Membuka Diri Melalui Riliv: Aplikasi Konseling dengan Psikolog




menggunakan riliv

Siapa sih yang mau sedih?

Saya rasa tidak ada yang mau sedih. Apalagi ketika sedih, dan tidak ada yang mendengarkan. Huft, pasti nyesek, karena tidak ada tempat berbagi atau setidaknya menenangkan diri.

Paling tidak itu gambaran kondisi saya dua minggu terakhir ini. Menghadapi kerjaan dan padatnya jadwal bukanlah masalah bagi saya. Namun ketika dapat benturan tidak terduga seperti keluarga yang sakit, namun ketika saya memberi bantuan dan tidak dihargai, rasanya seperti dihujam pisau. Saya berusaha mencari bantuan, tetapi selalu ada stigma "Kamu durhaka" dari orang lain. Saya hanya ingin didengarkan tanpa dicemooh.

Hingga saya memutuskan menggunakan Riliv.

Riliv merupakan aplikasi konseling dengan psikolog -- Yes, dengan psikolog! -- secara online langsung dari smartphone kita. Kenapa saya memutuskan menggunakan psikolog? Karena sebagai sarjana psikologi, saya merasa bahwa kesehatan mental sangat penting dan sudah mengganggu kinerja produktivitasku. Saya tahu bahwa menuju ke psikolog bukan sesuatu yang tabu.

Tapi masih banyak yang belum yakin untuk ke psikolog. Entah karena takut dianggap gila, biaya mahal, atau tidak tahu memulainya seperti apa. Apakah kamu termasuk salah satunya?

menggunakan riliv

Menggunakan Riliv, langkah awal bercerita

Saya mengunduh dan menggunakan aplikasi Riliv di Play Store dan memesan paket Perkenalan. Paket ini terdiri dari 1 kali konseling dengan psikolog selama 1 jam. Buat yang bertanya-tanya, "Kenapa kok konseling menggunakan Riliv harus bayar?"

Begini, Ferguso, seperti kamu pergi ke dokter, kamu pun juga harus membayar sejumlah jasa, bukan? Tujuannya adalah untuk memastikan layanan yang kamu dapat berkualitas. Begitu pula dengan Riliv, mereka memastikan bahwa memang kualitas konseling yang disajikan dapat membantumu menyelesaikan masalahmu. Tidak seperti teman yang gratis, namun mungkin kamu mendapat judgement atau nasehat yang sebenernya tidak kamu perlukan.

Okay, jadi setelah aku membayar dan melakukan verifikasi pembayaran, aku mendapat e-mail dari Riliv yang menyatakan bahwa paketku telah aktif. Saat di membuka aplikasi kembali, ternyata psikolog sudah menyapa saya! Saya berkesempatan mendapat rekan bercerita dengan Kak Jane, psikolog klinis yang mendalami bidang keluarga. Kebetulan sekali, sesuai dengan kebutuhan saya!

Awalnya Kak Jane menyapa untuk meminta saya mengisi beberapa daftar pertanyaan seputar data diri dan permasalahan yang akan saya hadapi. Lalu karena sudah malam (sekitar pukul 8), Kak Jane baru membalas lagi keesokan harinya untuk janjian konseling dan menanyakan sapaan apa yang cocok untuk saya.

Yap, ketika kamu membayar, kamu belum langsung memulai konseling. Kamu perlu janjian dengan psikolog dulu. Selain itu, hal sesederhana panggilan apa yang bisa digunakan untuk menyapa saya juga menyenangkan! Ohya, kamu boleh menggunakan nama samaran, ya. Riliv menyatakan tidak akan membocorkan rahasia kamu, kok!

menggunakan riliv
Unsplash.com

Berpetualang bersama Kak Jane menemukan titik terang

Sabtu pukul 10.00 saya memulai sesi konseling dengan Kak Jane. Beliau sangat ramah dan juga inisiatif untuk menanyakan permasalahan saya. Saya menceritakan semua dari awal: mulai dari latar belakang keluarga, permasalahan, serta perasaan saya menghadapi permasalahan tersebut. Kak Jane selalu menimpali "Saya memahami permasalahanmu", hal itu membuat saya merasa didengarkan.

Ohya, jangan takut untuk merasa disela ya. Bila kamu takut ceritamu terpotong, kamu bisa menambahkan kata (cont.) di akhir pesanmu untuk menandakan bahwa kamu masih perlu bercerita lebih lanjut sebelum psikolog memberi masukan.

Sebelum memasuki diskusi lebih lanjut, Kak Jane menanyakan satu hal krusial: Apa tujuan yang ingin kamu peroleh melalui konseling ini?

Saya menjawab, "Saya ingin mendapat kelegaan dan bantu saya menemukan alasan bertahan serta bersabar. Saya hanya ingin dukungan."

Ya, klien dan psikolog harus menentukan tujuan yang harus dicapai dalam konseling ini. Sehingga ketika kamu melakukan sesi bercerita, kamu tahu apa yang menjadi tujuanmu. Kamu pun bisa mencari tujuan apapun, mulai dari saran, sekedar cerita, atau dukungan. Jangan takut untuk mengungkapkannya.

Selama satu jam, kami berpetualang untuk mencari jawaban. Seperti tujuan awal saya, kak Jane mendukung hal-hal baik yang sudah saya lakukan dan menghargai usaha saya. Kak Jane tidak menyalahkan saya yang marah pada keluarga saya. Justru, kak Jane membantu saya untuk menemukan sisi baik dari hal-hal yang terjadi.

"Dear, ketika kamu bersedih, sudahkah kamu berterima kasih pada dirimu sendiri? Bahwa kamu telah berjuang begitu keras, lebih dari yang siapapun bayangkan. Sangat kuat, dan tangguh. Kamu marah karena usahamu tidak diapresiasi, mengapa tidak memulainya dari dirimu sendiri?"

Kalimat tersebut seolah membuka pintu hatiku yang tertutup keputusasaan. Klek, seperti kunci yang berhasil membuka gembok harta karun. Sesederhana aku ingin didengarkan, dan diapresiasi.

Iya, ternyata akar permasalahan kesedihanku adalah karena tidak ada yang mengapresiasiku. Sehingga saya menjadi mudah marah, dan berselisih paham dengan keluargaku. Hanya karena saya berjuang sendiri. Dan Kak Jane membantuku mulai menerima keadaan dengan memberikan apresiasi tertinggi oleh diriku sendiri.

"Sudahkah kamu merasa lebih baik? Kamu hebat, kamu akan bisa melakukannya dengan lebih hebat lagi. Kakak doakan kamu akan menjadi lebih baik. Kakak akhiri sesinya ya :)"

menggunakan riliv
Unsplash.com

Bercerita tak pernah semudah ini

"Well, tapi lebih mudah bercerita dengan temanmu."

Tentu, bila temanmu siap menerima keluh kesahmu tanpa menghakimi, atau tanpa menimpali dengan saran-saran yang menyudutkanmu. Atau bahkan, bila temanmu tahan untuk tidak "menyalahkan" antara kamu atau sumber masalahmu. Setidaknya 3 hal tersebut kerap saya alami ketika berbagi cerita dengan mereka.

Bercerita dengan psikolog jauh lebih melegakan, serius! Bukan hanya karena saya mendalami ilmu psikologi, tapi ternyata sebagai klien pun saya merasa lebih dipahami.

Ada beberapa keuntungan menggunakan Riliv dari pengalamanku:
  1. Praktis, langsung dari smartphone kamu. Nggak perlu browsing cari psikolog, langsung aja pakai. Apalagi kalau kamu ada m-banking, widih, semua pembayaran dan pendaftaran dilakukan kurang dari 5 menit!
  2. Rahasia. Nggak ada yang tahu kamu cerita ke psikolog kecuali kamu publikasi. Say goodbye to stigma, sekarang kamu bisa cerita sebebasnya
  3. Nggak kerasa kaku. Rasanya sama kayak chatting dengan sahabatmu, kamu bebas cerita marah-marah dan sebagainya. Sama-sama bisa cerita panjang lebar, tapi balasannya jauh lebih berkualitas dan menenangkan. Tidak ada kesan kaku dan formal sama sekali, rasanya nyaman!
menggunakan riliv
Unsplash.com

Sudah bukan zamannya melupakan kesehatan mentalmu

Banyak banget yang sok tidak pedulikan perasaan maupun kondisi psikisnya, tapi tetap saja berdampak pada kinerjanya. Kalau kamu sakit flu langsung ke dokter, kenapa sedih atau tertekan kamu tidak langsung ke psikolog? Kuncinya satu: mencintai dirimu sendiri. Dengan begini, kamu akan memprioritaskan kebahagiaanmu, lho!

Banyak sekali pilihan untuk sehat mental. Salah satunya dengan mengatasi kesedihanmu melalui berbagai layanan psikologi yang ada. Kalau pergi ke psikolog masih malu, Riliv bisa menjadi alternatifmu.

Jangan takut untuk bercerita, ya! Kalau bukan sekarang, kapan lagi kamu mau menyayangi dirimu? Saya sangat senang mendengar cerita-cerita dari kalian mengenai kesehatan mental kalian, langsung saja berbagi di kolom komentar. Yuk beranikan diri untuk sehat mental sekarang juga!

3 komentar:

  1. Kak mau tanya, di riliv ini konseling nya diset 1 jam aja ya? Gimana kalo belum nemu titik terang? Apa ada janji konsul lagi atau gimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hello! Iya betul riliv hanya 1 jam, tapi kamu bisa langganan beberapa kali dengan harga lebih mudah. Misal 4x langganan. Nantinya kamu bisa diskusi dengan psikolog soal apa yg akan jadi fokus penyelesaian pada tiap pertemuan. Serius cerita sama psikolog itu nagih! Saya sendiri udah pakai Riliv 5x hehehe

      Hapus
  2. Kak aku baru pertama kali ikut ini, udah isi data basic nya, belum Ada sapaan lanjut dari psikolog nya, ini tunggu saja mungkin apa bagaimana ya?

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung. Sila untuk bertandang kembali bilamana saya membalas :)