Kau adalah jeda
Di antara dua kata
Terhimpit dalam nada
Serta aksara yang nyata adanya
Kau adalah mentari pagi
Yang terbit setelah dini hari
Karena hadirmu adalah pertanda
Bahwa esok masih ada
Bila hujan tiba dirindu
Maka hilangnya justru semakin candu
Izinkan bahwa kau adalah residu
Dari senyap air dan tanah yang memeluk, menjadi satu
Ada galaksi di tiap jemarimu
Dengan konstelasi mengelilingi setiap kali kau terdiam ragu
Namun hadirnya kini mulai runtuh
Kala aku merapatkan dan menghimpit erat kedua tanganmu
Bolehkah aku mampir sejenak
Untuk melepas lelah, merebahkan badan, dan menyegarkan benak?
Kuharap kau menawarkan sesuatu yang lebih
Karena bersamamu tak sekalipun aku merasa letih
Mungkin malam ini bulan masih tinggi
Atau esok bintang sudah pergi, lenyap dalam langit pagi
Tapi ada satu hal yang tak perlu ditentang semesta
Bahwa aku mencintaimu, Lantip Muhammad Dewabrata.
- Di suatu kota yang tak pernah kusangka akan terdampar, kini aku melabuhkan hati dalam pada pria yang menjadi samudra hidupku. -
About Me

Marine.
Penulis paruh waktu.
Pecinta gerimis pagi hari serta penggemar teh dan air putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung. Sila untuk bertandang kembali bilamana saya membalas :)