Malam itu angin berbisik kepadaku
Katanya ada yang lebih baik daripada diriku
Kujejakkan kaki menuju dirimu
Yang tak tahu malu, sembunyi di balik pintu
Kau bilang jiwamu sudah menjadi satu
Di balik cincin kawin yang kau hutang ratusan ribu
Kata siapa bukan begitu, tanyamu
Kata angin yang keluar dari ruang tamu
Menghempas semerbak aroma kayu dari orang baru
Mulut rapat, menutup dalam bisu
Kau berdansa sambil merayu
Dengan secangkir kopi dan segelas susu
If life was a movie, then the best part is you
Katamu
Kuteguk segelas susu dari karton warna biru
Sambil beradu apakah harus sendu ataukah cemburu
Menopang dagu, kulihat tanda merah jambu
Di ujung kemeja berparas abu-abu
Malam itu perutku mulai bergejolak rindu
Kamar kosong, absen senyuman masa lalu
Mules tertahan, sakitnya terlalu
Kukosongkan perut, sampah larut dalam kumpulan bunga yang layu
Kupikir mules karena susu
Ternyata semua karena janji palsu
Kapan lagi bisa mengucap kata ‘selalu’
Jika akhirnya semua buru buru berlalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung. Sila untuk bertandang kembali bilamana saya membalas :)