 untuk Kampung Wisata Jodipan (dengan berjalan kaki). Tiket masuk sudah termasuk buah tangan dari masing-masing tempat. Konsumsi: Terdapat beberapa kios yang menjual kudapan dan minuman dingin serta satu kios yang menjual makanan berat di Kampung Tridi. Satu rumah makan dan dua warung serta pujasera kudapan siap melayani di Kampung Wisata Jodipan. Tips: Sapalah warga yang sedang duduk di serambi atau bermain di area wisata. Tidak jarang beberapa warga sudah tua sehingga menunduk kala melewati mereka mampu menghibur mereka serta menunjukkan etika yang baik. Sebaiknya datang pada siang hari, namun siapkan topi atau kacamata hitam.
Pompa air pun tidak luput dari gejolak bakat lukis pemuda-pemudi






2 komentar:

  1. Hi panutanqu... :)

    Sebelum berkunjung ke blog kamu dan membaca perjalanan mu ke kampung warna-warni saya sudah sering melihat foto kampung ini di instagram (tanpa sengaja saat scroll down). Hampir semua yg saya lihat adalah foto diri dg background tembok berwana pink n blue atau dg background kampung secara keseluruhan. Awalnya saya tdk tertarik karena saya kira "apasih tembok dicat doang". Ternyata ternyata ternyata... setelah saya baca tulisanmu, banyak lukisan di tembok, kamu juga menceritakan aktifitas warga, keramahan warga, perpustakaan, keindahan dan kebahagiaan dalam kesederhanaan, sungguh mengubah pikiran saya. Hehe.. ternyata benar "don't judge a place by poto yg diupload orang di instagram".

    Terimakasih adiz, tetap berkreasi !

    btw ini kunjungam pertama saya di blog kamu. Kalo mau ngepost lagi kabar2 ya biar bisa baca. Hihihi..

    oya, foto kamu bagus2. Lebih2 saya suka foto yg tdk memamerkan fotografernya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, tuan atau nona Anonim :)
      Ya, saya awalnya juga berpikiran "oh wow, tembok dicat." Tapi krn saya sudah tinggal di malang selama 20 tahun, saya tau bahwa kampung kampung tersebut memiliki sejarah 'Tidak baik' dan 'gelap', sehingga memuncakkan rasa penasaran saya dengan pertanyan "Lah trus warganya ngapain ya?" Dan akhirnya selanjutnya yang terjadi adalah keseluruhan tulisan ini.

      Lebih mengejutkan lagi bahwa foto populer "tembok biru dan pink" hanyalah porsi sangat kecil dari keseluruhan kampung (yang tidak semuanya juga saya dokumentasikan hehehe) Banyak hal menarik yg bisa diamati sebenarnya, seperti berkumpulnya seluruh kelas masyarakat di lokasi tersebut. Saya kebetulan bersebalahan dengan mas mas necis dari Jakarta dan pengamen jalanan (meski tidak terlalu dekat) Bagi saya pribadi itu hal lucu yang bisa menjadi bahan buat dipikirkan lebih mendalam hihihi

      Sekali lagi terimakasih! Semoga Ketukan Sunyi menjadi salah satu bacaan menarik bagi Anda!

      Hapus

Terima kasih telah berkunjung. Sila untuk bertandang kembali bilamana saya membalas :)